Efek Digitalisasi BRI pada Masyarakat Aek Loba
Entah sejak kapan tepatnya aku memulai kehidupan digital perbankanku. Yang jelas di 2019, gaya hidup dengan digital perbankan sudah sangat melekat padaku. Apa-apa tinggal transfer. Isi pulsa sudah tak pernah lagi lewat kaunter pulsa. Bayar listrik, PDAM, belanja online, beli tiket KA, hingga bayar utang dan tagihan piutang patungan di Ngapain Kita* pun diselesaikan via m-banking saja. Singkatnya, m-banking sudah jadi kebutuhan primerku selama merantau di kota Medan.
(*Ngapain Kita adalah sebuah grup WA yang berisi 4 demisioner pengurus FLP Medan; Ririn, Kyo, Iyik dan Tiwi, yang kala itu kerap nongkrong, diskusi, jalan-jalan, curhat, experimen dan sejumlah aktivitas kehidupan tak penting lainnya, yang terjebak dalam satu frekuensi dengan keseringan 50:50, hingga kini)
Menjelang akhir 2019, keputusan untuk naik gunung alias balik kampung cukup buat ketar-ketir. Berdamai untuk mengucapkan selamat tinggal pada tatap muka dan peluk erat para sahabat, serta pada segala kemudahan akses kehidupan yang sudah biasa dikecap, demi sebuah pilihan bernama 'bakti pada ibu bapak'. (Seeehh)
Pulang kampunglah ke Aek Loba, sebuah desa di kecamatan Aek Kuasan, kabupaten Asahan, Sumatera Utara, yang tentu saja belum tersentuh fasilitas ojek online.
Salah satu dari beberapa hal pertama yang kulakukan setelah balik kampung adalah mengurusi perihal pensiunan si Bapak. Sebuah diantaranya adalah perihal perbankan.
Aku ingat waktu itu ikut menemani beliau ke KCP BRI Aek Loba untuk mengambil kartu ATM yang baru diterbitkan. Saat itu tujuan utamaku adalah untuk memastikan rekening pensiunan si Bapak terdaftar m-bankingnya. Wkkk.
Berhubung di masa itu memang akan ada banyak transaksi transfer sana-sini. Selain itu pertimbangan bahwa lokasi mesin ATM BRI hanya ada di Aek Loba Pekan saja. Jaraknya sekitar 2-3 km dari rumah. Dan yang jelas tidak akan ada angkot yang lewat dari sekitaran apalagi dari depan rumah. Ini Aek Loba, Bung. Bukan Medan.
Akses kendaraan tentu ya hanya sepeda motor. Dan aku adalah pengendara sepeda motor yang hanya berkualifikasi duduk di boncengan saja. (Baca: tak bisa bawa motor). Jadi untuk ke mana-mana sangat tidak bisa mandiri seperti ketika di Medan. Butuh sopir pribadi.
Sayangnya aku tipe yang paling anti menyuruh-nyuruh apalagi disuruh-suruh. Kalau tak urgen, tak akan minta tolong. Lain cerita kalau diajak. Intinya m-banking wajib ada untukku yang memulai mode hidup "langka mobilisasi" ini.
"Kak, tolong sekalian aktifkan mobile banking-nya, ya." Kataku ketika sang CS menyerahkan kartu ATM ke Bapak.
"Sudah aktif otomatis, kok. Akan ada notifikasi ketika ada uang masuk dan penarikan." Kata sang CS.
"Gak perlu daftar akun dan aktivasi untuk aplikasinya lagi berarti, ya?" Sambungku agak bingung. Sebelumnya di rumah, aku sudah duluan unduh aplikasinya biar tinggal gampang ketika di BRI.
"Tanpa aplikasi." Jawabnya.
"Loh, jadi kalau mau transfer dan cek saldo gimana caranya, Kak?" Tanyaku heran.
Dan kesimpulan yang kudapatkan dari penjelasan sang CS, ternyata m-banking yang dimaksud hanya bisa seputar mendapatkan pemberitahan ke ponsel tentang transaksi penarikan dan saldo yang masuk ke rekening saja. Sedangkan untuk fasilitas cek saldo dan transfer, aku diarahkan untuk menggunakan BRI Internet Banking oleh sang CS karena dianggap lebih praktis dan gampang digunakan.
Fasilitas BRI Internet Banking bisa diakses melalui laman website ib.bri.co.id/ib-bri. Nah ini yang butuh daftar dan verifikasi. Untuk menggunakan layanan ini ternyata kita tak perlu beli perangkat token tambahan seperti layanan di bank lain saat itu, karena BRI menyediakan mToken yang didapatkan melalui sms ke nomor ponsel yang terdaftar ketika verifikasi akun nomor
Aku sempat menggunakan layanan ini kurang lebih 2 bulan. Dan selama penggunaan kumendapati beberapa kekurangan pada fasilitas Internet Banking ini. Mungkin demi alasan keamanan, tiap kali transaksi kita wajib log in; memasukkan ID pengguna dan kata sandi. Setelah selesai satu transaksi, jika mau cek saldo atau melakukan transaksi lainnya, wajib mengulang log in kembali. Begitu seterusnya.
Bahkan tak jarang websitenya seperti eror. Begitu tombol log in dipencet setelah memasukkan ID pengguna dan kata sandi, yang muncul adalah halaman semula. Dengan kata lain upaya log in sebelumnya tidak berhasil. Diulangi tetap saja begitu. Sangat melelahkan, dan lama-lama menyebalkan. Transaksi pun tak jadi dilakukan.
Dan naas, pada transaksi yang ke sekian, dengan masalah log in serupa aku sempat salah tiga kali memasukkan kata sandi (saking palaknya), dan terblokirlah sudah.
Untuk memperbaikinya harus ke BRI nya langsung. Tak bisa via telpon.
Dan bisa ditebak lah ya. Jenis manusia sepertiku yang enggan mengantre lama-lama dan lagi anti pergi jauh-jauh ke BRI sana, akhirnya kurelakan fasilitaas Internet banking itu terblokir begitu saja.
Jadinya mau tak mau segala transaksi harus dilakukan manual via mesin ATM. Terpaksa harus keluar rumah juga.
