Showing posts with label My Thoughts. Show all posts

Agar Jiwa Raga Tetap Sehat di Dunia Digital

Ah, judul kakak lebay. Di dunia maya kan gak bawa-bawa raga, Kak.

Siapa bilang? Memangnya kalau kamu lagi online, ragamu gak digunakan gitu? trus yang nekan love di instagram itu arwahmu gitu? :D. Ya, selama kita masih dikasih jatah hidup, jiwa dan raga itu satu paket kali, Nduk :D

Aiih, kena semprot bah. Iya, Kak. Iya. Adek ngaku khilaf. 
Jadi, kayaknya Kakak bakal ngasi tips nih ya?

Yups, kurang lebih begitu. Kira-kira kalau dialihbahasakan menjadi tips berinternet sehat.


Kalau gitu, awak bakal sekalian nyatat lah. Jarang-jarang soalnya Kakak ngasih tips. Kalau ngasi tip, gak pernah kebagian, soalnya awakkan bukan karyawan hotel :D, paling dapatnya THR. kodeee.

THR sabar ya, lebaran masih lama. Siapkan amplop lebarannya aja dulu :D
Oke, Tips berinternet sehat yang pertama adalah:

1. Think before Click (Pikir matang-matang sebelum pencet tombol klik)


Sekarang ini zamannya dikit-dikit upload, apa-apa di-update. Kita lagi di mana, pakai baju apa, makan apa, sama siapa, ngapain aja, dan segala hal yang terjadi sama kita, maunya selalu dibagikan ke akun sosmed. di-snapgram-in, di-boomerang-in, di-live-in.

Beragam sih tujuan kita, ada yang bermaksud menginformasikan untuk kepentingan orang banyak, ada yang mau soaialisasi, ada yang maksudnya membantu orang lain, ada yang sekedar pamer, ada juga yang baru belajar cara pakai aplikasi itu, atau ada juga yang ketagihan nyobain tu aplikasi.

Haha, ya gak usah sambil ngelirik awak gitu la kak pas di bagian yang ada kata "ketagihan" itu.

Anyway, terlepas dari tujuan kita mengupload sesuatu di sosmed, baiknya kita pikir-pikir matang-matang sebelum akhirnya kita putuskan untuk di-upload. Kata kunci nya adalah...pantas gak sih konten ini di upload?

Pernah gak terpikir kalau sesuatu yang kita upload itu mengganggu orang lain, atau malah menyakiti orang lain tanpa kita sadari?

Maksudnya kak?

Misal ni ya...Kamu yang biasanya upload tiap hari baik kutipan ataupun tulisanmu tentang indahnya pacaran setelah menikah, terus pas seminggu setelah kamu sah akad nikah, kamu pun mulai lebih rajin upload tentang keindahan pacaran kalian setelah menikah di sosmed, mulai dari yang sehari 3 kali sampai tiap jam sekali.

Mulai dari caption, Kayak ginilah nikmatnya pacaran setelah menikah (pake foto trekking sambil pegangan tangan jalan berdua), atau caption...pacaran dulu ah (pake foto wefie suap-suapan yang ecek-eceknya candid), sampai foto nasi goreng yang telur dadarnya ada saus tomat yang dibentuk love (plus caption...sarapan pagi buatan kekasih halal). Hellooo....Itu akun instagram memang akun kamu, tapi spam feednya itu nampang di timeline gue...dan gue-gue yang lain kali.

Ahaha...Ya Allah..Kakaaaak...sakit perut awak. Pengalaman pribadi banget kayaknya ya :D Kuat-kuatkan hati ya mblo, eh Kak. :D
Indahnya pacaran setelah menikah
Insya Allah Kuat :D

Aha...Insya Allah, kalau yang kayak gini, imun kakak kuat kok. Tapi gimana buat mereka-mereka yang iman eh imunnya gak sekuat kakak? Apa gak mengumpat mereka. Kan kasian dosanya jadi nambah. Atau yang parahnya, bagi yang tak kuat imun dan imannya sekaligus, bisa kalap nenggak whipped cream karena dikiranya itu botol baygon. Kan malu dia gagal bunuh diri.

Trus, pernah gak mikir kalau postingan-postingan di atas tadi itu dilihat sama teman kita (yang kita gak update info tentangnya karena sibuk update tentang diri kita)  yang ternyata suaminya baru aja meninggal dan sekarang dia harus jadi single parrent. Coba kita bayang kalau kita yang berada di posisi dia, terus kita ngeliat postingan-postingan kayak gitu, kira-kira perasaan kita gimana?

