Setahuku Pernah Ada

Di kota Medan ini, setahuku...

Pernah ada sebuah institut keguruan di Jl. Merbau, yang aku rasa aku belum pernah melewatinya.

Pernah ada sebuah wahana permainan bernama Taman Ria. Ku ingat mengunjunginya sekali bersama bibiku ketika pertama kalinya menginjakkan kaki di kota ini.

Pernah ada sebuah loket bus “Korona” di suatu tempat di kota ini. Kini telah bermetamorfosis nama, warna, bahkan bentuknya.

Pernah ada seorang bayi yang tak sengaja lepas dari tangan ibunya sehingga menjadi santapan siang para reptil penghuni taman buaya Asam Kumbang.

Pernah ada penggerebekan terduga teroris oleh Densus 88 di sekitar jl. Tuasan beberapa tahun silam.

Pernah ada nama jalan yang diadopsi menjadi nama seorang penulis asal Medan. Kini ia sedang merampungkan film yang diangkat dari novelnya, dimana novel tersebut juga diangkat dari cerpen karyanya. Kabarnya film tersebut akan dirilis Januari 2016.

Pernah ada sebuah artikel yang dimuat dua kali di harian yang sama dalam satu bulan yang sama pula pada 2015.

Pernah ada seorang pemuda yang melanjutkan studinya di FBS UNIMED setelah menamatkan pemondokannya di Gontor.

Pernah ada seorang non-muslim yang lulus seleksi penerimaan anggota di suatu organisasi yang salah satu pilarnya adalah keislaman.

Pernah ada seorang pemuda yang memenangkan ajang pencarian bakat periode pertama di salah satu TV swasta nasional.

Pernah ada seorang pemudi kelahiran Medan yang menjadi juara ke-3 di kontes kecantikan Putri Indonesia.

Pernah ada sebuah kedai kopi di Jl. Setiabudi yang kini pendah ke Jl. Sei Serayu.

Pernah ada sebuah “Waroeng Pisang” di depan SD Pertiwi di Jl. Bilal Ujung.

Pernah ada jejeran  tempat bermain billiard di sepanjang Jl. Willem Iskandar.

Pernah ada sebuah cabang kursus bahasa Inggris  di Jl. Karya, Johor sampai pertengahan 2015.

Pernah ada sebuah pusat bimbingan belajar di Jl. Syailendra yang kini pindah ke Jl. Kangkung.

Pernah ada barisan kios-kios kecil yang menjajakan aneka bacaan dengan harga miring di depan Stasiun Besar Kereta Api.

Pernah ada sebuah Ring Ice Skating di lantai dasar Sun Plaza.

Pernah ada banyak fasilitas telepon umum baru di ruas-ruas Jl. kampus UNIMED yang sebulan kemudian tak bisa berfungsi lagi.

Pernah ada masa dimana wajah Medan di selimuti salju (jika dilihat dari atas).

Pernah ada masa ketika 90% warganya mengenakan masker di Jalanan.

Pernah ada masa dimana peristiwa gubernur yang beralih status menjadi tersangka bukanlah hal yang pertama.

Pernah ada masa Jalanan kota diramaikan oleh iring-iringan 10 Lamborghini yang tak bisa sengebut suaranya.

Pernah ada masa ketika rute jalan yang normalnya macet, tiba-tiba lengang karena diamankan oleh polisi tiap 10 meternya, karena seorang pejabat tinggi negara akan melintasinya dalam rangka bukan urusan kenegaraan.

Pernah ada masa ketika berbagai usia terjangkiti demam batu.

Pernah ada masa ketika setiap sekolah terobsesi mendapatkan pengakuan berstandar internasional.

Pernah ada masa dimana para akademia berbondong-bondong berburu “sertifikat”.

Pernah ada masa dimana alumni universitas digalaukan oleh tindak para petinggi yayasan yang bersitegang.

Pernah ada sebuah peristiwa di lembaga pendidikan yang mengaku berstandar internasional, dimana dalam jangka waktu 1 bulan 33% pegawainya yang kesemuanya pegawai terlama, mengundurkan diri secara tak langsung.

Pernah ada seorang penulis muda yang baik hatinya, terjerat kasus penipuan hingga puluhan juta lewat hipnosis telepon.