Baru di awal 2023 ini aku tanpa sengaja melihat iklan BRImo dan segala kemudahan yang ditawarkannya. Haha. Aku kemana saja selama ini. Terlambat tahu.
Kini dengan BRImo, memang segala transaksi jauh lebih gampang. Tak perlu capek-capek lagi mengunjungi mesin ATM. Cara pengoperasian aplikasinya juga terbilang gampang dan sangat ramah pengguna. Selain itu di BRImo kini banyak sekali promo bertaburan.
Dari sekian layanan digitalisasi BRI untuk masyarakat, BRImo ini lah yang paling kufavoritkan. Sangat sesuai dengan kebutuhanku yang malas ribet, suka yang hemat, serta enggan mobilisasi ke mana-mana.
FYI, aplikasi BRImo ini sudah dipakai oleh 27.8 juta pengguna.
Selain super app BRImo, layanan digitalisasi BRI untuk Indonesia lainnya adalah AgenBRILink yang merupakan contoh sistem hybrid bank (kombinasi layanan digital dan manual) yang diterapkan oleh BRI.
Layanan ini cukup memudahkan aktivitas kehidpan masyarakat melaliu fitur-fiturnya, seperti untuk bayar tagihan listrik, PDAM, BPJS, cicilan, isi pulsa, Top up BRIZZI, buka rekning tabungan BSA, pinjaman, dll.
Saat ini BRI telah memiliki 666 ribu AgenBRILink yang tersebar di 59 ribu desa di Indonesia.
Di Aek Loba (Kebun Sayur) sendiri, ada 2 AgenBRILink. Lokasi keduanya lebih dekat dari rumah dibandingkan lokasi mesin ATM. Masyarakat di sini sebagian besar memanfaatkan AgenBRILink untuk tarik tunai gaji, transfer, bayar listrik dan bayar cicilan.
Dan agaknya para pemilik usaha UMKM lah yang paling sering mengunakan AgenBRILink ini untuk aktivitas transfer. Seperti para pemilik Pangkalan gas yang sepekan ada yang sekali ada yang 2 kali masuk. Ada juga beberapa pengusaha pisang sale, pengusaha keripik pisang dan keripik singkong, pengusaha gipang dan para pedagang online yang kini mulai menjamur.
Tak dapat dipungkiri memang peran BRI di Aek Loba ini. Terutama dalam hal pertumbuhan UMKM. Baik dalam keikutsertaan perihal pendanaan UMKM, maupun dalam membangun tren literasi pada digitalisasi perbankan bagi kehidupan masyarakat Aek Loba.
Beberapa tahun sebelumnya dominasi masyarakat Aek Loba kalau bayar listrik pasti langsung ke kantor perwakilan PLN, kini sudah jarang sekali ada yang bayar tagihan listrik ke situ. Rata-rata perginya ke AgenBRILink.
Dan contoh nyatanya lagi adalah si Iqbal, adikku. Tahun lalu kupernah kehabisan saldo di rekening. Adanya uang tunai. Saat itu sudah malam dan sedang butuh untuk transfer ke rekening kawan. Maksud hati tak mau merepotkan si adik buat antar si kakak ini nabung ke bank via setoran tunai. Jadi mau pinjam jasa m-banking-nya si adik lalu dibayar tunai. Karena setahuku dia termasuk yang agak sering belanja online. Eh rupanya dia tak pakai m-banking.
Nah, bulan lalu, aku kehabisan saldo e-wallet. Saldo di rekening tinggal beberapa ribu dan adanya uang tunai. Jadilah pagi-pagi kirim pesan WA ke Iqbal, minta tolong nanti ketika luang top up saldo e-wallet via alfamart. Tak berapa lama dia kirim bukti transaksi top up via BRImo. Oh, sudah teredukasi agaknya dia.
Jadi tak berlebihan agaknya jika dikatakan digitalisasi BRI membawa dampak yang sangat signifikan bagi masyarakat Aek Loba. Baik dari aspek edukasi literasi digital perbankan maupun pertumbuhan ekonomi, terutama sektor UMKM.
Kisah Pendiri 12 PAUD di Pesisir Serdang Bedagai
"Masa Kecil yang Tak Sejahtera, Biarlah Hanya Saya yang Mengalami Kesulitan Itu"
Berawal dari keprihatinannya akan rendahnya tingkat pendidikan di desa-desa pesisir di Kecamatan Teluk Mengkudu membuatnya tergerak untuk memberdayakan masyarakat daerah tersebut sejak 1998. Walau tinggal di kecamatan berbeda; Pegajahan, Rusmawati sejatinya adalah warga Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Sumber: kumparan.com |
Sekitar tahun 1998, Sebagai Staff Lapangan Yayasan Harapan Desa Sukasari (Hapsari), sebuah LSM yang fokus pada pemberdayaan perempuan di Kabupaten Deli serdang, Rusmawati kerap berkeliling ke kawasan pesisir di Desa Pekan Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu.
Selama beberapa kali kunjungannya di Teluk Mengkudu, Ia mendapati pemandangan yang sangat memprihatinkan. Masyarakat di kawasan pesisir Teluk Mengkudu ini hidup dalam kebiasaan ala kadarnya. Jika sudah bisa makan dua atau tiga kali sehari dan bisa membelikan jajanan untuk anak-anak mereka, maka mayoritas warga yang merupakan nelayan ini sudah merasa cukup dengan kehidupannya.
Mereka tidak menganggap perlu untuk memfasilitasi anak-anak apalagi balita-balita mereka dengan pendidikan yang layak. Padahal anak-anaknya sudah masuk usia sekolah.
Kemudian Rusmawati mengajak sejumlah perempuan di Desa Pekan Sialang Buah untuk berdiskusi. Dari mereka, Ia justru mendapatkan fakta-fakta yang malah makin memprihatinkan.
Nyatanya banyak perempuan yang sudah berkeluarga tapi tidak tamat SD apalagi SMP. Lalu pekerjaan suaminya serta aktivitas melaut lainnya tidak memberikan kenyamanan karena mereka harus berhadapan dengan pukat harimau. Sementara tak ada perlindungan dan pembelaan dari pemerintah. Ada lagi para perempuan yang suaminya tewas di laut.