Waah, iya juga ya kak.

Nah, itu dia. Jadi jangan mentang-mentang ini adalah akun kita, jadi kita bisa suka-suka kita mau ngapain aja. Dunia maya juga tak ubahnya dunia nyata, kita tak hidup sendiri, kita punya tetangga. Bedanya, tetangga kita di dunia nyata tak sebanyak di dunia maya. Jadi ada jaaauh lebih banyak kenyamanan tetangga yang harus kita jaga. Jika belum bisa berbuat baik pada tetangga, paling tidak kita menjadi tetangga yang tidak mengganggu.

Itu tadi masih satu contoh. Masih ada banyak contoh kasus lain seperti, upload umpatan-umpatan di social media saat suhu emosi kita sedang tinggi, caption-caption bullying, foto makanan, foto bayi, korban kecelakaan, korban penganiayaan, bahkan mayat.

Dengan menekan tombol klik, kita bisa jadi telah membunuh mayat itu dua kali. Dengan menekan tombol klik, kita bisa jadi telah membuka jalan kehancuran atas sesuatu yang seharusnya dijaga baik-baik. Dengan menekan tombol klik, kita bisa jadi ikut serta menganiaya seseorang sekali lagi.

Maka sebelum meng-upload sesuatu, pikirkanlah betul-betul, pantaskah konten tersebut kita naikkan di sosial media kita?

Waah, kayaknya awak perlu cek lagi ini postingan awak.
Terus Kak, apalagi tips selanjutnya?


2. Recheck before Sharing (cek dahulu kebenaran suatu informasi sebelum tekan tombol share)


Menurut kamu, kenapa konten hoax di Indonesia tumbuh subur seperti jamur di musim hujan?

Hmm... Kalau menurut awak hoax itu menjamur karena banyak yang ngeshare Kak, jadi viral.

Trus kalau pertanyaannya ... Kenapa banyak yang ngeshare hoax?

Mmm...Kenapa ya... mungkin yang share gak sadar kalau yang dia share itu hoax kali ya, Kak.

Bisa jadi. Sering kali judul-judul yang bombastis itu yang menjadi penarik orang untuk membaca suatu tulisan, lalu fakta-fakta yang diungkap di tulisan tersebut dimanipulasi, ada yang benar-benar berbeda, ada juga yang hanya sebagian yang ditampilkan.

Benar, Kak. Awak masih ingat sama artikel beberapa tahun lalu yang judulnya kurang lebih menyebutkan kalau Rhoma Irama meninggal dunia gitu. Padahal orangnya masih sehat wal'afiat sampai sekarang.

Warga sosmed biasanya sengaja sering dibuat terkejut oleh judul-judul artikel yang wow, supaya artikel tersebut di-klik dan di-share. Makin banyak klik dan share, makan banyaklah uang yang didapat si pencipta hoax. Jahatkan.

Tapi, kalau dipikir-pikir, banyak juga warga sosmed yang ngeshare suatu informasi yang bahkan dia sendiripun gak tau apa yang dia share. Karena lihat judulnya yang buat adrenalinnya naik, langsung di-share ke grup-grup yang dia punya, padahal dia belum baca seluruhnya, malah ada yang masih baca judulnya doang. Dan parahnya lagi hal yang begini ini jadi mata rantai yang tak habis-habis. Di grup selanjutnya, ada aja penghuni grup tersebut yang berkelakuan sama.

Iya kak, miris awak kalau liat yang kayak gini. Mungkin ini juga kali ya makanya disebutkan oleh UNESCO kalau minat baca orang Indonesia di peringkat 2 terakhir dari 61 negara. 0,001%. Kan rendah kali itu kalau dari 1000 orang yang rajin baca cuma 1. Seribu loh kak. SE-RI-BU.

Yah, semoga semakin banyak yang sadar akan pentingnya literasi, karena literasi tak hanya sekedar membaca teks saja, tapi juga konteks.
berita hoax
Segala hal tentang mantan aja di verivikasi lagi, masak info yang mau disebar enggak?

Supaya lebih sadar diri, kalau mau share-sesuatu, dibaca dulu, trus dicek, benar atau enggaknya info tersebut. Jadi kayak ada remnya. Gak langsung asal pencet tombol share aja. 


