Showing posts with label Gardening. Show all posts

Kanreapia: Desa Berkabut Yang Menyulap Sayur Jadi Harapan

Pagi itu kabut turun cukup tebal. Dingin mencubit kulit wajah. Tapi aktivitas pagi itu tetap dilakoni penduduk seperti biasa. Satu persatu terlihat mulai turun ke kebun masing-masing. Ada yang mulai memeriksa kondisi dedaunan sawi yang baru kena guyur hujan malam tadi, ada yang mulai mencangkul lahan untuk membuat lokasi pemindahan bibit, ada pula yang sudah sibuk memenuhi bakulnya dengan seledri segar yang baru ia panen. Ah, dingin sudah biasa bersahabat dengan suhu tubuh mereka di sini, Kanreapia.


Berkenalan dengan desa Kanreapia


Kanreapia adalah sebuah desa yang bertanah amat subur di bawah naungan gunung Bawakaraeng. Terletak di hamparan pegunungan dengan ketinggian kuang lebih 2000 m di atas permukaan laut. Ciri khas desa ini adalah dingin, kabut, hujan dan sayuran. Sebagai warga Sumatera Utara, aku langsung terbayang pemandangan Berastagi yang kurasa mirip situasinya alamnya. 

Kanreapia merupakan desa di kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kalau dari ibu kota kabupaten, Sungguminasa, jaraknya sekitar 74 kilometer, atau kira-kira 2 setengah jam perjalanan dari Makassar. 

Pemandangan Desa Kanreapia

Selama ini Kanreapia terkenal sebagai kampung penghasil sayuran segar, karena memang 7 dusun di desa ini fokus menanam sayuran. Setidaknya ada 10 komoditas sayur yang dihasilkan; kol, sawi, tomat, daun bawang, kentang, buncis, wortel, labu siam, kembang kol, dan seledri. Tiap hari desa yang kini juga dikenal dengan sebutan Kampung Sayur ini rata-rata bisa panen lebih dari 20 ton sayur. 

Tapi ternyata dulu masyarakatnya hanya bertani 3 jenis tanaman saja, lho, yaitu markisa, jagung dan ubi jalar. 

Lalu bagaimana ceritanya kini malah sampai jadi pemasok sayuran segar terbesar se-SulSel? 


Sosok Di Balik Kampung Sayur


Transformasi Kanreapia yang sebelumnya hanya menanam 3 jenis komoditas sayuran hingga menjadi pemasok sayur terbesar di Sulawesi Selatan tak lepas dari andil seorang putra daerah bernama Jamaluddin. Setelah menyelesaikan S2-nya, walau sempat menjadi dosen, Jamal memutuskan untuk pulang kampung.

Kalau stay di kampus, banyak profesor, magister dan doktor di sana. Tapi di kampung, saya dibutuhkan kampung saya”. Begitu katanya ketika ditanya kenapa tidak melanjutkan karir di kota. 

Sudah lama Jamal membaca potensi kampung halamannya ini. Lalu ditambah panggilan hatinya untuk mengabdi karena prihatin dengan tingkat pendidikan dan literasi di desanya, Jamal dan rekan-rekannya akhirnya di 2014 membuat sebuah rumah baca bernama Rumah Koran. 

Rumah koran

Di rumah koran ini, yang awalnya bekas kandang bebek lalu dindingnya ditempeli koran, sering jadi tempat berkumpul anak-anak petani, masyarakat, petani muda dan petani tua. Dari yang awalnya hanya wadah baca tulis, berkembang dan meluas menjadi wadah edukasi masyarakat, forum diskusi pertanian, hingga ekoliterasi. Hingga pada 2017, dedikasi Jamal mendapatkan SATU Indonesia Award. 


Lewat Rumah Koran Petani Biasa Menjadi Petani Berliterasi : Sejahtera di Dunia, Sejahtera di Akhirat. 


“Rumah Koran selalu berupaya untuk mengedukasi masyarakat supaya desa ini mampu menghasilkan sayur dengan kuantitas dan kualitas yang bagus”, ujar Jamal. 

Lewat lahan contoh, kami juga memperlihatkan bagaimana supaya sebagai petani kita betul-betul menjaga mata air, bagaimana membuat pipanisasi, membuat penghijauan, hingga menerapkan pertanian organik. Tujuannya agar pertanian bisa berkelanjutan.” Sambungnya. 

Hasilnya, kini petani di Kanreapia bisa bercocok tanam dan panen di segala musim, baik di musim hujan maupun kemarau, tanpa perlu khawatir dengan sumber air. Karena ada air melimpah di 100 embung (tempat penampungan air). 

Saking melimpahnya hasil tani di Kanreapia, di era Covid-19 bahkan desa ini mampu menyedekahkan 50 ton sayur segar ke dapur umum Sat. Brimob POLDA SulSel. Aksi ini kemudian mengantarkan Kanreapia menjadi salah satu desa binaan dalam program Kampung Berseri Astra (KBA) sejak 2021.

Uniknya, sedekah sayur ini pun masih terus dijalankan hingga kini. Menyasar lebih dari 100 panti asuhan yang ada di SulSel, jumlah sedekah sayur kini telah tembus 100 ton. 

Dari petani biasa menjadi petani literasi, petani dermawan. Jadi, sejahtera di dunianya dapat, tabungan akhirat nya juga dapat.” Tukas Jamal mantap. 


Melirik Seledri Karena Literasi


Akhir-akhir ini banyak petani di Kanreapia beralih fokus ke seledri. Pasalnya dari Rumah Koran mereka belakangan jadi tahu kalau tanaman yang tumbuh subur di ketinggian 900 m dari permukan laut ini punya banyak keunggulan dibanding tanaman sayur lainnya. Seperti bisa dipanen (kembali) dalam jangka waktu singkat, mudah dan murah perawatannya, harga jual relatif tinggi, sehingga dianggap lebih efisien. 

Pembibitan 1 bulan, lalu pindah bedeng tanam. 2 bulan setelah masa tanam baru bisa dipanen. Perawatannya pupuk, jaga dari hama, lalu pakai bahan kimia sedikit supaya tidak cacat.” Ujar Hasrullah, salah satu petani seledri di Kanreapia. 

Yang pernah menanam seledri pasti paham. Beberapa tahun lalu aku juga sempat punya 30an pot seledri di rumah. Kalau untuk pemakaian sehari-hari tentunya sampai luber ya, jadi sampai bisa dijual hasil panennya. Dan dalam jangka waktu sepekan setelah dipanen, aku sudah bisa panen lagi. 

Jadi kalau petani di Kanreapia punya lahan luas yang isinya seledri semua, mereka jadi serasa bisa panen seledri tiap hari, dari lahan yang berbeda. Jadi mereka bisa mendapatkan pendapatan harian dari panen seledri. 


Kolaborasi Selalu Jadi Kunci Keberlangsungan Berdaya

Desa Kanreapia

11 tahun Rumah Koran berdiri, Jamal mengakui bahwa kebanyakan aksi yang digagas oleh Rumah Koran tak lepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak. Baik masyarakat setempat, sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan, Kementerian Lingkungan Hidup, aparat pemerintah, mahasiswa, komunitas-komunitas terkait, panti asuhan, dan lainnya. 

Jadi kita tidak bergerak sendiri”. Tuturnya. 

Seperti dalam hal pemasaran hasil tani, Komunitas Rumah Koran mewadahi pemasaran dalam bentuk macam-macam. Diantaranya melalui program Pasar Tani yang bekerja sama dengan para pengepul sayur. 

Sayur-sayur saya kumpul dari petani, lalu dibawa ke gudang. Setelah itu disortir, baru dijual lagi. Pasar penjualan saya macam-macam, ke Enrekan, Batulincin, Samarinda, bahkan Makassar." Ujar Hamzah salah satu langganan pengepul sayur. 