Kesemua itu telah menjadi beban tersendiri bagi perempuan di desa-desa pesisir ini. Mereka tak lagi memikirkan pendidikan anak-anak mereka. Apalagi para janda, fokusnya hanya untuk mencari nafkah sehari-hari yang jumlahnya jauh dari kata layak.
Akhirnya, anak-anak mereka terabaikan, apalagi pendidikannya. Anak-anak tidak paham memilih jajanan sehat. Bermain di area kumuh. Bahkan ketika makanannya jatuh ke tanah, mereka dengan santai masih mengutip lalu memankannya.
Ada pula para ibu yang juga terlibat dalam menambah penghasilan keluarga. sambil membawa serta anaknya mencari kerang di tepi laut sehingga anak tersebut kehilangan masa kanak-kanaknya tanpa bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya.
Rusmawati memutar otak, mencari cara untuk memajukan pendidikan masyarakat di Desa Pekan Sialang Buah, khususnya bagi anak-anak. Ia bertekad bahwa anak-anak Desa Pekan Sialang Buah yang sudah berada di usia sekolah harus masuk sekolah. Mereka harus belajar, bermain, dan bergembira dengan anak-anak seusia mereka.
Rusmawati ingat masa kecilnya yang sangat membekas. Karena kondisi ekonomi keluarganya yang juga tak sejahtera, sejak kecil ia harus membantu orangtuanya mencari sayur dan ikan di sawah.
“Saya berpikir, biarlah hanya saya yang mengalami kesulitan itu. Anak-anak zaman sekarang harus terfasilitasi dengan baik kebutuhan belajar dan bermainnya. Jangan seperti saya saat masih kecil dulu,” ujar perempuan kelahiran Desa Bingkat, 2 Februari 1976 itu.
Aksi Pun Dimulai
Di Desa Pekan Sialang Buah, Rusmawati mengajak tujuh perempuan desa yang sepemahaman dengannya; bahwa anak-anak usia dini Desa Pekan Sialang Buah harus difasilitasi pendidikannya.
Dia pun mengajak ketujuh perempuan itu untuk meyakinkan perempuan lainnya di desa tersebut untuk peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Namun sangatlah banyak yang menolak dengan alasan, "Sudah susah, janganlah dibuat susah lagi".
Banyaknya penolakan akhirnya membuat 4 dari 7 perempuan teman diskusinya tadi mundur. Tinggallah Rusmawati dan 3 teman diskusinya yang masih berkomitmen.
"Saya tidak membuat susah. Yakinlah, suatu saat nanti, kalian akan mencari saya”. Tegas Rusmawati kepada mereka yang menolak kala itu.
Namun, sesampainya di rumah Ia menangis. Perasaannya hancur ketika niat baik dan tulusnya tidak mendapat sambutan baik. Namun begitu tak menyurutkan niatnya. Malah tertantang untuk segera mendirikan Sanggar Belajar Anak.
Tahun 2002, Rusmawati dan ketiga rekannya yang tergabung dalam Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN) Serdang Bedagai ini mendirikan Sanggar Belajar Anak yang namanya disepakati menjadi SBA Melati. Mereka tidak menggunakan nama TK karena terkesan sekolah mahal dan tak mungkin mereka bangun. Saat itu mereka hanya berpikir ada tempat bagi anak-anak untuk belajar, bermain, dan bernyanyi.
Muncul Kendala Berikutnya; Gedung Tempat Belajar
Rusmawati meyakinkan 3 rekannya untuk mengadospi semangat Ki Hajar Dewantara; “Setiap tempat adalah sekolah, dan setiap orang adalah guru”. Dengan berprinsip tak perlu bangun gedung, akhirnya atas izin pengelola musala, digunakanlah teras musala sebagai tempat untuk belajar dan bermain.
Ketika pemberitahuan disampaikan ke warga, ternyata disambut cukup baik. Perkiraan hanya 10, ternyata sampai 25 anak yang hadir.
Rusmawati merasa tak sanggup mengajar 25 anak sendirian. Ia pun mengajak Ema Salmah (43), salah seorang dari 3 rekannya. Awalnya Ema menolak karena tak mampu dan tak lulus SD. Namun setelah terus diyakinkan oleh Rusmawati dan memintanya untuk mengobservasi caranya mengajar, Ema akhirnya menyanggupi. Lama-kelamaan, Ema pun berani tampil tanpa perlu didampingi lagi.
Dalam setahun jumlah siswa semakin banyak, dan tempat di teras musala tak lagi kondusif. Rusmawati kembali memutar otak. Posisinya sebagai Pengurus Badan Amil Zakat memberikannya ide baru. Ia mengajak warga Desa Pekan Sialang Buah yang peduli dengan keberadaan SBA Melati agar mau bersedekah dan berzakat untuk membangun gedung belajar SBA Melati.
Usahanya mendapat sambutan cukup baik. Terkumpullah sekitar 2.9 juta saat itu. Lalu dimusyawarahkan dengan para ibu murid SBA Melati. Ternyata untuk membangun gedung sederhana butuh setidaknya 5 jutaan. Kekurangan dana ini akhirnya tertutupi oleh sumbangan barang dari warga.
Akhirnya gedung SBA Melati dibangun di atas tanah milik seorang warga Desa Pekan Sialang Buah, Murni namanya. Persis di samping rumahnya. Gedung belajar dibangun sederhana. Lantai semen, atap rumbia, dinding bagian bawah beton dan sisanya tepas. Gedung beruangan tunggal itu berukuran 4x6 meter persegi.
Pembangunan gedung berlangsung sepekan. Masyarakat bergotong royong mendirikan gedung. Semua biaya dan barang merupakan sumbangan warga Desa Pekan Sialang Buah. Rusmawati terharu dengan sambutan baik masyarakat yang tak disangkanya itu.
Hingga kini gedung SBA Melati masih berada di lokasi sama. Beberapa kali dirombak, terutama dinding tepasnya karena rusak terkena hujan dan panas. Tanah yang semula statusnya pinjaman kini telah berganti menjadi sewa. Uang sewanya digunakan untuk membantu kebutuhan sehari-hari Bu Murni yang kesehatannya kurang baik beberapa tahun setelah pembangunan.