Pernah ada masa tren hijab selendang yang dipakai sedemikian rupa sehingga bagian depan rambut pemakainya wajib kelihatan .Lalu disusul tren kebalikannya pada anak remaja, dimana hijab yang dipakai, bagian depannya sampai melewati alis mata, sehingga hampir tak kelihatan mata penggunanya.

Pernah ada seorang wanita berketerbelakangan mental yang tewas hanyut saat sungai Deli meluap.

Pernah ada sepasang sahabat yang bertemu kembali setelah lama berpisah. Dan disela waktu yang berbatas, menyempatkan mengunjungi mesjid Al-Musannif hanya untuk melepas kerinduan menapaki nostalgia ber-moon-gazing.

Dan setahuku pasti pernah ada banyak hal yang tak terekam jejak dan sejarahnya tentang kota Medan ini oleh manusia. Jadi, setahu kamu pernah ada apa? ^_^

Jangan Makan Plastik



Plastik adalah istilah umum untuk polimer. Termasuk dalam jenis benda anorganik yang tak bisa terurai secara alami. Jika alam saja butuh waktu lama untuk mencernanya, bagaimana pula jika tubuh manusia yang mencernanya?

Plastik mengandung banyak senyawa yang sangat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi. Salah satunya adalah karsiogenik, yaitu senyawa yang menyebabkan kanker. Tapi tahukah anda, jika kita mungkin malah sering mengkonsumsi plastik secara tidak sengaja?

Kemungkinan itu biasanya datang dari alat-alat yang kita gunakan saat mengolah bahan makanan dan mengonsumsi makanan.

Para produsen makanan yang menggunakan plastik sebagai kemasan biasanya mencantumkan kode plastik pada kemasan tersebut. Kode tersebut dimaksudkan untuk mempermudah proses daur ulang
Sebagai konsumen, kita juga sebaiknya memperhatikan kode –kode tersebut agar makanan yang kita konsumsi tidak tercemari oleh zat-zat berbahaya pada plastik, dan memastikan apakah bahan plastik tersebut aman digunakan.

No Berapa?
Jika Anda membeli bahan makanan dalam kemasan plastik, misalnya minuman kemasan, coba perhatikan bagian bawah kemasan tersebut. Anda akan melihat tanda segitiga dengan angka di dalamnya. Kode angka tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Ada 7 kode angka .

Kode 1 adalah PET atau PETE (Polyethylene Etilen Terephalate). Biasa dipakai untuk botol plastik, seperti pada botol air mineral. Berwarna jernih dan tembus pandang. Plastik jenis ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jika dipakai berulang-ulang apalagi dengan air hangat bahkan panas, akan menyebabkan lapisan pelindung polimernya meleleh. Jika bercampur dengan minuman dan terkonsumsi, efek jangka panjangnya akan menyebabkan kanker.

Ada baiknya untuk merusak plastik jenis ini sebelum membuangnya. Dikhawatirkan pihak lain menggunakannya kembali sebagai wadah bahan makanan serupa. Fakta di lapangan, tingkat daur ulang jenis ini hanya 20%, padahal permintaan untuk produksi begitu banyak. Juga hindari pembakaran. Sering terhirup senyawa yang dihasilkan akan menyebabkan iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi wanita dapat meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran.

Ironisnya, banyak diantara kita yang menggunakannya berkali-kali. Botol  kemasan minyak goreng misalnya. Dengan alasan lebih ekonomis, kita cenderung membeli minyak goreng kemasaan isi ulang lalu mengisi kembali botol yang sudah kosong berkali-kali. Belum lagi botol-botol lainnya dengan kode nomor 1 yang kita perlakukan seperti botol minyak goreng tadi.

Angka 2 yaitu HDPE (High Density Polyethylene). Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih, galon air, peralatan makan dan minum. Plastik jenis ini bersifat lebih keras, kuat dan buram. Lebih tahan lama terhadap suhu tinggi. Jadi aman untuk digunakan berulang kali.