Kini hasil panen Kampung Sayur sudah memasok ke 18 kecamatan di Kabupaten Goa, sampai ke ibu kota provinsi, bahkan keluar pulau Sulawesi, menembus pasar pulau Kalimantan dan Papua. Jamal berharap ke depannya sayur-sayur Kanreapia bisa go Internasional, diekspor secara global. 


Akkammisi: Kebiasaan Nenek Moyang Menjadi Kunci Menjaga Iklim dan Melestarikan Lingkungan sampai menginspirasi dunia Internasional


Penduduk Kanreapia punya tradisi nenek moyang yang hingga kini masih sering dilakukan, Akkammisi namanya. Sebuah tradisi gotong royong yang dilakukan masyarakat tiap hari Kamis. Jadi setiap Kamis, penduduk akan kumpul bersama untuk melakukan suatu aktivitas gotong royong. 

Tradisi ini kemudian diaplikasikan Rumah Koran dalam memberdayakan masyarakat menjalankan visi misi dan pilar-pilar Rumah Koran dan KBA Kanreapia; pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan. Seperti ketika membangun embung pertanian, memanen air hujan, membangun pipanisasi dan sprinkler untuk sistem penyiraman, membuat lahan percontohan, menjalankan sedekah sayur, dan kegiatan lainnya. 

Tak disangka pada 2023, 2 tahun setelah dibina Astra, praktik gotong royong ini malah mengantarkan KBA Kanreapia mendapatkan predikat Kampung Iklim Berseri, sebuah penghargaan tertinggi dari Kementrian Lingkungan Hidup RI. 

Tak tanggung-tanggung, setelah itu Kanreapia juga dilirik ajang internasional pada COP28 (Conference of the Parties of the UNFCCC), pertemuan tahunan yang ke-28 Konferensi Perubahan Iklim PBB, di Dubai. Karena dianggap budaya dari Akkammisi yang diterapkan di Kanreapia ini mampu mempertahankan iklim dan lingkungan di desa itu. 

Wah, seberdampak itu ya. Dari hal yang tampaknya sepele, jadi inspirasi dunia. 

Maka kini Desa Kanreapia punya 3 identitas, yaitu KBA, Kampung Iklim, dan Kampung Sayur

Ensia award

Terakhir di tahun 2025 ini, Jamaluddin sebagai local hero inspiratif meraih penghargaan Environmental Sustainability Innovation Award (ENSIA). Ini karena inovasinya dalam menjaga lingkungan melalui gerakan literasi hijaunya yang mampu menggerakkan partisipasi masyarakat Desa Kanreapia. 


Dari Kampung Sayur Merambah ke Ekowisata, Kapan Waktu Terbaik Berkunjung ke Kanreapia? 


Inspirasi dari Kampung Sayur tentunya mengundang kekaguman dan rasa ingin tahu bagi siapa saja yang mendengar. Berbagai studi banding dari luar daerah, provinsi, dan dari luar pulau se-Indonesia pun banyak berdatangan. Membuka peluang potensi baru bagi Kanreapia sebagai destinasi ekowisata bertema wisata edukasi. 

Pengunjung melihat langsung proses pertanian yang dilakukan di Kampung Sayur ini. Mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan. Kita bisa berdiskusi sepuasnya dengan para petani di lapangan.

Bayangkan, berkemah di antara kebun-kebun sayur. Bangun pagi keluar tenda disambut dengan udara dingin dan hamparan hijau sayuran seluas mata memandang yang berselimut kabut. Kita bisa petik sendiri sayuran organik sepuasnya, kemudian langsung kita masak untuk sarapan pagi itu. Wah, bagiku itu sungguh pengalaman yang tak terlupakan dan pasti bakal dirindukan. 

Bulan Maret sampai sebelum musim penghujan.”

Jawab Jamal ketika ditanya kapan waktu terbaik berkunjung ke Kanreapia.

Suhu normal di Kanreapia di bawah 16 derajat Celcius.

Ciri khasnya Kanreapia itu dingin, kabut, hujan dan sayuran. Jadi kalau ke sana wajib bawa jaket”. Ungkapnya sambil tersenyum.


Tantangan dan Tekad


Selama 11 tahun bersama Rumah Koran, dan 4 tahun menjadi desa binaan Astra, meski telah banyak perubahan, inovasi dan inspirasi yang dilahirkan di Kanreapia, desa ini merasa masih tetap perlu terus berbenah, terutama dalam hal melengkapi fasilitas-fasilitas pendukung untuk menciptakan desa Kanreapia yang berdaya dan berdaya saing. Terutama dalam hal wisata edukasi, seperti infrastruktur dan penunjang lainnya. 

Dalam hal pemasaran hasil panen, harapan kedepannya Desa Kanreapia bisa memaksimalkan pemasaran secara online supaya bisa menjangkau pasar lebih luas lagi hingga dikenal secara global. 

Kanreapia bertekad menjadi sentra penghasil sayuran untuk mencukupi kehidupan pangan, meningkatkan taraf hidup, dan menunjang roda ekonomi masyarakat Desa Kanreapia.” Ujar Jamal mantap. 


Harapan yang Tumbuh Dari Balik Kabut


Menjelang senja, perlahan kabut kembali turun, menyelimuti ladang-ladang hijau di lereng gunung. Para petani berjalan pulang sambil membawa keranjang penuh hasil panen. Di balik kesederhanaan itu, tersimpan kisah luar biasa tentang perubahan yang tumbuh dari koran-koran yang ditempel di dinding bekas kandang bebek, dari literasi di tanah yang subur, dari niat melestarikan budaya nenek moyang, juga dari semangat kolaborasi berkesinambungan. 

Kanreapia kini bukan sekadar kampung penghasil sayur. Ia adalah simbol inspirasi dan harapan; bahwa ketika masyarakat, swasta, dan pemerintah bersama menyatukan gerak, bahkan kampung dari balik kabut pun bisa menyulap sayur menjadi masa depan yang cerah. 



Sumber: 

Youtube SATU Indonesia award: Bincang Inspiratif 16th SATU Indonesia Award 2025 Manado

Youtube Rumah Koran: Kanreapia di A_Satu TVRI

Youtube Tv Tani Rumah Koran : KBA Kanreapia di Zona Tani TVRI Sebagai Kampung Sayur

https://sulsel.idntimes.com/news/sulawesi-selatan/kampung-sayur-kanreapia-semakin-berdaya-berkat-pasar-tani-00-5qckx-bnw29b (diakses 19 Oktober 2025)
 
rumah-koran.blogspot.com
Instagram @rumah.koran
Instagram @kbakanreapia
Instagram @tvtanirumahkoran
Instagram @kampung.sayur

Gimana Rasanya Swasembada Caplak di Masa Harga Cabai Melangit?

Lupa aku entah sejak tanggal berapa tepatnya harga cabai di Aek Loba ini sekilo tembus 100 ribu sekilo, entah Agustus entah September mulainya. Dan sampai tulisan ini di tulis, harga cabai merah seperempat masih 25 ribu di sini. (Jadi teringat pidato Pak Presiden di ajang PBB lalu yang katanya Indonesia swasembada beras dan siap ekspor ke mana-mana. Eh, betul nya itu? Bukannya harga beras sejak naik waktu itu sampai sekarang ya masih saja mahal ya?) 

Untuk lidah warga sini yang kalau makan tanpa sambal rasanya kayak "payah ketelen' nasinya, dihadapkan dengan harga cabai yang tiap hari kian meroket itu kok rasanya kayak dianiaya sama negara ya. Padahal bukan dalam rangka hari besar atau libur nasional, dan cuaca pun juga sudah baik-baik lagi kondisinya untuk tanaman cabai. But, why aren't the price going back to normal? Why? 