Dan sampai saat ini, Rusmawati dan rekan-rekannya tetap rutin menggalang donasi dari masyarakat untuk biaya sewa dan kebutuhan SBA Melati.
Dari Satu SBA Menjadi Tunas-tunas SBA
Cerita sukses Rusmawati membangun dan menjalankan SBA Melati di Desa Pekan Sialang Buah ini pun sampai ke desa-desa pesisir lain di Kecamatan Teluk Mengkudu.
Memanfaatkan momen, Rusmawati pun mendirikan 6 SBA di empat desa lainnya (yang juga tingkat pendidikannya masih rendah) sepanjang tahun 2004-2011. Adalah SBA As-Syakirin di Desa Sialang Buah, SBA Ar-Rahim dan SBA As-Syiddiq di Desa Pematang Kuala, SBA Pasir Putih dan SBA Al-Fahmi di Desa Bogak Besar dan SBA Ar-Rahman di Desa Sentang.
Tak hanya di Kecamatan Teluk Mengkudu, Rusmawati pun merambah ke kecamatan-kecamatan lain. Sepanjang tahun 2006 hingga 2012, Rusmawati membuka 5 SBA di empat desa lain di tiga kecamatan.
3 SBA di Kecamatan Pegajahan yakni 2 SBA di Desa Karang Anyar yakni SBA As-Syiddiq dan SBA Abah dan 1 SBA di Desa Petuaran Hilir yakni SBA Melati.
1 SBA di Kecamatan Tanjung Beringin yakni SBA Ar-Rahman di Desa Pekan Tanjung Beringin.
Dan 1 SBA di Kecamatan Pantai Cermin yakni SBA Mekar Hidayah di Desa Kotapari.
Konsep yang digunakan Rusmawati di delapan desa ini sama dengan di Desa Pekan Sialang Buah. Mengajak perempuan-perempuan desa berdiskusi dan mencari solusi masalah pendidikan. Mengajak para perempuan menjadi guru SBA. Mengajak warga dan wali murid berdiskusi perihal lahan dan pembangunan gedung SBA. Intinya adalah menggerakkan masyarakat untuk berdiskusi, bergotong-royong, serta memberikan sumbangan dan zakat untuk pembangunan dan keberlangsungan hidup SBA di desa mereka.
Sedangkan untuk membayar gaji guru SBA dananya berasal dari iuran bulan siswa. Besarnya bervariasi sesuai kemampuan orangtuanya dan hasil diskusi bersama wali murid. Ada yang 20 ribu, ada yang 15 ribu, ada pula yang membayar dengan pisang hasil panen.
Dianggap Lembaga Pendidikan Ilegal
Tantangan baru yang dihadapi Rusmawati dalam membuka 12 SBA di 4 kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah ketika perangkat pemerintahan di dusun-dusun tidak mengakui SBA-SBA bentukan Rusmawati sebagai lembaga pendidikan yang sah alias ilegal.
Disebut ilegal karena tidak memiliki izin dan tidak sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disahkan oleh DPR.
UU ini salah satunya mengatur sistem dan izin pendirian lembaga pendidikan untuk anak-anak usia dini seperti Kelompok Bermain (KB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Taman Kanak-kanak (TK).
Rusmawati mengakui jika SBA yang ia dirikan tidak memiliki izin. Namun ia tak menerima disalahkan. Karena ketika ia mendirikan SBA, belum ada UU yang mengatur saat itu.
Lagi pula di akhir 2003, beberapa bulan setelah UU Sisdiknas disahkan, 8 Juli 2003, Rusmawati telah mengunjungi Dinas Pendidikan Serdang Berdagai untuk berkoordinasi mengenai perlu adanya kebijakan tentang SBA yang ia telah ia bangun.
Namun penjelasannya tidak cukup meyakinkan pejabat yang bersangkutan. Tetap saja apa yang ia kerjakan dianggap ilegal. Karena tidak ada solusi, ia pun pulang.
Kampanye bahwa SBA yang didirikan Rusmawati adalah tindakan ilegal bahkan sampai membuat ada guru yang tak mau mengajar, sehingga program SBA jadi terganggu.
Namun Rusmawati tak patah semangat. Temannya menyarankan untuk menemui pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai lainnya yakni Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Berharap ada kebijakan dari sang pejabat.
Di tahun 2004, ketika menggelar pertemuan akbar siswa, orangtua dan masyarakat yang terlibat dalam program-program SBA, Rusmawati mengundang sang Kepala Bidang serta para Kepala Dusun yang selama ini menyebut SBA ilegal.
Di kesempatan itu sang kepala bidang juga langsung mendengarkan bahwa masyarakat tidak ingin SBA-SBA yang sudah ada ini dibubarkan. Akhirnya solusi dari mereka adalah mereka meminta agar program-program SBA tetap dijalankan karena pihak Dinas sudah mengetahuinya.
Sejak tahun 2007, agar program berjalan dengan baik dan warga SBA juga dapat belajar dan mengajar dengan nyaman, Rusmawati pun mengurus izin SBA-SBA yang sudah berdiri. Ia mencatat, hingga tahun 2007 ada delapan SBA yang berdiri.
Karena UU Sisdiknas tidak mengatur keberadaan SBA untuk pendidikan anak usia dini dan hanya mengatur nama PAUD dan KB, maka mau tidak mau, Rusmawati pun mengganti nama delapan SBA yang telah berdiri dari SBA menjadi Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal Kelompok Bermain (PAUD KB).
Sumber: Tribun-Medan |
Setelah keberadaan UU Sisdiknas semakin diketahui publik, maka mulailah bermunculan PAUD-PAUD di desa-desa pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai. Rusmawati mengingat, tahun 2009 menjadi awal berdirinya banyak PAUD.
PAUD KB, Pintu Masuk Pemberdayaan Masyarakat
Pendirian PAUD KB diakui Rusmawati sebagai pintu masuk untuk menebar jaring pemberdayaan lebih besar kepada warga pesisir. Setiap dibukanya 1 PAUD KB, otomatis terbentuk 1 kelompok yang berisi ibu-ibu murid yang bersekolah di PAUD KB.
