Coretan Kala Galau III (Edisi Sakitnya Berbagi)
Biasanya yang namananya berbagi itu berakhir dengan indah. Iyakan? Tapi tidak untuk kali
ini.
Pernahkah
Anda menjadi anak kos? Atau anda menyandang status itu sekarang?
Nah, ini
adalah kisah anak-anak kos yang sedang menjalani masa paceklik dengan segala dilema keuangan
dan emosi jiwa. Selamat membaca dan
berimajinasi.
Pada
suatu hari yang sangat miskin, kami akhirnya memutuskan untuk berbelanja bahan
makanan untuk stok selama 1 minggu kedepan. Menggunakan sisa-sisa pundi
simpanan. Di akhir bulan seperti ini, kami memutuskan untuk memasak gulai ikan.
Dengan budget seadanya, akhirnya terbelilah 3 ekor ikan seharga Rp.
15.000,-. Masing-masing ikan dipotong jadi 4 bagian. Biar banyak...Sahaha.
Jadi biarpun
uang tak lagi bisa dikatakan uang, makanan harus tetap di jaga bro. Soalnya kalau sampai sakit bisa
bahaya bro. Mau dari mana budget untuk menebus ini itu. sudah tak
ada uang, sakit pulak...wkkk...bisa-bisa langsung pulang kampung ke kampung akhirat.
Belum siap adek bang...dosa betumpuk, amalan masih minim.
Nah,
kembali lagi,
Dan taraaa...gulai
ikan pun selesai. Prinsip kami, jadi anak kos itu wajib irit, tapi jangan
pelit-pelit. Kalau mau berkah, maka bagi-bagilah. (well, bukan prinsip yang kami buat sih sepertinya, lebih tepatnya
memang sudah seperti itu prakteknya ketika kami bertiga bertemu. Yaa...sukur
dah, punya pemikiran yang sama akan hal berbagi).
Si gulai
ikan yang seadanya itu pun kami comot 2
potong untuk diantarkan ke tetangga
sebelah. Ada 2 personil di kamar sebelah. Yang satu, Si Bunga memang tak begitu
suka olahan makanan berkuah santan. Jadi ya biarlah si Bika yang
menghabiskannya. (Untuk kisah si Bunga dan si Bika sila cek di sini dan di sini
Sesampainya
di rumah tetangga, gulai ikan pun langsung kami letak di tudung saji. Dengan pesan,
“Ini ada ikan gule. Habiskan ya...”
Dan kami
pun kembali ke markas. Makan bro. Lapar. Nikmat nian santapan malam itu.
Nah,
keesokan harinya, si tetangga, Si Bunga betandang pagi-pagi. Tak bisa dikatakan
pagi, karena saat itu sudah jam 11. Tapi akhir-akhir ini jam 11 mendekati jam
bangun nya...haha...maklum, malamnya keseringan begadang.
Nah,
dalam celotehannya, ternyata si ikan gulai yang kami antar tadi malam telah di
temani buih-buih dengan jumlah masih utuh 2 potong ikan. Basi. Tak terusik
sedikitpun. Whaattt???
Padahal
ditengah ketidakberadaan, kami masih rela bagi-bagi. Tapi ternyata malah
diabaikan. Kalau tak mau bilang dari awal. 2 potong bisa untuk kami sekali
waktu makan lagi lho. Hhh...kesal ...sebal...dan sebutkan saja segala rasa
sejenis yang ada di dunia.
Mungkin
hanya kami yang merasakan masa paceklik. Mungkin Cuma kami yang merasa jika
tetangga kami juga butuh makanan, mungkin cuma kami yang mengkhawatirkan kalau tetangga
kami kelaparan dan sedang kesusahan untuk makan. Mungkin hanya kami saja yang
berfikir untuk ikut memikirkan tetangga kami. Mungkin cuma kami yang peduli. Sementara
yang dipedulikan tak ingin dan tak peduli dipedulikan. Waaa...baper dah. Sakit rasanya.
Yaa...sudahlah,
sejak saat itu. kami putuskan kami tidak akan mengantar dan membagi makanan
apapun lagi ke kamar sebelah. Titik.
Rumah
Kedua, Jum’at 30 okt, 02.30 pm
hahaha jadi yaudah gausah bagibagi makanan lagi :D
ReplyDeleteAha...iyaaa...tapi cuma ke kamar sbelah aja kok😄
Delete