Para pedagang kuliner menjerit dompetnya, dan pelanggannya menjerit kantongnya. Harga seporsi ayam penyet di sini pun naik (lagi). Kalau sudah naik, walaupun nanti harga cabai turun (entah iya entah entah enggak, dan entah kapan), harga ayam penyet ya tetap nyaman di situ. (Aku sih gak makan ayam penyet, tapi kalau para ponakan main-main ke rumah neneknya, neneknya bakal pasang mode "gofud" ayam penyet buat mereka😄). 

Kami, yang juga termasuk grup makan wajib ada sambal atau gigit cabai (Terutama mamake, aku sih masih bisa lewat) walau ikut palak dengan harga si cabai, sukurnya tetap bisa merdeka makan cabai sepuasnya. (Lambungku saja yang gak merdeka😌) Pasalnya sejak 3 bulan terakhir, kami swasembada caplak. 

Lihat kebunku, penuh dengan caplak. 
Ada yang putih, dan ada yang merah. 
Setiap hari, kusiram semua. 
Caplak yang putih, langsung jadi merah. 
Wkkk. 


Pernah suatu pagi, pas mamake pulang dari pajak, ngasih aku uang 27k. Heh, uang apa ini? Pikirku. Rupanya caplaknya beliau jual, dapat kurleb setengah kilo. Waktu itu harga cabai merah masih 80 ribu sekilo, rawit sekitar 50 ribuan. Dalam hatiku, lumayan lah untuk beli polibag lagi. Pas pula stok polibag sudah ludes🤣. 


Ada berapa pohon caplak di rumah? 


Walau kesannya seperti ada unsur pamer, tapi bolehlah sebagai bahan referensi. Sebenarnya kita butuh berapa banyak pohon cabai sih di rumah supaya gak perlu beli cabai lagi? Pertanyaan ini sebenarnya ya pertanyaan yang sering muncul di kepalaku ketika sengaja menanam banyak tanaman sejenis, seperti cabai, daun sop, dan daun prei.

Karena kini kurasa sepertinya jumlah pokok caplak yang ku tanam di rumah kebanyakan deh, sampai luber-luber buahnya. Walau kalau kondisi sekarang, 'kebanyakan' malah jadi duit karena harga cabai lagi selangit. Wkkk

Nah, sampai tulisan ini ditulis di kebunku ada 13 pokok caplak yang di tanah, 3 yang di polibag, dan ada tumpukan beberapa pokok caplak dalam 2 pot (jadi enggak tahu totalnya berapa, anggap saja 20 lah ya).
Pohon dan buah Cabai Caplak cabai rawit putih segar dalam bingkai polaroid

Tapi tak semuanya berbuah dengan porsi yang sama. Ada 4 pokok yang buahnya lebat banget, Sisanya bervariasi, ada juga yang malah berbunga pun belum. Karena waktu penanamannya juga tak sama. 3 kali menyemai.

Seingatku, penyemaian yang kedua dibuat setelah generasi pertama mulai berbunga. Penyemaian ketiga adalah cabai merah. Yang bertahan hidup dari serangan bekicot hanya 7 pohon, dan sebahagiannya masih di polibag yang isinya berkelompok. Statusnya beberapa sudah mulai berbunga. 

Oiya, For your information, semenjak cabai merah mahal, bisa dibilang mamake gak pernah beli cabai sih. Jadi sambal kami murni caplak semua. Dan caplak yang kutanam ini rasanya tak sepedas caplak pada umumnya. Heran juga. Oiya satu lagi, walau bibitnya sama, hasilnya beda-beda. Tergantung kesuburan pohonnya, lokasi serta asupan sinar mataharinya. Yang di tanah umumnya lebih banyak buahnya dibanding yang di polibag. Tapi yang di tanah pun walau pohonnya sama-sama besar, buahnya ada yang lebat ada yang jarang, ada yang buahnya gendut-gendut dan ada juga yang buahnya langsing semua satu pohon. 

Nah, jadi kalau ditanya butuh berapa pohon cabai sih supaya gak perlu beli cabai lagi? Ya tergantung kita serakus apa sekali makan cabai, dan sebanyak apa yang buah yang dihasilkan dari satu pokok cabai kita. 

Sekarang ini, hikmahnya "punya pokok cabai kebanyakan" gak ada ruginya sih. Kalau kebanyakan untuk konsumsi sendiri, ya jual aja sono ke pajak. Atau bagi-bagikan ke tetangga.

Tapi kalau mau ngasi tetangga, saranku sih, kita sendiri yang petik. Soalnya lain tuh kalau tetangga yang petik. Berhubung karena tanaman itu bukan miliknya, jadi perlakuannya ke tanaman yang sedang di petik itu tak jarang membuat pemiliknya, kita, malah menyesal sendiri. Maksudnya mau ngumpulin pahala eh, malah jadi makan hati nanti. Hehehe. Hanya para pemilik tanaman yang mengerti. ✌

Jadi ada berapa pohon cabai di rumahmu? Bisa swasembada cabai juga tak? 😁

Supaya Nyaman Berkebun di Musim Banyak Nyamuk

Siapa bilang musim penghujan adalah musim yang paling banyak nyamuknya? Kalau aku bilang musim yang paling banyak nyamuk dan paling ganas serangan nyamuknya justru ada di musim kemarau, percaya gak?

Aku juga baru ngeh dengan fakta ini bulan lalu, Juli, saat kemarau sedang di puncak-puncaknya untuk kawasan Aek Loba dan sekitarnya. Selain penampakan awan hujan yang hampir sebulan gak pernah kelihatan, suhu pun tiap hari makin panas. Malam pun sampai 32 derajat Celcius. Rata-rata penduduk Aek Loba susah tidur di malam hari saking gerahnya ditambah lagi nyamuk yang luar biasa banyaknya. Hingga akhirnya banyak penduduk yang bertumbangan. Jadilah bulan Juni (hingga Agustus) tahun ini selain musim kemarau juga jadi musim nyamuk dan musim sakit di sini. Mentang-mentang di Aek Kuasan sini ada 99 musim ya. 😏


Aku ingat ada turun hujan 2 kali di pagi hari (sejenak) setelah setengah bulan tak hujan. Nah, besoknya kok jadi banyak nyamuk kecil-kecil masuk kamar, dan makin hari makin ngelunjak

Halaman rumah kami kan rumput manis ya kan. Cuma lewat saja aku dari pintu depan ke rumah sebelah yang jaraknya kurleb 10 meter, nyamuk yang mengikutiku ada lebih dari 30 ekor, yang menempel di kulit bejibun. Ih, ngeri lah pokoknya. Padahal kalau soal air menggenang ya mana ada, pot bunga saja pun kering kerontang. Di mana lah nyamuk-nyamuk ini berkembang biaknya kok waw kali jumlahnya. Hujan yang waktu itu pun tak mampu membuat parit riul berair. Sat, kering. 

Tapi nyamuk-nyamuk ini ramai di mana-mana. Di tanaman-tanaman bungaku, di rumput-rumput, di bawah pokok rambutan, di pagar-pagar bambu, di tanaman cabai-cabaiku yang di polibag dekat dinding rumah, di rimbunan tanaman kemangi, bahkan di tanah-tanah lokasi tanaman cabai caplakku. Apakah nyamuk juga bisa berkembang biak di tanah ya? 

Sungguh fenomena nyamuk yang merajalela ini sedikit banyaknya jadi menurunkan tingkat kerajinan berkebunku awalnya. (Seh, sok rajin😅).Tapi ya cemana ya kan, cuaca udah lah panas terik plus kering-kerontang begini, kalau tak disiram tanaman-tanaman ini, pindah alam lah mereka🙄. Sehari wajib pagi sore disiram. Kalau tidak, sujud-sujud lah mereka, layu.

Rajin berkebun, sehat raga serta jiwa


Berkebun itu tak cuma petik-petik cabai kangkung dan semangka. Itu mah namanya panen bukan berkebun.