Rusmawati rutin tiap bulan melakukan pertemuan dengan kelompok perempuan ini. Materi-materi di pertemuan beragam dan kaya manfaat. Berisi diskusi-diskusi seputar perempuan dan rumah tangga, sosial dan budaya, dan penguatan ekonomi keluarga dan kewirausahaan.
Selain materi-materi di atas, pada pertemuan rutin, Rusmawati juga mendorong warga untuk merehabilitasi lingkungan tempat tinggal mereka seperti yang ia lakukan di Desa Bogak Besar. Rusmawati melihat bahwa rumah warga di Desa Bogak Besar rentan ambruk terkena angin besar dan ombak laut. Rusmawati pun mengajak warga Bogak Besar untuk menanam pohon mangromangrove. Di 2014, sekitar 10 ribu pohon mangrove ditanam.
Di lain sisi, terbuka lagi pintu pemberdayaan masyarakat melalui PAUD KB, yaitu puluhan warga pesisir yang menjadi guru PAUD KB.
Karena syarat untuk mengajar PAUD KB minimal tamat SMA sederajat (saat itu 2012), sedangkan banyak guru PAUD KB yang hanya tamatan SD, Rusmawati mendorong dan memfasilitasi para guru PAUD KB untuk mengambil kejar paket B (setara SMP) dan kejar paket C (setara SMA).
Hasilnya semua guru di 12 PAUD KB telah meyelesaikan kejar paket B dan C. Bahkan sejak 2012 hingga Desember 2020, ada 7 guru yang melanjut ke Universitas Terbuka jurusan Guru PAUD. 3 diantaranya telah menyelesaikan sarjananya. Sementara Rusmawati sendiri akhirnya mewujudkan mimpi menamatkan perkuliahannya di 2013 dari Perguruan Tinggi Agama Islam.
Yang makin membuat Rusmawati bangga adalah Ema Salmah. Perempuan dari Desa Pekan Sialang Buah yang sejak tahun 1998 ikut membantunya membuka PAUD KB Melati diangkat menjadi Kepala Urusan (Kaur) Umum Desa Pekan Sialang Buah ketika sudah tamat Kejar Paket C.
Meraih Penghargaan SATU Indonesia Award
Di tahun 2011, usaha pemberdayaan yang dilakukan Rusmawati sejak 1998 berbuah manis. Astra melalui program Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards memberikan penghargaan kepada Rusmawati pada kategori Pendidikan. Program SBA (PAUD KB) yang ia dirikan di empat kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai ini menghantarkan Rusmawati pada penghargaan tersebut.
Dari penghargaan ini dia mendapat uang tunai Rp 50 juta yang diantaranya ia manfaatkan untuk memfasilitasi kejar paket B dan C bagi para guru PAUD KB yang saat itu belum lulus SMP dan SMA.
"Jujur. Motivasi saya mendirikan PAUD KB bukanlah untuk mendapatkan penghargaan. Tetapi ketika saya mendapatkan penghargaan ini, maka saya menjadikannya sebagai motivasi untuk berkarya lebih baik lagi dalam memberdayakan masyarakat di desa-desa pesisir di kabupaten Serdang Bedagai" Ujarnya.
Semooga semangat yang ditebarkan Rusmawati ini memberikan pencerahan pada anak-anak bangsa untuk kemudian mulai peka dengan sekelilingnya. Dimulai dari hal kecil. Let's start now.
Sebuah rasa peduli yang diwujudkan dengan aksi. Dieksekusi dengan hati dan empati. Meski dicerca dan tak dipeduli, namun perjuangan tiada henti. Memupuk harapan, membangun mimpi. Suatu saat pasti berarti. Terima kasih telah menginspirasi, wahai Rusmawati.
Tulisan ini diikutsertakan pada Anugerah Pewarta Astra 2023
Sumber:
Tribun Medan
Kumparan.com
Kompasiana
Judulnya Pada Suatu Hari
Seorang pemuda yang di kenal berbudi baik sudah lama sekali mencari komunitas yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pada suatu hari tak sengaja ia mendengar informasi tentang sebuah komunitas yang memiliki karakteristik sama dengan yang selama ini dicari-carinya.
Ia pun datang menemui ketua komunitas tersebut dan menyampaikan maksud dan tujuannya. Kedatangannya disambut dengan baik. Dan memang komunitas itu sedang buka lowongan untuk satu anggota baru. Mereka pun ngobrol.
Sang ketua mengenalkan lebih dalam tentangvisi misi komunitasnya, sambil juga bertanya dan berdiskusi untuk mengenal pribadi si pemuda tadi. Dia juga menyampaikan tahapan seleksi untuk bergabung di komunitas tersebut.
Dari hasil diskusi, si pemuda merasa mantap bahwa inilah komunitas yang selama ini dia cari-cari. Lalu ia pun mengutarakan niatnya untuk bergabung di komunitas tersebut.
Sang ketua manggut-manggut. Dari hasil diskusi dan wawancaranya tadi, ia menilai bahwa pemuda ini punya potensi sangat baik untuk direkrut. Sangat sayang jika ditolak. Hanya saja ada 1 hal kecil yang dirasanya masih perlu untuk dilakukan oleh pemuda itu agar syarat-syarat bergabung dikomunitas tersebut lengkap terpenuhi. Yaitu membuat surat keterangan izin dari orang tua/wali, karena si pemuda belum memilikinya. Walau pun menurut keterangan si pemuda orang tuanya sudah mengizinkan.
Sang ketua pun menyarankan si pemuda untuk segera membuatnya. Si pemuda diam beberapa waktu.
Sang ketua berpikir, mungkin membuat surat izin tersebut berat baginya karena kampung halamannya cukup jauh, atau mungkin berat di ongkos kirimnya.
Lalu sang ketua memberikan opsi, cukup dengan menghubungi orang tuanya saja via telpon, sebagai bukti bahwa orang tuanya memang benar memberikan izin padanya. Sang pemuda hanya diam.