Aamiin. Lanjut kak.

3. Be a Smart Surfer (Berselancarlah dengan cerdas alias jadilah onliners yang cerdas)


Nah, ini maksudnya opo tho?

Maksudnya, pintar-pintarlah ketika berselancar di dunia maya, karena godaannya buanyak. Yang awalnya berencana online buat nyari tugas kuliah, ee, gak sadar udah 1 jam yang online malah keasikan chatting, trus selesai chatting buka instagram, liat instastory abang itu, abis tu buka line, trus buka facebook, abis tu balik lagi bka instagram, scrol-scrol eh abang itu posting sesuatu, eh, tanpa sadar kok malah udah stalking mantan abang itu pulak. Terus pas tersadar kembali, dan mau kembali ke jalan yang benar, lowbat. :D

Ahaha...kok Awak kali yang ini :D

Selain itu juga pintar-pintarlah mengakses konten di internet. Nih kakak kasih tau lah ya, terutama berhati-hati sama konten pornografi. sekali otak kita terpapar konten pornografi,  selamanya memori tersebut tertanam di otak. Takakan lupa. Apa lagi kalau sampai kecanduan.

Karena faktanya, kecanduan pornografi lebih merusak otak dari pada kecandan narkoba. Jika kecanduan narkoba merusak 3 bagian otak, maka kecanduan pornografi merusak 5 bagian otak.

Wew.

Jadi pintar-pintar lah menjaga otakmu ya, adek kakak yang tiada duanya di dunia :D

Hehe...Insya Allah Kak. Ada lagi tips nya kak?

Ada. Ini tips yang terakhir.

4. Be a Smart Internet Costumer


Kan tadi kita udah bahas tentang adab dan budaya di dunia maya, sekarang kita masuk ke teknisnya yang juga tak kalah penting.

Semua-semua tips di atas gak akan bisa diaplikasikan kalau kita enggak punya koneksi internet pastinya kan? Selain jaringan wifi gratisan, pasti sema pengguna smarthone jgapakai yang namanya paket internet alias kota buat nternetan.

Nah, ini di sini kita wajib jadi kostumer yang cerdas. Pastikan paket internet yang kita pakai itu ramah kantong alias gak buat kantong jebol alias murah meriah tapi gak murahan.

Maksudnya?

Siapa sih yang gak mau dapat paket internet yang kuotanya luber-luber sampai bingung mau menghabiskannya dalam waktu satu bulan? Mau dipakai kapan aja bisa, tanpa perlu pakai syarat gentayangan tengah malam. Udah gitu MURAH pula?

Nah, ini yang perlu di cari itu.Soalnya kan Kak, banyak provider yang ngasi kuota banyak sampai luber-luber, murah, tapi ada yang harus gentayangan tengah malam gitu. Ada juga yang gak pakai gentayangan sih tapi pas dipakai, awak mesti naik-naik genteng dulu baru dapat sinyal yang lancar.:D. Nasib pemburu kuota murah ya gini la. Kakak ada rekomendasi?

Wait...kemarin itu dapat info ini dari kawan Kakak. Jadi pas hari Kamis, 19 Oktober 2017, dia ikut seminar #DigitalTransformation yang bertajuk 'Be Ready to Ride The Wave'.

Digital transformation
Sumber: sakinahmariz.blogspot.com
Intinya sih di seminar itu membahas transformasi digital, yaitu pola dan gaya hidp masyarakat yang berubah arahnya dari yang tradisional (misalnya seperti pakai kertas) menjadi digital (paperless) yang tak lain dan tak bukan pastinya pakai internet alias online.

Kata Bapak Romano Bhaktinegara, Head of Dept Non Dig Media, PR & Internal Comm at Indosat Ooredoo, Indosat Ooredoo ingin meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui dunia digital, salah satunya dengan jaringan 4G yang sudah meraih kecepatan download 21,54 Mbps dan kecepatan Upload hingga 9,43 Mbps.

Wew...kencang kali la itu ya 4G nya.

Hu'um. Terus, kata kawan kakak, IM3 Ooredoo ternyata juga memberikan akses Bonus Kuota hingga 1GB dan tarif menelpon yang semurah-murahnya yakni Rp1/detik ke semua operator.