Bagiku berkebun itu... Mandi matahari sambil mencangkul lahan, buat kompos, mengangkut sampah sambil main tanah, memilah bahan bibit lalu dijemur sebelum membibit, buat penangkal hama, mencabuti gulma lalu dikasihkan ke anak lembu untuk cemilannya, menampung air cucian beras untuk dijadikan pupuk cair dan bahan semprotan hama, memindahkan bibit ke wadah yang lebih besar lalu dipindahkan lagi ke tanah kalau sudah besar, nyariin ulat satu-satu yang main petak umpet di daun-daun cabai, berburu bekicot malam-malam, pasang jaring supaya ayam tetangga gak mandi-mandi di bawah pokok cabai, memindahkan pot-pot bunga dan tanaman supaya gak diembat lembu pas mereka difungsikan jadi mesin potong rumput di halaman, mangkas pagar bambu biar rapi dan merapikan tanaman hias yang perlu dipangkas pakai pisau kater (berhubung gunting pagarku udah rusak). Mangkas pokok terung, rimbang, dan daun jeruk purut yang sudah terlalu rimbun supaya bertunas lagi (ya sambil dipanen lah pastinya), membabat daun ubi, daun katu dan daun ubi jakarta yang sudah menyemak tinggi, mencas batang daun pandan untuk stok masak nasi sambil dijadikan bunga meja sejenak, kadang juga sekadar metik bunga melati yang sudah mekar untuk dijadikan pengharum kamar.

Ya bukan berarti semuanya itu dilakukan tiap hari loh ya. Tapi tiap hari (kalau pas rajin) pasti ada kegiatan berkebun yang dibuat, paling gak aktivitas menyiram tanaman. 

Bagiku berkebun itu aktivitas yang kompleks; bukan cuma sekadar kegiatan bersih-bersih pekarangan, tapi juga memungsikan lahan jadi cantik dan menghasilkan, lalu sebagai gerakan ikut merawat bumi lewat mengompos dan menambah pasokan oksigen, tak hanya menyehatkan badan tapi juga jiwa.

Beraktifitas di bawah sinar matahari pagi meningkatkan produksi serotonin dan endorfin. Tak usah pun memanen hasil tanaman sendiri, tiap kali melihat yang kita taman dan rawat tumbuh dengan baik, berbunga apalagi berbuah selalu ada dopamin yang dilepaskan tubuh. 3 dari 4 hormon bahagia meningkat produksinya dengan aktivitas berkebun. Jadi jika sehari tak turun berkebun, rasanya rugi. Walau hanya menyiram tanaman pun jadi. 


Supaya Berkebun Tetap Nyaman dan Aman


Perihal banyak nyamuk ini, bagiku bukan hanya karena khawatir gigitannya menyebabkan penyakit malaria, DBD, cikungunya dan jenis penyakit lainnya yang dibawa nyamuk. Aku lebih khawatir dengan efeknya ke kulitku yang sensitif. Gatal sedikit saja efeknya langsung memicu alergiku. Lengkapnya ada di Cerita Alergi: Obat Absurd Tapi Ampuh.

Makanya kalau soal nyamuk, di rumah alat tempurku minimal ada kelambu, raket nyamuk, dan lotion nyamuk. Aku tak tahan anti nyamuk jenis bakar dan semprot. Dulu pernah pakai anti nyamuk elektrik sih, tapi merasa boros dari segi biaya, kurang ramah bagi organ pernapasanku, serta menghasilkan sampah juga, jadinya aku lebih pilih pakai kelambu dan raket listrik. 

Nah, dalam hal berkebun ku merasa lebih nyaman memakai lotion nyamuk. Dan ketika puncak serangan nyamuk bulan Juli kemarin, ku tambahkan dukungan raket nyamuk. Wkkk

Berikut 8 alat tempur yang wajib aku bawa dan gunakan saat berkebun:

1. Sunscreen alias tabir surya

Tabir surya ini wajib dipakai karena biasanya aku kalau udah keluar pasti banyak panas-panasannya. Apa lagi cuaca di Aek Loba ini kalau panas ya terik banget. Kadang kalau keasikan juga bisa sampai lewat tengah hari masih di luar. Ya walau kadang lupa pakai juga. Makanya sejak balik Aek Loba warna kulitku makin eksotis🙃. 

2. Topi

Paling suka pakai topi petani yang lebar gitu, jadi mau seterik apapun matahari, wajah dan kepala tetap adem rasanya. 

3. Kaos kaki

Bagiku kaos kaki ini wajib karena aku gak suka pakai booth karet, lebih suka pakai sandal jepit ketika berkebun. Kaos kaki ini manfaatnya banyak banget buatku; mencegah belang pada kaki, tak buat pasir dan tanah masuk di celah-celah kuku, dan tak membuat tumit kaki pecah-pecah (atau kalau pun sudah terlanjur tidak akan membuat tumit menjadi hitam retakannya), selain itu meminimalisasi kena gigitan semut dan serangga lainnya. 

4. Sarung tangan

Baik main tanah atau pun enggak, sarung tangan ini tak boleh absen, apalagi ketika job desk hari ini bagian memangkas ranting daun jeruk purut, bunga mawar, bunga kertas dan mengambil serai. Selain bisa meminimalisasi tertusuk dan terbeset duri, juga bisa menghindari gatal dan pastinya tangan tetap bersih dari tanah. 

5. Pisau kater

Meski sepele tapi ini termasuk yang kadang lupa ku bawa. Ketika butuh digunakan barulah teringat. Aku sih kalau sudah keluar paling malas masuk rumah lagi, dan paling anti menyuruh-nyuruh yang di dalam rumah untuk mengambilkan sesuatu. Makanya butuh atau enggak, kater, pisau dan parang selalu kubawa sebelum keluar rumah. 

5. Pisau

Udah bawa kater kenapa bawa pisau lagi? Pisau ini bagiku gunanya bukan untuk memotong sih. Lebih untuk membuat lubang bibit ketika dipindahkan ke polibag yang lebih besar. Dan untuk mencungkil bibit yang akan dipindahkan. 

6. Parang

Sama halnya dengan pisau, parang ini pun fungsinya sama, hanya saja lubangnya lebih besar dan lebih dalam. Biasanya untuk memindahkan tanaman dari polibag ke tanah. Kalau untuk memotong ranting dan batang besar, aku lebih suka pakai perpaduan cutter, parang dan gergaji. 

7. Lotion nyamuk

Sejak 2 tahun terakhir aku selalu pakai lotion nyamuk dulu baru keluar rumah untuk aktivitas berkebun. Pasalnya area perbatasan dengan tanah tetangga, yaitu area di dekat pohon rambutan pagar bambu dan pohon kelapa bagian ujung, entah kenapa selalu ada nyamuknya besar-besar. Padahal dulu enggak ada. Mungkin karena lumayan teduh ya dan di bawahnya juga rumput dan sebelahnya tanah tetangga juga rumput. Makanya sejak itu ya sekalian saja pakai lotion anti nyamuk. 

Nah, biasanya aku hanya pakai lotion saja ya kan, tapi semenjak Juli kemarin yang nyamuknya ngelunjak, aku tak hanya pakai di kulit saja, tapi juga ku usapkan ke jilbab, dan seluruh pakaian hingga kaos kaki. Lalu tube-nya ikut ku bawa ke luar rumah. Biasanya cukup sekali pakai saja, tapi nyamuk bulan Juli kemarin sungguh kurang ajar. Sekali pakai hanya tahan 1-2 jam saja, kadang harus pakai ulang beberapa kali.
Dee-dee mosquito repellent lotion orange yuri indonesia

Sengaja pilih lotion penolak nyamuk dee-dee dari Yuri Indonesia ini dengan pertimbangan lotion-nya aman untuk kulit anak-anak, jadi ya seharusnya aman untuk kulit sensitif ku ya kan. Lotion anti nyamuk ini cepat meresap di kulit dan ada sensasi lembab gitu di kulit dan telapak tangan. Gak ada rasa panas di kulitku dan gak terasa lengket. Ketika dioleskan ada wangi jeruknya gitu, segar macam pengharum ruangan. Wanginya bertahan kurang lebih semenit. Setelah itu hilang. Oiya, kuingat pernah cuci tangan setelah sejam pemakaian, dan saat cuci tangan pertama terasa lotion-nya tercuci gitu, berarti lotion-nya menempel tapi gak terasa lengket ketika kering ya kan. Dan yang tak kalah penting produk-produk dari Yuri ini tidak terafiliasi dan mendukung Si Rewel ya kan. 