Melihat reaksi pemuda tersebut, akhirnya sang ketua pun mengambil selembar brosur dari laci mejanya. Lalu menyodorkan brosur yang berisi syarat-syarat wajib untuk bergabung di komunitas tersebut, yang ketika diskusi tadi memang belum sempat ia sampaikan.
Dari sekian syarat tersebut, poin terakhirnya adalah 'izin orang tua yang dibuktikan dengan surat izin dari orang tua/wali atau bukti yang setara'.
"Poin terakhir itu memang harus dilengkapi. Silakan dilengkapi dulu." Tegas sang ketua.
Pemuda itu pun membaca tiap poin dengan saksama. Agaknya ia berpikir dan menimbang-nimbang. Tak lama, ia pun menghela napas panjang. Tampaknya ia sudah mantap. Sang pemuda pun akhirnya berkata,
"Setelah membaca syarat-syarat ini, saya merasa tidak pantas untuk bergabung di komunitas ini. Walaupun saya merasa semua poin ini ada pada saya. Jadi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya".
Sang pemuda pun pamit dengan sopan.
The end.
- Kalau kamu jadi sang ketua,
- 1. Apa yang kamu rasakan?
- 2. Bagaimana reaksimu?
Rabun Jauh
"Biasanya rabun jauh dialami oleh anak-anak muda, sedangkan rabun dekat dialami oleh para orang tua atau lansia".
Kurang lebih begitu kesimpulan yang ditanamkan guru-guru IPA-ku yang masih melekat di sel-sel abu-abu otakku.
Rabun jauh = tak tampak yang jauh-jauh.
Rabun dekat = tak tampak yang dekat-dekat.
Tanpa kaca mata, kita harus mendekat jika rabun jauh, dan harus menjauh jika rabun dekat, agar bisa melihat lebih jelas.
.......
"Nobody knows my children better than me", said a mother or a father.
What do you think? Agree or agree to disagree?
Well, I would say that depends.
Do the parents actually follow their children's every moment? Like never miss a single momentous occasion.
Do the children never leave their parents' side at all?
Parents themselves were often surprised or even shocked when witnessing their one-year-old little babies said or did something they (remembered) never said or did. And then wondered,
"Where did they get it from?"
Semakin bertambah usia anak, semakin jauh jangkauan mainnya, semakin lama waktu berpisah darinya, dan semakin banyak pula hal-hal yang luput dari pantauan kita.
Melewatkan semenit kebersamaan saja bisa membuat para orang tua terkaget-kaget dengan kemampuan baru yang dimiliki sang anak. Konon lagi berjam-jam, berhari-hari bahkan bertahun-tahun.
Do we actually know "who" and "what kind of human" their friends are out there?
Do we actually witness everything they see and hear when they are not by our side?
Ironically, most parents have no idea about those things even when their children are by their side.
Apalagi kini, banyak orang tua bahkan 'absen' dari kehidupan media sosial anaknya.
Ironis. Orang tua duduk nonton tv bersama anak-anaknya di ruang keluarga. Yang dilihat orang tua, para anaknya sedang duduk baik-baik main ponsel, sedangkan anak-anaknya bisa jadi ada yang sedang memprospek calon pembeli, ada yang sedang membuli, ada yang sedang belajar mandiri, ada pula yang sedang berjudi.
Lalu besok-besoknya, si ayah atau si ibu dengan santai berucap ke tetangga, "Anaku, aku yang paling tahu".
Ini yang namanya tidak sadar akan kerabunjauhannya.
Ada 3 cara jitu untuk membongkar sifat asli manusia versi Umar bin Khattab:
1. Bersafar bersamanya
2. Bermuamalah bersamanya
3. Beramanah kepadanya
Kapan terakhir kali mengeksekusinya bersama anak?
Agaknya semakin anak-anak bertambah usianya, yang lebih tahu seperti apa " jiwa mereka" adalah para penghuni lingkungan 'sebenarnya' tempat mereka berinteraksi dan menghabiskan sebagian besar waktunya.
So, parents... Before saying that ultimate sentence, we might need to recalculate how much quality time we have spent to interact with them and how much time we have spent to understand how much our "little babies" have grown.
Because we probably need special glasses to see our children clearly.
Aplikasi Kehamilan Diary Bunda
Hampir tiap pengalaman pertama selalu diikuti oleh rasa aneka rupa. Hamil perdana apalagi. Bukan hanya yang mengalami, orang-orang di sekitar sang bumil pun bisa jadi "ikut hamil".
Ketika hamil Keke dulu, bukan cuma bundanya, ibuknya pun jadi ikut instal aplikasi kehamilan di smartphone nya.
Ya, Keke adalah balita yang sejak dalam kandungan selain dipantau tumbuh kembangnya oleh buk bidan dan dokter kandungannya juga dimonitor berkala oleh bunda dan ibuknya via aplikasi kehamilan.
Aplikasi Kehamilan Diary Bunda
Aplikasi kehamilan Diary Bunda merupakan aplikasi yang memandu penggunanya seputar ilmu kehamilan dan kesehatan ibu dan anak.
Aplikasi buatan anak bangsa yang dirilis 29 Juli 2019 ini kini telah digunakan oleh lebih dari 400.000 ibu di Indonesia.
Keunggulan aplikasi kehamilan Diary Bunda
Dari sekian banyak aplikasi kehamilan, keunggulan aplikasi Diary Bunda ini sesuai dengan namanya.
Aplikasi ini memberi kemudahan bagi bunda untuk memantau dan mengabadikan momen hamil sepuasnya tak ubahnya seperti menulis diari.
Suatu cara sehat untuk memperbaiki mood bumil yang sering jungkir balik karena ulah kerja hormon yang sedang labil.
Fitur-fitur aplikasi Diary Bunda
Diary Bunda memiliki tampilan aplikasi yang simpel dan minimalis sehingga sangat memudahkan penggunanya.
Selain catatan harian, masih ada 5 fitur kemudahan lainnya di Diary Bunda. Mari kita intip satu persatu.
1. Pantau kehamilan
Di fitur Perkembangan, kita bisa mendapatkan info perkembangan janin di tiap pekannya.