Angka 3 adalah PVC (Polyvinyl Chloride). Biasanya dipakai sebagai plastik pembungkus dan botol-botol. PVC tidak boleh digunakan dalam menyiapkan makanan ataupun kemasan makanan. Jika makanan bersentuhan dengan PVC, DEHA (diethylhydroxylamine) yang terkandung didalamnya akan bereaksi. Jika makanan tadi dikonsumsi, akan membahayakan ginjal, hati dan berat badan. Selain itu jangan membakar PVC, karena bahan ini mengandung klorin. Jika dibakar akan mengeluarkan racun yang mematikan.

Angka 4 berarti LDPE (low density polyethylene). Digunakan sebagai tempat makanan, boto-botol lembek, pakaian, mebel, dll. Plastik jenis ini bersifat kuat, tembus pandang, fleksibel, dan permukaan agak berlemak. Barang berbahan LDPE sangat sulit dihancurkan, namun sangat baik untuk peralatan makan dan minum karena sulit bereaksi secara kimiawi.

Angka 5 merupakan kode untuk PP (polypropylene). Plastik jenis ini bersifat lebih kuat dan ringan, transparan dan cukup mengkilap. Daya tembus uap rendah dan sangat stabil terhadap suhu tinggi. Berdasarkan sumber, jenis polypropylene ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman bayi. Maka, carilah kode angka 5 bila membeli barang plastik untuk peralatan makanan minum.

Angka 6 merupakan kode untuk PS (polystyrene). Umumnya digunakan sebagai bahan tempat makan Styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Polysteyrene merupakan polimer aromatik. Sama dengan plastik berkode angka 3, Polysteyrene juga bereaksi jika bersentuhan dengan makanan, yaitu dengan mengeluarkan bahan styrene. Styrene sangat berbahaya bagi kesehatan otak. Pada wanita mengganggu hormon estrogen yang berdampak pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf.

Selain itu, plastik jenis Polystyrene sangat sulit untuk didaur ulang. Jikapun didaur ulang, diperlukan waktu yang sangat lama dengan proses yang sangat panjang. Dan sangat tidak disarankan membakar plastik jenis ini, karena bahan ini mengandung senyawa benzene yang meneyebabkan kanker jika dibakar.
Selalu biasakan memperhatikan kode plastik pada kemasan ^_^

Angka 7 merupakan kode untuk OTHER (Polycarbonate). Ada 4 macam bahan untuk jenis plastik ini; SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC and Nylon.
SAN dan ABS memiliki daya tahan tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu. Tingkat kekerasan, kekakuan dan kekuatannya telah ditingkatkan. Biasaya digunakan untuk mangkuk mixer, piring, alat makan, sikat gigi, dan produk keras lainnya. Sangat baik digunakan sebagai peralatan makan dan minum. ABS juga digunakan untuk pipa dan bahan mainan seperti lego.

PC atau Polycarbonate dapat dijumpai pada botol susu bayi, botol minum polikarbonat, kaleng kemasan makanan dan minuman, seperti kaleng susu formula. PC yang berbahan utama Bisphenol-A sangat mungkin mengeluarkan zat utamanya ketika bersentuhan dengan makanan. Di dalam tubuh, zat ini merusak sistem hormon, menurunkan produksi sperma, merusak kromosom pada ovarium dan mengubah fungsi imunitas. Selain itu zat ini juga menjadi bahan hormon pengganggu kehamilan dan pertumbuhan janin. Sangat tidak dianjurkan untuk digunakan peralatan makan dan minum.

Sebagai konsumen yang cerdas, ada baiknya jika kita mengenali kode angka pada bahan plastik. Dengan demikian kita bisa memastikan apa saja yang aman untuk dilakukan dan sebaiknya tidak dilakukan. Pengetahuan dasar kode angka tersebut juga sangat membantu kita untuk memastikan bahwa bahan plastik di rumah cukup aman untuk kita dan anak-anak kita, terutama mainan anak dan benda-benda dalam interaksi kita sehari-hari.

Ironis memang seperti dalam hal botol susu bayi. Ternyata tidak semua botol susu bayi aman untuk digunakan. Tergantung dari jenis plastiknya. Padahal sering kali botol susu bayi mengalami proses pemanasan, misalnya dengan tujuan sterilisasi dengan microwave, direbus atau dituang air panas. Jika ternyata selama ini botol susu yang digunakan dibuat dari bahan plastik yang tidak tahan panas dan rentan reaksi kimia, tentunya akan sangat berdampak pada bayi kita. Padahal maksud kita memberikan susu adalah sebagai nutrisi, namun malah jadi racun mematikan.