8. Raket nyamuk

Sebelumnya raket nyamuk tak pernah kubawa. Gara-gara nyamuk bulan Juli ini lah raket nyamuk ini menambah daftar alat tempur berkebunku. Fungsinya? Ya tentu menyetrum nyamuk. Jadi pagi sebelum memulai aktifitas berkebun, aku mencari korban dulu... Wkkk... Mencari nyamuk maksudnya. Sampai baterai habis. Lalu dicas lagi dan sorenya ku mencari mangsa lagi. Di kegiatan inilah ku menemukan kalau di tanah-tanah juga banyak nyamuk besar-besar. Heran sih. Aktivitas ini ku lakukan tiap hari selama sepekan. Dan hasilnya... Jumlah nyamuk berkurang drastis. Alhamdulillah. Kini raket nyamuk ini sudah bisa tidak ikut berkebun😁. 


Nah, demikianlah sekilas pengalaman berkebunku di musim kemarau Juli lalu, musim yang nyamuknya ganas luar binasa. Semoga bermanfaat bagi kamu yang juga suka berkebun ya. Kalau kamu, biasanya supaya aktivitas berkebun tetap nyaman dan aman saat musim banyak nyamuk gimana, nih

Pengalaman Menyelamatkan Mint Terserang Hama

Bertahun-tahun lalu, aku pernah punya puluhan pot tanaman mint. Dari yang kecil hingga yang jumbo. Wujudnya dijejerkan di teras, dijadikan hiasan di meja kamar, atas kulkas, hingga dipajang jadi tanaman gantung.
Tanaman spearmint yang difoto dalam frame polaroid

Awal menanam mint gara-gara masuk angin tak sembuh-sembuh sebulanan. Disertai batuk macam orang teruk. Waktu itu akhirnya (terpaksa jugalah) aku kusuk di Aek Loba, masih kawasan rumah tetangga lah ceritanya. Terpaksa? Iya. Karena dulu pas masih ngekos di Tuasan, pernah sekali nyoba ikut kusuk bareng si Dahlia yang hobi kali kusuk. Habis itu besakitan semua badanku rasanya. Kapok lah gak mau kusuk-kusuk lagi.

Nah, tetanggaku tadi (salah satu tukang kusuk di Aek Loba), ternyata punya tanaman mint di rumahnya. Disarankannya untuk minum rendaman daun mint juga untuk meringankan masuk anginku tadi. Jadilah dikasinya beberapa batang, disuruh tanam sebagiannya.

Tak sampai sebulan, pertumbuhan daun mintku luar biasa pesat. Yang buatku heran daunnya pun jadi besar-besar. 3-4 kali lipat besarnya dari ukuran ketika dikasi bibitnya. Apa karena tanahnya? Batinku.
Daun mint besar spearmint yang dipegang dengan tangan kiri dibingkai dalam frame polaroid



Ketika Hama Menyerang


3 bulan merawat mint, mulailah satu persatu hama datang. Paling tidak ada 3 jenis hama mint yang pernah ku perangi.

 

1. Ulat

Tanaman mint yang kena serangan ulat ditandai dengan daunnya yang bolong-bolong. Sungguh ulat ini enggak kelihatan wujudnya macam apa, dicari-cari susah kali ketemunya. Padahal sudah diperiksa daunnya satu-satu. Tapi yang nampak hanya jejak kotorannya si ulat. Pelakunya enggak pernah dapat. 

Karena tujuanku menanam mint untuk dipanen daunnya dan dijadikan teh, yang kupilih pastinya daun yang bagus ya kan. Daun yang ada bolongnya tentu segan aku memilihnya. Tapi karena hampir semua daunnya ada jejak bolong ulah para ulat, ya cemana ya kan. 

Bentuk perlawananku pada serangan hama ulat ini waktu itu ya rajin-rajin membuangi daun yang ada bolongnya, dan diperiksa satu-satu alias cari ulatnya tiap pagi dan sore. Cara Ini sungguh menguras energi.  Akhirnya, karena lelah dan muak juga sepekanan lebih kerjaan itu-itu saja tiap hari, tanaman mint yang ada tanda kena ulatnya ku gundul sekalian. Yang parah kali ku bakar sak tanah-tanahnya. Potnya ku cuci pakai deterjen, lalu isi tanah dan tanam lagi dengan bibit yang sehat. Oiya, bibitnya ku celupkan terlebih dahulu dengan air deterjen  lalu diguyur dengan air bersih mengalir. Barulah ditanam. Jangan lupa jauhkan tanaman sejauh-jauhnya dari tanaman yang dicurigai kena ulat. Barulah aman. 

2. Si Lalat Putih

Si lalat putih ini entah dari mana ini datangnya. Satu, satu, lama-lama beribu. Perjuangan menyelamatkan tanaman daun mint ku yang kena lalat putih ini, selain menyita energi juga menyita emosi. Dibanding ulat, lalat putih lebih cepat tingkat penyebarannya. Gimana enggak... Ulat merayap, lalat terbang cuy. Walau pun lalat putih ini kelihatan sementara ulat enggak, tapi karena kelihatan inilah jadi makin palak awak ngeliatnya. Selain itu pandai kali dia milih sasaran, tahu saja dia daun yang gemuk-gemuk. 

Tanaman mint yang kena lalat putih makin lama akan makin menciut, selain itu lalat putihnya pun makin banyak. Oiya, waktu itu aku anti dengan pestisida kimia. Pernah coba dengan air rendaman daun bawang, tapi gak mempan. Jadi langkah terakhir yang kulakukan mirip dengan cara penanganan ulat. Ku bakar. Gak pakai acara digunduli karena lalat putih yang tak kebakar bakal balik lagi ke situ. Atau ya mana tahu entah ada telurnya yang ketinggalan di tanah ya kan. Jadi ya bakar saja sekalian semuanya. Tanam lagi yang baru di lokasi yang jauuuuuuh dari lokasi awalnya. Menghindari radius jangkauan si lalat putih.


3. The Unknown and invisible (Si Enggak Tahu Apa) 

The Unknown and Invisble ini nama yang kubuat sendiri ya, bukan nama hama aslinya, karena aku juga tak tahu nama si hama ini karena dia tak kelihatan wujudnya, entah apa. Hanya saja kelihatan di daun mint nya. Tanaman mint yang kena hama ini ditandai dengan bagian bawah daun ada bercak kuning kecoklatan. Daun ini lama-lama akan menguning dan gosong. Daun mint yang sehat sangat jarang menguning walau pun sudah tua sekali. Dan sejauh ini belum pernah ku jumpai. Jika ada daun mint yang menguning (seperti daun-daun pada umumnya yang sudah tua lalu layu), bisa dicurigai kalau tanaman mint itu kena hama jenis ini. Selain itu daun yang terkena hama ini jadi gampang terpotel, kalau disenggol saja bisa lepas. Aslinya daun mint yang sehat agak susah dipetik loh, walaupun sudah tua sekali. 

Selain itu, jika terkena hama ini, tanaman mint makin lama akan makin kerdil, baik batang maupun daunnya. Apalagi daunnya makin lama makin kecil. Dan kalau sudah parah tunas barunya pun gosong. 