2. Informasi terpercaya
Serta pertanyaan sejenis lainnya yang sering menggelitik para bunda dan calon bunda bisa ditemukan jawabannya di fitur artikel.
Ada ribuan artikel yang telah ditinjau dokter. Jadi kita tak perlu khawatir terkonsumsi informasi hoaks.
3. Catatan harian kehamilan
"Kemaruk" ketika hamil perdana adalah manusiawi. Semua orang punya standar masing-masing. Ada yg mengabadikan momen biar semua orang tahu, ada pula yang membekukan waktu untuk konsumsi pribadi.
Fitur Catatan Harian memungkinkan kita untuk memasukkan foto dan tulisan. Jadi semacam arsip digital yang bisa dilihat kembali kapan-kapan tanpa khawatir hilang, basah, koyak, atau lupa di mana diletakkan.
Nanti ketika si anak sudah besar bisa dikasi tunjuk. Atau ketika sang bunda rindu masa hamil (lagi), tinggal log in dan mulai bernostalgia.
4. Tanya dokter spesialis
Ada dua macam dokter spesialis di aplikasi ini yaitu dokter spesialis kehamilan dan janin, lalu spesialis anak dan balita.
Kita bisa tanya langsung sepuasnya terkait permasalahan yg kita alami sesuai dengan bidang keahlian dokter yang kita pilih.
Pilih menu 'Tanya Sekarang' dan pilih dokter spesialisnya. Hanya gunakan fitur ini pada hari kerja Senin-Jum'at ya. Akhir pekan libur.
Fitur ini memfasilitasi para bunda untuk berinteraksi satu sama lain. Mulai dari tanya jawab, berbagi pengalaman, sampai curhat.
"You are not alone"
Mengetahui dan menyadari bahwa "kita tidak sendirian" ternyata cukup membantu meredakan tingkat kecemasan dan stres yang sering dirasakan para bumil dan para bunda.
Ketika pertama log in di Diary Bunda, kita disuguhkan 2 pilihan, apakah mau dibantu mengenai kehamilan atau dibantu perihal bayi.
Jadi setelah lahir, anak tetap bisa terus dipantau dan tumbuh kembangnya oleh bunda melalui aplikasi ini.
Maka dari itu kita bisa membandingkan tumbuh kembang si buah hati dengan standar tumbuh kembang yang sehat, bukan dengan standar tumbuh kembang anak tetangga.
Bisa disimpulkan bahwa aplikasi kehamilan Diary Bunda ini cukup membantu dalam mengawal para bunda untuk bisa cerdas dan waras ketika hamil dan pasca melahirkan melahirkan.
Kurang lebih semua yang dibutuhkan bunda di masa hamil dan tumbuh kembang anak ada dalam genggaman.
Media Sosial Diary Bunda
Diary Bunda juga bisa ditemukan di :
Instagram : @diarybundaapp
Website : Diary Bunda
Untuk mencoba aplikasi ini langsung saja unduh Aplikasi Kehamilan Diary Bunda di play store
Laptop Gaming Keren Perlu Gak Sih?
"Laptop gaming keren perlu gak sih?"
Jawabannya tergantung pada siapa pertanyaannya ditujukan. Kalau yang ditanya adalah gamer profesional, kira-kira akan bagaimana jawabannya? Apakah "Pasti. Tergantung. Enggak", atau malah balik bertanya, "Emangnya sekeren apa?" (Karena keren di matamu belum tentu keren di mataku :))
Ada yang dianggap keren karena teknologinya yang powerful. Ada pula yang dianggap keren karena selain powerful juga ramah lingkungan.
Di mataku, laptop yang keren itu adalah yang canggih. Canggih dalam arti punya teknologi terbaru, ramah pengguna, ramah lingkungan dan tak lupa ramah kantong. (Terkesan serakah lagi maksa ya :). Biasalah, manusia).
Sebelum membahas lebih lanjut tentang laptop gaming terbaru yang kabarnya acara peluncurannya cukup keren dengan mengusung konsep virtual interaktif dengan rasa main kuis Who Wants To Be A Millionaire, daku mau mengulik secuil tentang dunia per-gaming-an di Indonesia.
Dari acara Peluncuran Gaming HP Indonesia 2021 (HP Indonesia 2021 Gaming Launch Event) yang digelar virtual interaktif pada Kamis, 23 September 2021 lalu, aku baru tahu kalau ternyata hingga tahun lalu jumlah gamer di Indonesia mencapai 100 juta orang. (Itu banyak gak sih?)
Otomatis timbul pertanyaan, jumlah penduduk Indonesia ini sudah berapakah?
Mari kita berhitung sejenak.
Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan penduduk Indonesia berjumlah 270,20 juta jiwa dengan jumlah usia produktifnya (15-64 tahun) adalah 70.72 % atau jika dibulatkan sekitar 191 juta jiwa.
Jika 100 juta orangnya adalah gamer, artinya lebih dari 52% penduduk usia produktif Indonesia punya akun gaming.
Dan satu lagi fakta menarik tentang pertumbuhan e-sports di Indonesia. Menurut data Newzoo, tahun 2017 ada 43.7 juta gamers di Indonesia. Sampai 2019 tercatat melonjak menjadi 52 juta gamers. Lalu melambung sejak pandemi hingga 100 juta orang. Sebuah efek pandemi pada tumbuh kembang e-sport Indonesia. (Udah macam judul skripsi)
Agaknya sebentar lagi akan ada masa ketika mau PDKT yang ditanya bukan lagi "Akun IG dan Tik Tok nya apa?" tapi jadi "ID game nya apa?"
Dengan pesatnya pertumbuhan e-sport Indonesia, pasti diikuti dengan pertumbuhan performa alat gaming serta kebutuhan akannya. Laptop gaming salah satunya. Apalagi bagi para hardcore gamer. Kenyamanan saat bermain tentu sangat krusial karena pasti berpengaruh pada proses bermain dan hasilnya.
Untuk itu HP memperkenalkan laptop gaming powerful yaitu OMEN 16 dan Victus guna mendorong gamer Indonesia ke level lebih tinggi.
