Gimana Rasanya Swasembada Caplak di Masa Harga Cabai Melangit?

8:52 pm Pertiwi Soraya 0 Comments

Lupa aku entah sejak tanggal berapa tepatnya harga cabai di Aek Loba ini sekilo tembus 100 ribu sekilo, entah Agustus entah September mulainya. Dan sampai tulisan ini di tulis, harga cabai merah seperempat masih 25 ribu di sini. (Jadi teringat pidato Pak Presiden di ajang PBB lalu yang katanya Indonesia swasembada beras dan siap ekspor ke mana-mana. Eh, betul nya itu? Bukannya harga beras sejak naik waktu itu sampai sekarang ya masih saja mahal ya?) 

Untuk lidah warga sini yang kalau makan tanpa sambal rasanya kayak "payah ketelen' nasinya, dihadapkan dengan harga cabai yang tiap hari kian meroket itu kok rasanya kayak dianiaya sama negara ya. Padahal bukan dalam rangka hari besar atau libur nasional, dan cuaca pun juga sudah baik-baik lagi kondisinya untuk tanaman cabai. But, why aren't the price going back to normal? Why? 

Para pedagang kuliner menjerit dompetnya, dan pelanggannya menjerit kantongnya. Harga seporsi ayam penyet di sini pun naik (lagi). Kalau sudah naik, walaupun nanti harga cabai turun (entah iya entah entah enggak, dan entah kapan), harga ayam penyet ya tetap nyaman di situ. (Aku sih gak makan ayam penyet, tapi kalau para ponakan main-main ke rumah neneknya, neneknya bakal pasang mode "gofud" ayam penyet buat mereka😄). 

Kami, yang juga termasuk grup makan wajib ada sambal atau gigit cabai (Terutama mamake, aku sih masih bisa lewat) walau ikut palak dengan harga si cabai, sukurnya tetap bisa merdeka makan cabai sepuasnya. (Lambungku saja yang gak merdeka😌) Pasalnya sejak 3 bulan terakhir, kami swasembada caplak. 

Lihat kebunku, penuh dengan caplak. 
Ada yang putih, dan ada yang merah. 
Setiap hari, kusiram semua. 
Caplak yang putih, langsung jadi merah. 
Wkkk. 


Pernah suatu pagi, pas mamake pulang dari pajak, ngasih aku uang 27k. Heh, uang apa ini? Pikirku. Rupanya caplaknya beliau jual, dapat kurleb setengah kilo. Waktu itu harga cabai merah masih 80 ribu sekilo, rawit sekitar 50 ribuan. Dalam hatiku, lumayan lah untuk beli polibag lagi. Pas pula stok polibag sudah ludes🤣. 


Ada berapa pohon caplak di rumah? 


Walau kesannya seperti ada unsur pamer, tapi bolehlah sebagai bahan referensi. Sebenarnya kita butuh berapa banyak pohon cabai sih di rumah supaya gak perlu beli cabai lagi? Pertanyaan ini sebenarnya ya pertanyaan yang sering muncul di kepalaku ketika sengaja menanam banyak tanaman sejenis, seperti cabai, daun sop, dan daun prei.

Karena kini kurasa sepertinya jumlah pokok caplak yang ku tanam di rumah kebanyakan deh, sampai luber-luber buahnya. Walau kalau kondisi sekarang, 'kebanyakan' malah jadi duit karena harga cabai lagi selangit. Wkkk

Nah, sampai tulisan ini ditulis di kebunku ada 13 pokok caplak yang di tanah, 3 yang di polibag, dan ada tumpukan beberapa pokok caplak dalam 2 pot (jadi enggak tahu totalnya berapa, anggap saja 20 lah ya).
Pohon dan buah Cabai Caplak cabai rawit putih segar dalam bingkai polaroid

Tapi tak semuanya berbuah dengan porsi yang sama. Ada 4 pokok yang buahnya lebat banget, Sisanya bervariasi, ada juga yang malah berbunga pun belum. Karena waktu penanamannya juga tak sama. 3 kali menyemai.

Seingatku, penyemaian yang kedua dibuat setelah generasi pertama mulai berbunga. Penyemaian ketiga adalah cabai merah. Yang bertahan hidup dari serangan bekicot hanya 7 pohon, dan sebahagiannya masih di polibag yang isinya berkelompok. Statusnya beberapa sudah mulai berbunga. 

Oiya, For your information, semenjak cabai merah mahal, bisa dibilang mamake gak pernah beli cabai sih. Jadi sambal kami murni caplak semua. Dan caplak yang kutanam ini rasanya tak sepedas caplak pada umumnya. Heran juga. Oiya satu lagi, walau bibitnya sama, hasilnya beda-beda. Tergantung kesuburan pohonnya, lokasi serta asupan sinar mataharinya. Yang di tanah umumnya lebih banyak buahnya dibanding yang di polibag. Tapi yang di tanah pun walau pohonnya sama-sama besar, buahnya ada yang lebat ada yang jarang, ada yang buahnya gendut-gendut dan ada juga yang buahnya langsing semua satu pohon. 

Nah, jadi kalau ditanya butuh berapa pohon cabai sih supaya gak perlu beli cabai lagi? Ya tergantung kita serakus apa sekali makan cabai, dan sebanyak apa yang buah yang dihasilkan dari satu pokok cabai kita. 

Sekarang ini, hikmahnya "punya pokok cabai kebanyakan" gak ada ruginya sih. Kalau kebanyakan untuk konsumsi sendiri, ya jual aja sono ke pajak. Atau bagi-bagikan ke tetangga.

Tapi kalau mau ngasi tetangga, saranku sih, kita sendiri yang petik. Soalnya lain tuh kalau tetangga yang petik. Berhubung karena tanaman itu bukan miliknya, jadi perlakuannya ke tanaman yang sedang di petik itu tak jarang membuat pemiliknya, kita, malah menyesal sendiri. Maksudnya mau ngumpulin pahala eh, malah jadi makan hati nanti. Hehehe. Hanya para pemilik tanaman yang mengerti. ✌

Jadi ada berapa pohon cabai di rumahmu? Bisa swasembada cabai juga tak? 😁

You Might Also Like

0 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