Jadi, berhati-hatilah dalam menggunakan plastik. Terutama untuk yang berkode angka 1,3,6, dan 7 (PC), sebab semuanya sangat rentan akan reaksi kimia dan suhu. Gunakan cukup sekali saja. Dan jangan lupa untuk merusaknya sebelum membuangnya. Dengan begitu anda akan menyelamatkan nyawa orang lain.

Nah, kalau kamu sering berinteraksi dengan plastik yang mana nih?


Dimuat di Harian Analisa Senin, 7 Desember 2015
http://analisadaily.com/kesehatan/news/jangan-makan-plastik/195026/2015/12/07

Malam Minggu nge-date di mana?


Kami nge-datenya di dekat kost-an. Padahal kepengennya sih makan yang manis-manis. Namun akhirnya jadi makan yang panas dan pedas juga deh (lagi).

Nah, berkunjunglah kami ke Bakso Bang Dian. Pertama kalinya

Karena Bahagia itu Menular


 Bahagia kami sederhana.

Lagi kelaparan tengah malam, ada tetangga yang dengan senang hati mau ngolah tepung jadi camilan mengenyangkan.

Mau masak sambal, kekurangan bawang putih, ada tetangga yang yang nyetok buanyak.

Lagi masak kehabisan gas, ada tetangga yang  pakai  tabung gas biru.

Lagi gak ada uang buat jajan, ada tetangga yang ngajak traktiran.

Coretan Kala Galau III (Edisi Sakitnya Berbagi)

Biasanya yang namananya berbagi itu berakhir dengan indah. Iyakan? Tapi tidak untuk kali ini.
Pernahkah Anda menjadi anak kos? Atau anda menyandang status itu sekarang?

Nah, ini adalah kisah anak-anak kos yang sedang menjalani  masa paceklik dengan segala dilema keuangan dan emosi jiwa.  Selamat membaca dan berimajinasi.

Pada suatu hari yang sangat miskin, kami akhirnya memutuskan untuk berbelanja bahan makanan untuk stok selama 1 minggu kedepan. Menggunakan sisa-sisa pundi simpanan. Di akhir bulan seperti ini, kami memutuskan untuk memasak gulai ikan.  Dengan budget seadanya, akhirnya terbelilah 3 ekor ikan seharga Rp. 15.000,-. Masing-masing ikan dipotong jadi 4 bagian. Biar banyak...Sahaha.

Jadi biarpun uang tak lagi bisa dikatakan uang, makanan harus tetap di jaga bro. Soalnya kalau sampai sakit bisa bahaya bro. Mau dari mana budget untuk menebus ini itu. sudah tak ada uang, sakit pulak...wkkk...bisa-bisa langsung pulang kampung ke kampung akhirat. Belum siap adek bang...dosa betumpuk, amalan masih minim.

Nah, kembali lagi,
Dan taraaa...gulai ikan pun selesai. Prinsip kami, jadi anak kos itu wajib irit, tapi jangan pelit-pelit. Kalau mau berkah, maka bagi-bagilah. (well, bukan prinsip yang kami buat sih sepertinya, lebih tepatnya memang sudah seperti itu prakteknya ketika kami bertiga bertemu. Yaa...sukur dah, punya pemikiran yang sama akan hal berbagi).

Si gulai ikan yang seadanya itu pun kami comot 2 potong untuk diantarkan  ke tetangga sebelah. Ada 2 personil di kamar sebelah. Yang satu, Si Bunga memang tak begitu suka olahan makanan berkuah santan. Jadi ya biarlah si Bika yang menghabiskannya. (Untuk kisah si Bunga dan si Bika sila cek di sini dan di sini

Sesampainya di rumah tetangga, gulai ikan pun langsung kami letak di tudung saji. Dengan pesan,
“Ini ada ikan gule. Habiskan ya...”

Dan kami pun kembali ke markas. Makan bro. Lapar. Nikmat nian santapan malam itu.