Berdasarkan pengamatanku, kecepatan penyebaran hama ini tiap hari meningkat minimal 2 kali lipat dari hari sebelumnya. Dan biasanya pas pertama kali diketahui, sudah meyebar banyak, karena memang tak kelihatan. Kalau tak rajin-rajin tiap hari cek satu-satu bagian bawah daunnya, dah lah. Yang sayangnya, ketika kita mau tanam kembali, mencari batang yang masih sehat daunnya sungguh sangat langka. 

Dan ini lah salah satu penyebab tanaman daun mint ku musnah bertahun-tahun lalu. Selain karena waktu itu tak ada lagi yang mengurusnya (padahal sudah kena hama pula), juga karena ditinggal hampir 2 bulan di masa jadi penghuni RS waktu itu. 

Nah, tahun ini, awal Februari, aku kembali punya tanaman mint karena memanfaatkan voucher tokopedia. Beli online bibit mint ceritanya. Tapi alangkah dilemanya aku ketika paketnya kubuka. Bibit mint nya kerdil. Tanpa perlu cek daunnya pun sudah yakin aku kalau bibit yang datang ini  kena hama The Unknown and Invisible.

Karena pengalaman sebelumnya aku gagal melawan hama ini, dan menimbang kalau makin lama diselamatkan akan makin tinggi tingkat kemusnahannya, jadi tujuan utamaku adalah menyelamatkannya dulu, prioritas untuk dikonsumsi pun digeser. Maka, jadilah aku pakai decis, sejenis insektisida kimia. Di rumah memang selalu ada stok Decis ini. Di sini harganya 20 ribuan ukuran 50ml. Biasa kami gunakan sebagai racun semut, dan juga untuk menyemprot lembu. Maksudnya menyemprot koreng pada kulit para lembu biar tak dirubungi lalat. 

Jadi beberapa tangkai yang paling baik kondisi daunnya ku bilas dan ku rendam air yang telah diberi Decis tadi. Barulah ku tanam dalam 2 pot berbeda. Sedangkan sisanya, yang sudah parah ku gunduli, lalu sisa batangnya dan akarnya ku celupkan ke air campuran Decis. Baru lah ditanam. Tak lupa ketiga pot tadi ku jauhkan sejauh-jauhnya supaya tak berpindah hamanya. Alhamdulillah, yang 2 pot berhasil. Tanaman baru yang muncul subur dan daunnya besar-besar.
 
Yang satu pot lagi, yaitu pot si tanaman awal, tampaknya Decis tak mampu menghilangkan hama ini, hanya mengurangi dan melambatkan penyebarannya saja. Padahal tiap hari kucek satu-satu daunnya, dan ku buangi daun yang ada tanda-tanda bercaknya. Sempat ku gunduli pun. Tapi tunas  barunya tetap saja masih gosong-gosong. Ya Allah. Karena palak walaupun sudah tiap hari ku perlakukan dengan ekstra tapi ya tetap saja makin parah, akhirnya pot ini ku gunduli lagi hingga hanya tersisa akar dan batang tuanya saja. Ku semprotkan decis, lalu ku timbun tanah. Tak sampai sepekan, tunas-tunas yang tumbuh terlihat jauh lebih sehat. Alhamdulillah. Oooh begitu rupanya caranya🥲. 
Tanaman spearmint rimbun dalam pot


Oiya, tanaman mint yang ku tanam ini berjenis spearmint kalau kata PlantApp, padahal kalau lihat fotonya lebih mirip mojito mint. Ingin juga tanam bermacam jenis mint lainnya tapi belum nemu yang punya, seperti apple mint, pepermint, chocolate mint, pineaple mint, mojito mint dan ada juga katanya orange mint. Tujuan ditanam kembali si daun mint ini sebagai stok obat alternatif pereda asam lambung. Selain daun mint, ada juga beberapa tanaman herbal untuk asam lambung yang sengaja ku tanam. Lengkapnya bisa dibaca di Pertolongan Pertama Pada Asam Lambung. Ada juga yang salah tanam tapi eh rupanya malah jadi obat asam lambung😅. 

Hingga artikel ini ditulis, kurang lebih ada 10 pot tanaman mintku yang telah dipanen berkali-kali. Next, mau coba tanam lagi rosemarry dan thyme yang mati karena kayaknya salah cara perawatannya. Ada yang punya bibitnya? 

Pertolongan Pertama Pada Asam Lambung

Selain gaya hidup dan faktor U, gejala penyakit rupanya juga berevolusi ya, ada yang turun dan ada yang naik levelnya. Di aku, naik setingkat gejalanya. Dulu sempat merasa aneh ketika asam lambung ibuku kumat. Selama kurang lebih sepekan, kenapa tiap pas kisaran tengah malam, mulailah gejalanya melunjak parah, muntah-muntah. Padahal sebelumnya masih bisa tidur, dan sejak sore sudah tak muntah lagi. Kenapa harus pas tengah malam?

Kalau aku sebelum-sebelumnya, tak pernah gejala baru terasa pada jamnya kereta Cinderela berubah jadi labu. Eh, 2 tahun belakangan ini justru tepat tengah malam lah, sedang tidur tiba-tiba terasa nyeri yang makin lama makin pedih di lambung. Terakhir pada 12 April 2025 lalu, keempat kalinya sejak hidup, asam lambungku kumat tepat jam 12 malam dini hari. Bedanya, ini untuk untuk pertama kalinya aku merasa lambung tak nyeri, tapi terasa panas bak terbakar hingga ke kerongkongan. Sepertinya ini yang disebut dengan gejala heart-burn.

Sungguh after-effect dari heart-burn ini terasa berhari-hari. Jadi kalau makan dan minum, ketika air tadi melewati kerongkongan hingga ke lambung, akan terasa pedih bak luka atau lecet disepanjang jalur yang terkena heart-burn malam itu. Dibandingkan sebelum-sebelumnya, paling ketika makanan dan minuman sampai di lambung baru terasa perih ya kan. Ini masih lewat saja sudah pedih. Hmm ...

Apa yang menyebabkan asam lambung naik?


Ketika asam lambung kumat, aku otomatis bertanya-tanya, Kok bisa naik ya? Ada salah makan hari ini?  Perasaan beberapa hari ini gak ada telat makan, gak rakus-rakus makan cabai, gak ada makan asam-asam, gak ada makan mi-mi-an, timun dk. Gorengan? Paling makan kacang bali segenggam dan kacang bawang plus beberapa bawang putih gorengnya. Yang lain dari biasanya adalah makan lalapan selada pas sarapan pagi. Dari segi aktivitas, sangat tidak kecapekan. Dari segi pikiran, Alhamdulillah sepekan belakangan beban pikiran dalam garis waras. So, kok bisa tiba-tiba kumat?

Dan berselancarlah aku. Berikut hal-hal yang dapat menyebabkan naiknya asam lambung.

1. Faktor makanan:

Makanan berlemak, pedas, asam, kafein, alkohol, cokelat, bawang, minuman berkarbonasi,  makanan cepat saji. 

2. Gaya hidup:

Stres, merokok, konsumsi alkohol, tidur setelah makan, makan terburu-buru, telat makan, kelelahan

3. Kondisi medis: 

Obesitas, hernia hiatal, penyakit jaringan ikat. 

4. Obat-obatan tertentu:

Pereda nyeri, obat asma, obat tekanan darah tinggi. 

5. Infeksi virus dan bakteri: 

Helicobacter pylori (H.pylori), Campylobacter, E.coli, dan Salmonella. Virus atau bakteri pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh biasanya dapat dibasmi oleh asam lambung. Namun, asam lambung terkadang tidak bisa membunuh kuman tersebut sepenuhnya, seperti H.pylori yang tahan terhadap asam lambung, sehingga bakteri ini berkembang biak dan menginfeksi lambung. Sedangkan asam lambung terus diproduksi untuk melawan bakteri ini.