OMEN by HP Laptop
Top-Tier Performance
Teknologi ini memberikan pengalaman pada gamers untuk dapat menikmati grafis yang menakjubkan karena memiliki spesifikasi hingga NVIDIA® GeForce RTX™ 3070 Laptop GPU 8 GB. selain itu juga dilengkapi dengan prosesor Intel® Core™ i7-11800H2 atau hingga Mobile Processor AMD Ryzen™ 9 5900HX2.
Jauh dari kata "lambat, hang, atau nge-lagg" ketika menjalankan beberapa aplikasi bersamaan karena memiliki 16GB DDR4 3200 MHz yang dapat ditingkatkan hingga 32GB. Mengakses file penting juga dapat dilakukan dengan sangat cepat karena didukung hingga 512GB PCIe® NVMe™ M.2 Gen4 SSD yang dapat ditingkatkan hingga 1TB.
Gusts of Energy
Memiliki bilah kipas internal 2.5 kali lebih tipis dan 2 kali lebih banyak dari pada pendahulunya OMEN 153. Jadi sangat mendukung untuk bermain game berjam-jam tanpa khawatir laptop panas. Ditambah lagi dengan kapasitas baterai yang meningkat dari 52.5Whr menjadi 83Whr, dengan masa pakai baterai tahan 9 jam.
Immersive Visuals
Gameplay serba cepat tersuguhkan dalam panel IPS FHD5,6144Hz dan 100% sRGB. Sudah memiliki sertifikat TUV+Eyesafe®6 dan Flicker-Free, sehingga mata tetap aman dan nyaman meskipun menatap layar berjam-jam.
Thermal Advances
Dilengkapi Sistem pendinginan oleh OMEN Tempest Cooling Technology, yang memiliki Dynamic Power, Performance Control dari OMEN Gaming Hub, dan Undervolting, mampu menghapus sumber daya yang berat secara efisien.
Expand, Last, Fast
Perluasan yang sangat cepat dan sederhana dengan akses single-panel ke SSD dan RAM melalui sekrup kepala Phillips di dasar kedua laptop memudahkan pertukaran perangkat keras. Bermain game online juga tidak akan tertinggal dengan Wi-Fi6E dan 1x port Thunderbolt 4 yang menyediakan satu port universal untuk konektivitas yang mudah.
OMEN by HP adalah laptop OMEN pertama yang memiliki fitur optical mechanical keys yang memberikan jarak tempuh hanya 1,7mm dengan waktu respon 0,2 ms dari tuts tradisional,sehingga membantu memberikan keunggulan dalam pertemuan satu lawan satu.
Victus By HP
Jika OMEN 16 diperuntukkan bagi para gamer hardcore dan profesional maka Victus disegmenkan bagi para gamer pemula untuk membantu menjajaki dan mencari tahu tipe gamer yang cocok dengan pribadi diri juga sebagai laptop untuk kebutuhan pekerjaan.
Victus hadir dengan tiga pilihan warna menarik, yaitu mica silver, performance blue, dan ceramic white. Semuanya dilengkapi keyboard backlit standar dengan font unik yang tersedia di perangkat OMEN.
Powerfully Compact
Disajikan dengan Layar 16 inci dengan opsi hingga FHD 144 Hz refresh rate, layar flicker-free, dan terasa seperti laptop 15 inci untuk kepraktisan pemakaian sehari-hari. Piksel yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya dengan grafis yang didukung hingga NVIDIA® GeForce RTX™ 3060 Laptop GPU 6 GB.
Didukung dengan prosesor Intel® Core™ i7- 11800H2 atau Mobile Processor AMD Ryzen™ 5000 Series2 dengan memori DDR4 3200 MHz 16GB yang dapat ditingkatkan hingga 32GB menjadikannya memiliki kecepatan kilat dan gameplay yang responsif.
Chill Drives
Memiliki ventilasi belakang yang lebar sehingga meningkatkan efisiensi termal yang didukung oleh aliran udara lima arah dan desain pipa four-heat membantu menjaga semuanya tetap dingin ketika aksi gaming memanas. Dengan opsi HINGGA 512GB PCIe® NVMe™ M.2 Gen4 SSD yang dapat ditingkatkan hingga 1TB, pendinginan laptop ini cepat dan sederhana untuk bermain game dan aktivitas lainnya.
Ultimate Control
Sudah dilengkapi OMEN Gaming Hub untuk memanfaatkan fitur internal yang kuat seperti Performance Mode dan System Vitals untuk membantu game berjalan dengan baik dan meningkatkan pengalaman bermain game dengan cara baru dan menarik. Selain itu jga dilengkapi Network Booster sehingga kita dapat memprioritaskan bandwidth untuk game dan aplikasi yang aktif, sehingga mengurangi jaringan lagging saat bermain atau streaming.
Greener Gaming
Kedua laptop gaming ini OMEN 16 dan Victus telah bersertifikat Energy Star dan terdaftar pada EPEAT Silver®. Keyboard-nya menggunakan aluminium daur ulang, kotak speaker-nya menggunakan kombinasi plastik daur ulang pasca konsumen dan ocean bound plastic, serta penutup tombol-nya menggunakan plastik daur ulang. Tak lupa pula kemasan laptop dengan kotak luar dan bantalan serat yang 100% ramah lingkungan dan pastinya dapat didaur ulang.
Harga Omen dan Victus
Ada harga ada mutu pastinya. Sejak diluncurkan 23 September kemarin, keduanya OMEN 16 dan Victus sudah dapat diakses di Indonesia, baik di toko online maupun offline. Di toko resminya di Tokopedia ada cashback menunggu untuk tiap pembelian.
OMEN 16 dibanderol mulai Rp24.999.000,- dan Victus mulai Rp18.999.000,-
Kalau kamu lebih suka yang mana, OMEN 16, Victus, atau senyumannya?
About Me
- PERTIWI SORAYA -I am learning to be somebody I would like to meet
Popular Posts
Featured post
Cara Mendeteksi Berita Hoaks dan Penipuan
Hingga akhir Desember 2023, konten hoaks di Indonesia dalam kategori penipuan berada di peringkat kedua. Makin lama makin marak saja dunia p...