Nah, keesokan harinya, si tetangga, Si Bunga betandang pagi-pagi. Tak bisa dikatakan pagi, karena saat itu sudah jam 11. Tapi akhir-akhir ini jam 11 mendekati jam bangun nya...haha...maklum, malamnya keseringan begadang.

Nah, dalam celotehannya, ternyata si ikan gulai yang kami antar tadi malam telah di temani buih-buih dengan jumlah masih utuh 2 potong ikan. Basi. Tak terusik sedikitpun. Whaattt???

Padahal ditengah ketidakberadaan, kami masih rela bagi-bagi. Tapi ternyata malah diabaikan. Kalau tak mau bilang dari awal. 2 potong bisa untuk kami sekali waktu makan lagi lho. Hhh...kesal ...sebal...dan sebutkan saja segala rasa sejenis yang ada di dunia.

Mungkin hanya kami yang merasakan masa paceklik. Mungkin Cuma kami yang merasa jika tetangga kami juga butuh makanan, mungkin cuma kami yang mengkhawatirkan kalau tetangga kami kelaparan dan sedang kesusahan untuk makan. Mungkin hanya kami saja yang berfikir untuk ikut memikirkan tetangga kami. Mungkin cuma kami yang peduli. Sementara yang dipedulikan tak ingin dan tak peduli dipedulikan. Waaa...baper dah. Sakit rasanya.

Yaa...sudahlah, sejak saat itu. kami putuskan kami tidak akan mengantar dan membagi makanan apapun lagi ke kamar sebelah. Titik.



Rumah Kedua, Jum’at 30 okt, 02.30 pm


Coretan Kala Galau II (Edisi Kelaparan Tengah Malam)


Pas lagi ngumpul-ngumpul, malam, di kamar kos-kosan tercinta, bareng tetangga ekstrim sebelah kamar yang tak lain dan tak bukan adalah Si Bunga (masih ingatkan pemirsa tokoh saya yang satu ini. Si Bunga di edisi ini  ), Ngegosip gak lengkap kalau gak ada kunyahannya.

Liat jam eee... udah hampir jam 12 malam aja. Dan mata masih terang. Tapi perut lapaaaarrr. Mana bulan tua lagi. Lirik-lirik rak tempat nyetok makanan adanya

Coretan Kala Galau (Edisi Tentang Tetangga)

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Hmm...malam ini lagi cari-cari bahan buat nulis opini. Eee....bahan yang dicari tak dapat-dapat. Perasaan pernah baca tu hadis entah di mana. Tetiba di cari di Google, tak satupun muncul hadis yang dimaksud. Ada sih yang agak mendukung. Tapi tetap aja bukan itu yang dimaksud.
Yaasudahla. Jadinya ngalor ngidul nggak jelas. Apalagi tetangga yang ekstrim ini datang berkunjung dan menetap di sini pake bawa-bawa laptopnya yang hmm...susah mengetikkan ekspresinya ^_^.

Maksud dan tujuannya sih baik. Dia mau bantu mencarikan hadis yang dimaksud di applikasi yang ada di laptopnya. Tapi ya tetap saja tidak ketemu. Ujung-ujungnya dia malah main game. Wedeeehhh.

Wokelah. Kali ini saya mau mengulas tentang hati.
Walaaa...kok nggak nyambung ya. Panjang lebar dari atas bahas hadis, ee..kandasnya ke hati bro. Tapi boleh la ya.

Ehem...jadi begini. Sebenarnya ada hubungannya dengan tetangga yang saya jelaskan di atas tadi. Jadi ceritanya ia sedang galau. Masalah hati yang kompleks.

Masalah cintakah? Bukan. Bukan tentang cinta atau asmara. Lebih tepatnya tentang uang dan hubungan keluarga. Kali ini saya bahas tentang hubungan keluarga lebih dulu ya. Masalah keuangan akan disambung di lain cerita. Insyaallah.

Jadi ceritanya si tetangga ekstrim ini punya anak ayam, eeee...maksud saya anak asuh. Dari curhat-curhatannya si tetangga (kita sebut saja namanya Bunga). Nah dari curhatannya si Bunga, anak asuhnya ini (kita sebut saja namanya Bika), si Bika orangnya pendiam dan cenderung peduli dengan dirinya sendiri. Dikatakan egois sih tidak juga, mungkin lebih tepatnya kurang perhatian dengan lingkungan sekitar, hmm...terlalu cuek sih iya juga.