Ooo...Bisa dijadikan referensi ni kayaknya. Kakak ada info lengkapnya? Brosur atau link nya gitu?

Oh, ada. Ini dia. Info lengkapnya bisa dibaca di sini.

Dunia digital

Waa, boleh la ini di coba. Setelah awak baca, kesimpulannya IM3 Ooredoo ini kotanya melimpah, banyak bonus gratisnya, dan sinyalnya kencang. Dan setau awak di lokasi awak jaringnnya lumayan bagus, jadi insya Allah gak boros baterai, berarti hemat listrik, dan berarti Bunda pun agak berkurang tagihan listriknya, Jadi bisa dialihkan buat jajan awak. Hehehe.

Huu...dasar...Maunya untung terus..dan banyak pula itu ya. Ckckck.

Iya la kak...kan kakak bilang tadi "Jadilah konsmen yang cerdas". Ni awak langsng aplikasi lho.:D

Haha...pinter kali ngeles ya. Tapi boleh la. Di zaman digital seperti ini wajib pintar-pintar bersikap supaya tidak terombang-ambing. Kita harus bisa pilah-pilih mana yang sehat untuk jiwa dan raga selama melangsungkan kehidupan di dunia digital. Semoga kita tetap istiqomah untuk meninggalkan hanya jejak-jejak baik saja di dunia cyber. Aamiin.

Insya Allah. Aamiin ya Rabb.




(Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Session 2 IM3 Ooredoo)

Metamorfosis Menabung

Namaku Alliya Okahara. Dan aku sangat suka travelling. Padahal sejak kecil aku paling tak suka bepergian dengan kendaraan. Tak sampai 5 menit dalam bus ataupun mobil, aku pasti mulai terkena sindrom mabuk darat; perut mulai mual, kepala dan pandangan terasa berputar, perasaan dingin kemudian datang menyergap seluruh tubuh, lalu di menit kelima belas, aku memindahkan seluruh isi lambung ke dalam kantong plastik yang sudah disediakan ibuku.

Makanya, aku selalu benci jika lebaran tiba. Karena kami sekeluarga biasanya mudik ke kampung halaman orang tuaku di Batubara. Artinya, kami pasti naik kendaraan.

Tapi sejak SMA, sindrom-sindrom itu tak lagi menghampiri, mungkin karena tubuhku telah terbiasa, berhubung tiap hari aku naik angkutan umum untuk mencapai sekolahku.

Nah, hobi jalan-jalan ini mulai muncul ketika kuliah. Mungkin karena pengaruh teman-teman dekatku, Heni dan Bitha, yang suka jalan-jalan. Lama-lama aku juga jadi menyukainya. Beberapa kali kami kerap berakhir dengan jalan-jalan dadakan alias tidak direncanakan sebelumnya, biasanya pada akhir pekan dan ketika stok tabungan mendukung. Namun, kami tak segila mereka yang karena suka jalan-jalan lantas tak sadar jika stok tabungan telah habis di pertengahan bulan. Mau makan apa nanti?

Sejak saat itu, kami, aku khususnya, sengaja menyisihkan sebagian kiriman bulanan untuk ditabung buat modal jalan-jalan.
Sumber: azntourtravel.wordpress.com
Awalnya kami mengunjungi tempat-tempat wisata yang dekat dan terjangkau kantong, seperti Parapat, Danau Toba, Samosir, Brastagi, Tebing Tinggi dan Inalum. Namun kemudian di libur semester 6, kami memutuskan untuk mengeksplorasi Sabang, destinasi terjauh pertamaku. Aku ingat saat itu tabunganku cukup lumayan karena ditambah beasiswa yang baru cair.

Mulai saat itu target tujuan destinasi kami perluas. Tujuan liburan akhir tahun depan adalah menjelajah luar negri. Jepang, negeri impianku saat itu. Negara yang mengingat namanya saja sudah menimbulkan efek bahagia. Pasti ini efek anime yang kutonton dengan begitu gila dan manga yang kubaca dengan begitu rakus. 

Kami pun mulai giat menabung untuk mewujudkan impian kami. Mengencangkan ikat pinggang demi menyisihkan lebih banyak dari uang bulanan, menghemat pengeluaran, juga mencari tambahan pemasukan dengan mengajar privat dan mengajar di kursus bimbingan belajar.

