Karena Bahagia itu Menular
Bahagia kami sederhana.
Lagi kelaparan tengah malam, ada tetangga yang
dengan senang hati mau ngolah tepung jadi camilan mengenyangkan.
Mau masak sambal, kekurangan bawang putih, ada
tetangga yang yang nyetok buanyak.
Lagi masak kehabisan gas, ada tetangga
yang pakai tabung gas biru.
Lagi gak ada uang buat jajan, ada tetangga yang
ngajak traktiran.
Lagi...apalagi ya...selalu ada tetangga di ujungnya.
Bahagia kami sederhana. Karena ada tetangga.
Seperti kisah hari ini. Mood hari ini
biasa-biasa saja. Tak ada yang begitu spesial. Namun tidak untuk si tetangga. Yang
bersangkutan sedang bahagia hatinya. Tak tahu kenapa. Yang punya hati juga
masih mencari-cari asal rasa bahagianya.
Hari ini kami sudah janjian untuk mencari kado
buat seorang mantan rekan kerja kami. Dia akan menikan Insyaallah pertengahan
November ini.
Rencana awal, kami berangkat setelah Juhur. Namun
baru benar-benar berangkat hampir 1.5 jam setelah sholat Juhur. Tipikal waktu
Indonesia. Ada aja alasannya.
Tujuan kami Medan Mall. (Endorse ni yee...). Mencari
kado sesuai budget. Si tetangga sumringah banget ekspresinya. “Bawaannya hari
ini mau senyuuum aja”, Katanya.
Sesampainya di sana, kami pun menuju tempat
yang dikatakan si tetangga. Say mah orangnya ikut saja. Serahkan urusan belanja
sama ahlinya.:D
Nah, ketika lihat barang yang akan, galau-galau
gimana gitu. “Jadi beli gak ya..” pikir kami. Akhirnya kami pun memutuskan
untuk lihat-lihat opsi yang lain dulu. Kami pun menuju lantai atas. Ke Matahari. (Yak endorse lagiii...)
Pas mau masuk ke Mataharinya, ada abang-abang SPB
(Sales Promotion Boy) atau bagian marketing nya(kali) yang lagi menawarkan
produknya. Waktu itu si tetangga yang lebih dekat posisinya. Jadi ya seperti biasa,
dialah yang berurusan sama abang-abang itu. Secara auranya memang pas
sepertinya dengan produk yang ditawarkan.
“Gratis kok, Buk. Tapi tulis nama dulu ya, Buk”
Ciee...Dan seperti biasa, dia yang dipanggil “Ibuk”.
:D. Saya mah langsung saja masuk ke Mataharinya. Cari aman.
Tak lama kemudian si tetangga berhasil
meloloskan diri (sepertinya) dari abang-abang itu. Dia menghampiri sambil-senyum
tak jelas. Yah, yang lagi bahagia tu la.Kami pun lalu mencari barang opsi
kedua. Setelah jumpa, pertanyaan galau kembali menghampiri. “Beli gak ya?” Dan
akhirnya ...kami gak jadi beli barang opsi kedua. Kami putuskan untuk beri
barang opsi pertama tadi. Owallaaa...dasar wanita. Tepok jidat.
Ketika akan melangkah keluar dari Matahari, dia
bilang. “Makan, yok Miss, Yuni traktir” (ciee...ketahuan deh namanya si
tetangga).
Well, agenda “mentraktirku” dari si tetangga
ini sebenarnya sudah digaung-gaungkannya semenjak kemarin. Yah, saya juga paham
dengan kondisi perekonomiannya yang sedang terpuruk. (metafora yang bermetafora
:D). Namun dia bilang dia ingin merasakan “bagaimana rasanya berbagi dikala
kita juga sedang butuh”. Yaa...baiklah kalau memang begitu. Saya juga tidak
akan segan-segan.
Nah, jika dengan tetangga yang satu ini, entah
kenapa dan entah sejak kapan, saya memperlakukannya dalam banyak seperti saya
dengan diri saya sendiri. Jadi kalau soal “segan-seganan ” itu bisa dikatakan
tidak ada. Karena biasanya masalah uang adalah masalah yang sensitif, walaupun
dalam pertemanan. Mungkin karena sudah saling mengerti kali ya. (Ciee...romantis
banget).
Jadi ketika dia bilang dia akan traktir, dengan
motif seperti di atas tadi, saya tidak akan menolak dengan alasan
mempertimbangkan kondisinya. Tapi memang udah kebiasaan dari dulu, kalau ada
traktiran dari teman, biasanya selalu tetap tanya, “Berapa budget?”. (Seingat
saya cuma ada 1 orang yang gak pernah ditanya kalau mentraktir. Segan sih
tidak. Kenapa ya?...Episode selanjutnya saya ceritakan ya :D)
Nah, “berapa budget?”