Si Bunga ini tipe manusia bergolongan darah O yang rameeeee banget, cerewet iyaaaa banget, humoris, ceria  (pas lagi bahagia ceria, pas lagi sedih pun iya bisa ketawa ketiwi), unik, pintar? Kadang pintar, kadang malah genius sangat, namun kalau udah lemot, nggak ketulungan. Ampun dah. Tapi secara keseluruhan si Bunga ini muslimah yang baik lah ahklahnya. Cieee

Nah, sedangkan si Bika, ia adalah tipe golongan darah B, yang cuek, (cuek banget malah pun), tipe anak mami, baik budi, pelupa tingkat hampir tinggi, penakut, tipe yang segan ini segan itu. dan pendiam tingkat dewa. Ceritanya ini tahun pertamanya bersalaman sama bangku kuliah.

Si Bunga adalah kakak sepupunya Si Bika. Jadi Emaknya si Bika menitipkan buah hati kesayangannya ke Si Bunga yang sudah berpengalaman menjaga anak-anak labil yang masih dalam masa pencarian jati diri. Hehe. Si bunga ini sudah beberapa kali dititipi amanah menjaga adik-adik kandung dan sepupunyadi kota medan ini. Ada yang baru masuk SMA, sampai kuliah. Emak-emak banget dah si Bunga ini.

Nah, menurut si Bunga, Si Bika ini kurang banget perhatiannya sama kondisi kos-kosan yang mereka tempati bersama. Dia juga akhirnya merasa tidak enak sendiri jika harus tiap hari menyuruh si Bika untuk melakukan ini dan itu. Ya, misalya saja buang sampah, masak sarapan, beres ini beres itu. “Kan udah dewasa. Masak tiap hari mesti dibilangi. Ya sadar sendiri aja la. Toh ini kan rumah bersama, ya angga aja la rumah sendiri, kalau ada yang kotor di bersihkan, kalau lapar masak, toh fasilitas lengkap kok. Kan sayang kiriman paket bahan makanan dari maminya kalau gak diolah.” cerocosnya.

Nah, di lain pihak, Si Bika ini ngakunya (ketika kami wawancarai,...ceritanya tetangga sebelahnya ini mau mendamaikan masalah tak enak hati si Bunga dan Si Bika ini ), segan menggunakan peralatan yang ada di kamar mereka. Alasannya karena ini kan kamar nya si Bunga, bla bla bla. Trus dia juga ngakunya takut sama si Bunga. Ketika kami Tanya takut kenapa, dia jawabnya “Yaa  takut aja” hedeeehhh...

Sudah lelah deh, tetangga sebelah yang berbaik hati ini menjelaskan ke kedua belah pihak akan keinginan dan perasaan masng-masing. Ya, paling tidak ada lah perbaikan dari keduanya setelah ini. (Pikir para tetangga yang baik hati nya ini).

Eee....gak taunya si Bunga ini curhat lagi, ada sih perubahannya, udah mau si Bika masak. Namun dari segi sosialisasi dan empati masih sama aja. Dan akhirnya iya baper lagi deh hati nya yang kemaren-kemaren tu. Cape deh para tetangga ni. (tepok jidat)
Nah, Kini dari persfektinya tetangga dulu ya.

Hari-berganti minggu, minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. (belum la...belum sampai 1 semester kok si Bika di sini). Ehem...para tetangga yang baik hati nya ini pun juga punya pandangan yang tak jauh beda rupanya terhadap si Bika. Imbang-imbang la sama si Bunga.

Berdasarkan pengamatan lensa tetangga, si Bika ini memang kurang perhatianya terhadap keberlangsungan dan kebersamaan hidup di area lingkungan kos (berat  bahasanya bro). Nah, pernah suatu hari, token listrik sudah hampir habis, waktu itu hanya ada 3 orang saja di kos. Beberapa anggota kos sedang di luar kota. Ciee..