Dan dari beberapa poin di atas, yang paling mungkin penyebabnya adalah bawang putih goreng dan selada yang kumakan pagi itu. Seladanya sih gak buat asam lambung naik, tapi bisa jadi selada yang dibeli di pajak pagi itu terkontaminasi bakteri dan aku kurang bersih saat mencucinya. Sungguh sesuatu ya.

Padahal sudah beberapa tahun gak pernah mau lagi makan selada gara-gara pernah baca berita mengenai pupuk yang digunakan untuk menyiram selada. Pagi itu akhirnya makan anyang selada karena maksud awalnya mau coba tanam selada dari akarnya. Jadi sengaja beli selada memang bukan untuk dimakan tapi untuk percobaan ditanam. Eh, ternyata percobaan berkebun malah berujung asam lambung. Haee ...


Apa yang harus dilakukan ketika asam lambung kumat?

1. Muntahkan yang perlu dimuntahkan. 

Sayang? Udah muntahkan saja. Tak usah ditahan-tahan. Habis muntah akan terasa lebih lapang dan ringan perasaan. 

2. Kerok lidah dengan sendok.

Teknik ini gak pernah absen kulakukan ketika lambung mengulah. Karena memang sangat terasa cukup cepat efeknya. Beruntung sekali dapat ilmu efektif ini dari Pak Haji Nandar. Ketika lidah dikerok, akan ada lendir berwarna putih (kadang kekuningan). Nah, kerok lidah hingga putih-putih itu hilang. Oiya, ketika mengerok lidah, efeknya kita akan merasa hendak muntah, tapi biasanya gak sampai muntah sih. Kalau pun muntah ya berarti memang perlu dimuntahkan.

Lakukan beberapa kali sehari, terutama ketika bangun tidur dan saat perut begah.

Oiya, kalau menurut pengamatanku, di hari biasa, ketika merasa mual, atau lambung terasa kurang enak, jika saat itu kita coba kerok lidah kita, pasti akan banyak putih-putihnya. Tapi saat perut normal, dan kita coba kerok lidah kita, kotoran lidah biasanya lebih jernih.

3. Minum teh (pahit) hangat

Kalau aku biasanya sih Teh Mahkota Dewa. Komposisi dalamnya itu mahkota dewa, teh hijau dan benalu teh. Rasanya... sudah pasti pahit .😌

4. Usap + urut dengan minyak kayu putih.

Teknik ini dikasi tahu sama terapis emakku. Dan di aku cukup berpengaruh. Caranya, angkat lengan kanan lurus ke atas, lalu siram atau oleskan agak banyak minyak kayu putih dari ketiak hingga ke pinggang. Setelah itu dengan ujung 4 jari kiri, usap kuat/ urut dengan gerakan dari ketiak ke pinggang selama 3-5 menit atau hingga terasa gejala berkurang. Lakukan juga pada bagian tubuh sebelah kiri.

5. Gunakan kompres hangat ke bagian perut yang sakit.

Aku biasa pakai botol minum silikon atau botol bekas air mineral, atau botol apa yang dapat saat itulah. Pernah pas botol-botolan entah pada ke mana, akhirnya pakai wadah gelas, diisi air panas. Dah tempelkan ke perut. (Dah kek setrika ya panasnya). Nah, so far, kompres hangat ini yang sangat membantu menyamarkan dan mengurangi pedih dan segala rasa enggak enak di perut, hingga akhirnya bisa tidur lagi.

6. Konsumsi obat magh, asam lambung, atau GERD yang biasa kita konsumsi.

Kalau aku entah sejak kapan stok obat untuk aslam ini  gak pernah nyetok obat generik lagi sih.  Setelah beberapa kali gonta-ganti obat yang dulunya mempan lalu lama-lama jadi gak mempan. Ganti lagi mempan, lalu lama-lama gak mempan, ganti lagi. Gitu aja terus. Terakhir pernah tak sengaja ketika asam lambung kumat, aku minum teh Mahkota Dewa (yang waktu itu udah ku seduh kian karena memang jadwal bulanan minum teh itu) sejak dulu aku stok. Eh, habis minum itu kok perut jadi enakan. Sejak itu kalau aslam naik, minum teh ini memang langsung terasa ngaruh di lambungku. Padahal di bungkusnya tak ada dicantumkan manfaatnya untuk mengurangi gejala asam lambung sih.

Kemasan Teh Mahkota Dewa Salama Nusa dalam bingkai polaroidntara

Kalau kamu biasanya konsumsi habbatussauda dan mempan, ya lanjutkan.
 Aku dulu pernah cocok cukup langgeng dengan habbatussauda baik yang bubuk maupun yang minyak. Tapi kini sudah tidak cocok di badanku. Apalagi kalau dikonsumsi ketika perut sudah terasa mual, makin muntahlah dia.

Saranku, ketika kamu memang tak berniat untuk muntah, ketika sudah mual, sebaiknya habbatussauda dilewatkan dulu. Kecuali kalau memang tujuannya mau mengeluarkan isi perut, lanjutkanlah!

6. Manfaatkan bahan dapur dan tanaman di pekarangan rumah.

Bahan dapur dan tanaman di pekarangan rumah ini ternyata bisa dijadikan obat alternatif untuk meringankan gejala asam lambung. Sejauh ini di badanku sangat cukup manjur.

1. Jahe
Bisa dibuat wedang dengan diseduh air panas, atau direbus.

2. Kunyit
Biasanya orang sini kunyit ini diparut lalu diseduh air panas. Kalau aku biasanya ku campur sekalian dengan jahe, dibuat wedang.

3. Daun pepaya
Pohon pepaya berbuah sangat lebat dalam bingkai foto polaroid

Daun pepaya bisa direbus lalu diminum airnya, bisa juga dijadikan lalapan. Aku sih dua-duanya pernah coba, dan memang berpengaruh. Perut jadi berkurang rasa pedih dan begahnya.

4. Daun Mint
Tanaman Daun mint segar dalam frame polaroid

Daun mint bisa dijadikan teh dengan diseduh air panas, bisa dengan cara direbus juga. Satu lagi dengan dijadikan infused-water atau air infus, yaitu dengan cara merendam daun mint dengan air selama 6-8 jam. Aku sih buat dua-duanya. Yang satu langsung bisa diminum, yang satu lagi buat stok. Apalagi kalau daun mintnya lagi banyak yang bisa dipanen.

5. Daun Basil/ kemangi
Awalnya gak tahu kalau daun basil bisa meredakan gejala GERD. Waktu itu jam makan siang, dan menu sayurnya gori, termasuk sayur yang enggak bisa ku makan. Berhubung aku malas masak lagi, jadi berinisiatif keluar rumah, niatnya mau petik daun pepaya untuk dijadikan lalapan. Rupanya terlihat daun basil yang udah gemuk-gemuk 2 pot,  belum pernah dipanen dan belum pernah ngerasa juga. Daun basil ini hasil salah tanam ceritanya. Yang mau ditanam kemangi, yang tumbuh basil. Lengkapnya bisa dibaca di Perbedaan Kemangi dan Basil:  Serupa Tapi Tak Sama.

Tanaman Daun basil yang difoto dalam bingkai polaroid

Nah, jadilah daun basil ini sayur lalapku untuk makan siang. Dimakan dengan telur rebus dan 3 sendok nasi. Udah gitu aja. Tak berapa lama setelah makan siang kurasa perutku makin lama makin nyaman rasanya. Pedih dan begahnya kian berkurang. Penasaran, aku pun browsing. Dan ternyata memang daun basil dan kemangi punya efek baik untuk mengurangi gejala asam lambung.

Eh, ini rupanya berkah salah tanam itu ya. Alhamdulillah.