“100 ribu”. Katanya.
Oke. Jadi keluarlah kami dari Matahari. Jajaran
tempat makan sebenarnya lebih dekat dari sebelah kanan Matahari. Namun
mengingat jumpa lagi dengan abang-abang yang tadi, kami memutuskan untuk
mengambil jarak yang agak jauh, memutar dari sebelah kiri. :D
Bingung mau makan di mana. Pernah makan di
PappaCo. (Ciee...Penuh endorse ni kali ini ya...).Enak sih, tapi kami mau
menikmati suasana dan menu yang baru. Akhirnya kami putuskan untuk telusuri
satu-persatu tempat makan dengan menu-menunya. Ketika sampai dan melihat menu
di PappaCo, mata saya tertuju pada butik Mezora yang berjarak sekitar 10 meter
dari tempat kami berdiri. (yaaa...endorse lagii).
“Kesana dulu yok, mana tau ada diskon lagi”. Pasalnya
kami pernah borong gamis-gamis cantik dengan harga fantastis, ekonomis dengan
kualitas bagus di sana. Pas lagi cuci gudang atau apa lah gitu. Hanya seharga
RP.65.000,-. Dasar emak-emak.
Masalahnya, tak jauh dari pintu masuk Mezora,
ada abang-abang yang tadi. Demi ke Mezora, kami pun akhirnya rela memutari
PappaCo tadi, cari jalan lewat belakang. Ahaha.... Dan sesampainya di sana.
Tadaaaa...Lagi tak ada diskon yang diharapkan. Balik kanan grak. :D
Kembali kami berputar-putar melihat-lihat menu
yang ada. Dan akhirnya pilihan kami jatuh pada PappaCo lagi. Ujung-ujungnya
selalu jatuh pada pilihan pertama lagi. Dasar Wanita. Tepok jidat.
Hah, Kami memang wanita-wanita yang setia. Pada
suatu merek, pada suatu tempat makan, bahkan pada suatu menu. Begitulah kami jika
kami merasa nyaman akan hal-hal tersebut. Menu si tetangga pun bisa ditebak.
kemanapun ia pergi, Nasi goreng selalu dihati. Sedangkan saya, berhubung pernah
pesan Rice bowl beef black pepper, dan ternyata pas di lidah, saya pesan itu
lagi.Yah, kami memang wanita-wanita yang setia. Minuman apalagi, kalau yang tak
berbau alpukat, ya pasti yang berbau teh.
Steamed Rice Beef Black Pepper, Nasi Goreng Seafood, and Avocado Coffee Float |
Nah, ketika bill datang, bisa-bisanya jumlahnya
Rp.100.000,- pas, beserta pajaknya. Padahal waktu pesan, harga tak terlalu
dilihat-lihat, paling cuma 2 digit di depannya. Hmm...jadi memang traktiran
kali ini berkah ya. (Semoga).
Bahagia itu sederhana. Ketika berbagi,
benar-benar bermanfaat. Dan berbagi dalam kesederhanaan itu akan membuat si pembaginya
lebih berbahagia, ketika yang dibagi juga mendapatkan manfaat dan
menghargainya. Karena bahagia itu menular.
Arigatou Gozaimasu Yuni... atas semua kebahagian
yang sudah dibagi hari ini. Semoga Allah memberkahi dan memudahkan
urusan-urusanmu, dan Semoga Allah membalas niat dan perbuatanmu dengan
sebaik-baiknya balasan. Amin.
Nah, Itu kisah saya dengan tetangga. Kalau kamu
dan tetanggamu? :D
Rumah Kedua, Selasa 2 Nov '15, 10.05 pm
Sama tetangga mah seringnya titip belanjaan yang ketinggalan kalau abis ke pasar, Mak.
ReplyDeleteCabe atau apalah.
Hihihii
Wah...bener mbak...itu dia malah yg paling sering....bnar2 pelengkap tetangga ini ya:D
DeleteFoto makanannya menggoda, Mba.. Salam kenal ya
ReplyDeleteWah...iya...silahkan kapan2 dicoba ya 😄. Salam kenal juga mbak Syifa 😃
DeleteJadi rindu masa-masa tinggal serumah dengan "tetangga", Kak. Sahur bareng, kadang tidur bareng, sama-sama sibuk masing-masing tapi dalam satu sempat. Seakan-akan yang penting bareng gitu. Hahahaha. Kalo soal bayar makan, nggak ada segen2nya. Kalo pas nggak ada duit, udah langsung ngomong duluan! Hihihi :D
ReplyDeleteseru yang ngekos ini ya :)
Delete