Nah, jadi si Bika SMS minta nomor token karena mau diisi. (Jadi sistem pembayaran listrik kami dengan sistem pulsa. Biasanya kalau mengisi token bareng-bareng biar lebih ekonomis). Ada seorang lagi yang menghubungi via BBM. Berhubung intenet lola saat itu, jadilah hanya si Bika yg di respon. Nah, SMS pun dibalas. Nomor token diberikan, dengan pesan tambahan minta diduluankan saja skalian untuk seluruh penghuni kos. Entah si Bika ini lupa atau tidak ada uangnya, akhirnya ia hanya mengisi untuk 2 orang saja.

Nah, tetangga bingung. Tak tau mau bilang apa. Padahal ada 3 orang yang saat itu menghuni kos. Kenapa hanya diisi untuk 2 orang saja. Berarti yang 1 lagi tidak ditanyai. Kalaupun uangnya tidak cukup untuk menduluankan, paling tidak Si Bika bisa balas SMS. (Susah bilang la tetangga ni kalau sudah begini.)

Nah, semingu kemudian tokennya hampir habis lagi. Jadi, sisa yang belum jadi mengisi ini pun beraksi. Salah seorang mengajak si Bika keluar untuk menemaninya. Tapi nasib si kawan lagi tak beruntung. Ia ditolak si Bika, dengan alasan tidak ada baju. Ya sudah la...

Sebelumnya si kawaan sudah agak-agak main hati juga dengan si Bika. Pasalnya dia sudah berulang kali mengajak si Bika untuk berbaur bersama ke kamar sebelah. Tak enak juga rasanya, jika di kamar sebelah lagi tertawa-tawa ria bersama, Si Bika yang menyendiri dan tak melakukan apapun di sana tak diajak ikut bersama. Padahal induknya, Si Bunga juga ikut nimbrung di kamar sebelah. Dan jawaban si Bunga ketika itu cuma “IYA Kak”, tapi sampai keesokan harinya tak muncul-muncul juga batang hidungnya. Hhh....kebiasaaaaan memang.

Oke. Balik lagi ke soal token tadi. Malamnya listrik mati. Karena tokennya sudah habis. Kami para tetangga dan Si Bunga sengaja memang untuk tidak langsung mengisi tokennya, hanya membeli vouchernya saja. Maksudnya mau melihat respon si Bika. Peduli atau tidak. And we got nothing. Gak ada bro. Gak ada tanya2 malah. Hmmm...yaa..akhirnya semuanya pada bawa-bawa hati la..mau tak mau. Hhhh.

So, ketika listrinya sudah mati pun dia Si Bika pun masih tak komen apa-apa. Normalnya seseorang pasti bertanya bagaimana nasib listrik malam itu. tapi....tetap tidak ada respon apapun. Si Bunga yang juga takut gelap pun akhirnya palak dan hijrah dari kamarnya ke kamar tetangga sebelah. Kesal setengah mati. Dan dia pun merepet-repet dalam bahasa Inggris. Ya... sudah naluri.. Tak sanggup lagi dia berdiam diri. Tetangga juga  deh yang kena semprot. Kami tunguuuu juga responnya, tetap nihil.

Dan paling parahnya lagi, ketika kami beramai-ramai keluar, bermaksud memasukkan nomor vouchernya, Si Bika tetap tidak bergeming dari tempat tidurnya. Luar biasa P A R A H deh. Barulah Si Bika akhirnya ikut keluar setelah si Bunga memanggilnya untuk PEDULI.

Sudah bisa ditebak jika diwawancarai kembali tentang waktu itu, Si Bika akan bilang Kalau ia segan dan takut. TYPICAL.

Sifat cuek memang bawaan lahir, dan itu merupakan hak seseorang, dan itu bukan lah sesuatu hal yang buruk. Bahkan sikap cuek merupakan hal yang sangat keren. Namun jika terlalu cuek...?

Kita bisa saja berprinsip hidup sebagai seseorang yang mandiri dan tak mau menyusahkan orang lain. Sangat bagus malah. Tapi bukan berarti kita bisa hidup sendiri dan tak bersosialisasi. Mentang-mentang bawaan lahir, bukan berarti sikap cuek tersebut tak bisa diubah. Tak perlu bilang SUSAH. Hanya MAU atau TIDAK mengubahnya.




Rumah kedua, 10.00 pm