Oiya, selain dilalap daun basil dan kemangi juga bisa dijadikan teh dengan diseduh atau direbus. Solusi bagi yang gak tahan mengunyah mentah.

6. Air kelapa muda
Sebuah Kelapa kuning muda di pohonnya difoto dalam frame polaroid

Satu lagi obat rumahan alami yang manjur untuk meredakan GERD adalah air kelapa muda. Kalau aku biasanya minum yang asli, maksudnya yang memang dari kelapa bulat. Kalau minum yang versi Hidrococo kurang cocok sama badanku, karena efeknya langsung terasa seret di leher. Nah, tapi kalau di badan kamu enggak ada masalah, ya monggo.

7. Istirahat

Asam lambung juga bisa jadi rangkaian dari sekumpulan sinyal tubuh yang sudah lama diabaikan. Mungkin kita sudah terlalu zalim sama badan sendiri. Abstrak ya... Tapi ya betul.

8. Don't overthink

Jika sumber utama naiknya asam lambung adalah karena pikiran, walau pun obatnya dikasi yang paling manjur, tapi kalau pikirannya tetap dibawa semrawut, yaaa... asam lambung tetap akan melambung. Namanya juga hidup, gak mungkin gak ada yang dipikirkan ya kan. Tapi ya paling gak  kita punya prioritas, mau sehat dulu sekarang atau mau lanjut dipikirkan biar gak sehat-sehat.

9. Tahan selera beberapa saat.

Pantang udah sehat 2 hari, buka sosmed dan terlihat ramen, lalu makan mi bangladesh, atau pingin makan seblak lalu buat sendiri seblak kuah caplak. Ya udah, memang gak bisa dibilangi. Makan lah itu. 🙃


Semoga yang sakit segara pulih kembali, yang sehat semoga tobat berobat dan yang berniat khilaf makan caplak pakai seblak segera insaf sebelum berbuat. Aamiin.

Nah, sekian P3 Asam Lambung versiku. Apakah kamu warga +62 penyintas asam lambung juga? Biasanya ngapain aja ketika asam lambung naik?

Manfaat Buah dan Tanaman Jeruk Kasturi

Ada yang tak kenal dengan si jeruk mungil beraroma memikat ini? Saking wanginya, sejak SD ku percaya aroma surga yang sering disebut-sebut wangi kasturi ya aroma si jeruk kasturi ini. Beberapa tahun setelah lulus kuliah, di suatu toko parfum, ku menemukan nama 'Kasturi' di botolnya. Aromanya mengingatkanku pada wangi yang kerap tercium di masjid-masjid, sering dipakai bapak-bapak gitulah. Tak ada mirip-miripnya dengan aroma jeruk kasturi. Kata Google, parfum kesukaan Rasullullah itu rupanya berasal dari rusa jantan. Minyak kasturi kijang atau musk deer bahasa internasionalnya. Barulah ku sadar kalau kasturi bukan cuma nama jeruk saja. Salah persepsi selama ini🤣.
Tanaman jeruk kasturi


Manfaat jeruk kasturi

Sebagai warga Aek Loba yang sejak SD hingga kini dimanjakan punya beberapa pohon jeruk kasturi, kusadari aku tak pernah cari tahu manfaat buah ini. Cuma tahu wanginya enak kali, diperas lalu dikasi air dan gula plus es batu terus diminum siang-siang nikmat sekali, dibuat jadi es lilin lalu diserut wah mantap lah, dipadukan dengan wedang serai top banget, dicampur sambal kecap wow sedapnya menerbitkan air liur, dijadikan pengganti cuka ketika buat acar rasanya jadi segar euy, perasannya dicampurkan ke rujak serut aceh aduhai segarnya untuk buka puasa, dibuat untuk cuci tangan seketika tangan pun jadi harum plus halus nan lembut seperti tangan anak orang kaya yang gak pernah 'kerjaan' tapi sering luluran dan spa, dibuat sebagai pengganti sampo rambut wangi berhari-hari. Apa lagi ya...

Ternyata dari segi kesehatan jeruk kasturi yang juga dikenal dengan nama jeruk kalamansi atau jeruk kunci punya manfaat sebagai berikut:

  • - Meningkatkan imunitas tubuh
  • - Membantu mencegah kanker
  • - Menjaga kesehatan pencernaan
  • - Membantu menurunkan kolesterol
  • - Mengontrol gula darah
  • - Menjaga kesehatan mata
  • - Menurunkan hipertensi
  • - Mencegah batu ginjal
  • - Merangsang pembentukan kolagen
  • - Meredakan radang tenggorokan
  • - Membantu detoksifikasi tubuh
  • - Membantu mencerahkan kulit
  • - Membersihkan saluran pernapasan

3 Manfaat Tanaman Jeruk Kasturi

Tahu gak sih, selain buahnya ternyata keberadaan tanamannya juga punya faedah tersendiri. Memiliki nama  latin Citrus × microcarpa, setidaknya ada 3 manfaat pohon jeruk kasturi. Nah, ini testimoni dari pemilik pohon kasturi puluhan tahun, aku sendiri🤣.

1. Menghasilkan cuan

Buah yang dihasilkan cukup laris manis dicari para pemburu jeruk kasturi seperti pedagang kelapa muda, pengusaha minuman, juga pedagang eceran di pajak. Perkilonya berkisar 7 ribu Rupiah (jika petik sendiri) hingga 10 ribu Rupiah di pajak Aek Loba. Di pajak Medan sekitar 15 ribuan perkilonya. 1 pohon sekali panen bisa sampai 10 kiloan. Tergantung besar dan kesuburan pohonnya.

2. Sumber aroma terapi

Sebuah bunga kemuning mekar

Ketika berbunga, semerbak aromanya bisa tercium sampai 10 meter dari pohonnya. Tergantung banyak bunganya. Aroma bunga kasturi sangat mirip dengan aroma kemuning saat mekar. Selain aroma, bunganya pun mirip. Salah satu pohon kasturi kami letaknya tepat di samping kamar mandi. Ketika bunga-bunganya mekar, aromanya selalu masuk ke kamar mandi. Suasana mandi pun jadi sangat menyenangkan.

3. Membantu ular ganti kulit

Iya, kamu gak salah baca judul kok. 3 tahun terakhir, tak kurang dari 5 kali ku menemukan kulit ular tersangkut di antara duri-duri dan cabang pohon kasturi. Awalnya kukira tali atau sampah daun kering apa gitu yang kecantol. Setelah diperhatikan betul-betul rupanya kulit ular.
Molting kulit ular menggantung di pohon jeruk kasturi

Pandai mereka memanfaatkan alam ya. Padahal durinya tajam dan rapat-rapat. Bisa-bisanya dibuat jadi tempat ganti kulit. Molting istilahnya.

Pernah ku dapati dari yang diperkirakan ukurannya berdiameter sebesar pensil sampai yang sebesar botol minyak kayu putih ukuran 30 ml.

Mengutip info dari https://www.onepets.co.id/artikel/reptil/ular-ganti-kulit/, dalam masa pertumbuhan, ular yang belum dewasa akan mengganti kulitnya setiap dua pekan sekali. Sedangkan, pergantian kulit pada ular dewasa terjadi setiap 2-4 kali dalam satu tahun.
Kulit ular tertinggal di pohon jeruk kasturi setelah ganti kulit


Pantas dalam sebulan pernah ketemu 2 kali kulit ular tersangkut di pohon yang sama dan di tempat yang sama, dengan ukuran lebih besar dari sebelumnya. 😶 Dengan kata lain pohon jeruk kasturi juga bermanfaat sebagai penanda ada tidaknya ular di sekitar ekosistem kita.



Nah, begitulah sekilas cerita akan manfaat buah dan tanaman jeruk kasturi versiku. Kamu punya tanaman jeruk kasturi juga? Udah ngerasain manfaat yang mana aja? 😁