Setelah lulus kuliah, aku bekerja di sebuah NGO. Gajinya cukup lumayan untuk melanjutkan hidup dan juga masih bisa ditabung. Meskipun subsidi dari orang tua telah berhenti, namun mimpi menjelajah Jepang tetap hidup. Hingga di akhir tahun itu, mimpi itu harus ditunda, karena ternyata tabungan kami belum cukup. Kami memutskan untuk menjelajahi 3 negara tetangga dengan budget yang ada. Menjelajahi Thailand, Malaysia, dan Singapura dalam dua pekan.
Pengalaman keluar dari negeri sendiri ternyata mengajarkan banyak hal. Aku merasakan langsung makna dari pepatah ”Hujan batu di negeri sendiri lebih baik dari pada hujan emas di negeri orang”. Seenak-enaknya di negeri orang, masih tetap lebih enak di negeri sendiri.

Perjalanan itu pulalah yang memunculkan rasa cinta tanah air dari dalam diriku. Menyadarkanku bahwa Indonesia itu tak kalah keren, bahkan jauh lebih keren. Lalu saat itu aku memutuskan untuk mengganti target jalan-jalanku. Keliling Indonesia dulu, baru keliling dunia. Artinya aku harus lebih giat menabung lagi dan lagi untuk mewujudkannya. Namun Jepang tetap menjadi negara tujuan pertama jika ke luar negeri nanti. Hehe.

Suatu hari, saat usiaku 22 tahun, aku mengisi kelas percakapan bahasa Inggris seperti biasa. Topik diskusi kali itu adalah travelling.

“What country do you wish to visit the most?”  Tanyaku pada mereka.

“France”

“Dubai”

“Japan”

“Canada”

Jawaban mereka beragam. Hingga jawaban seorang murid membuatku tertegun.

“Mecca, Miss” katanya. “I’d like to visit it with my family for hajji and umroh”.

Wah. Hal yang tak pernah terlintas di benakku. Ada rasa malu saat otakku mengulang kembali kata-katanya. Mengingatkanku bahwa tujuan jalan-jalanku dan tujuan jalan-jalannya benar-benar berbeda. Tujuanku Jepang, Tujuannya Mekah. Tujanku bersenang-senang, tujuannya beribadah.

Setelah kupikr-pikir, diusiaku yang 23 tahun ini, tujuan jalan-jalanku adalah untuk bersenang-senang, dan menaklukkan destinasi. That’s all. Hampa. Sedangkan ia, diusianya yang 19 tahun, tujuan jalan-jalannya sangat mulia.

Ah, aku harus memperbaiki niatku. Bukankah Mekah adalah tempat yang malah disarankan untuk dikunjungi? Ralat, Bukankah Mekah adalah tempat yang wajib hukumnya dikunjungi bagi yang mampu? Lalu kenapa malah memampukan diri  untuk keliling dunia, sementara satu tempat yang suci ini kuabaikan nanti-nanti?

Baiklah, aku memantapkan hati untuk memperbaiki kembali niatku, Negara tujuan pertama yang akan kukunjungi adalah Mekah. Jepang baru boleh dikunjungi setelahnya, dengan catatan jika dengan biaya sendiri. Kalau ada yang mau memberi subsidi tentu takakan ditolak. Hehe.

Selanjutnya ketika lebaran tahun itu, aku kembali berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman ayah dan ibuku di Batubara. Siang itu, kami tujuh bersepupu duduk-duduk di samping rumah Uwakku. Bertukar cerita tentang kisah-kisah kuliah, pengalaman kerja, hingga bahasan soal nikah. Tiba giliran Hendra, adik sepupuku , bicara.

“Kakak, Kapan, Kak?”

 Ah pertanyaan ini.

“Maunya sih sekarang, Tapi KUA belum buka”. Kataku tersenyum getir. “Dirimu, rencana mau nyambung ke mana?” Tanyaku mengalihkan topik.

“Rencana mau ambil Akuntansi USU, Kak. Nanti mau sambil kerja. Biar bisa bantu-bantu Mamak juga. Jadi pas tamat kuliah nanti, udah ada kerjaan, jadi bisa sambil nabung buat naik-hajikan Mamak sama Papa.”

Kalimat terakhirnya ini entah kenapa tiba-tiba membuatku sulit bernafas. Aku merasa tertampar. Dadaku sesak. Ingin menangis rasanya.

Di 23 tahun usiaku, otakku dipenuhi dengan kerja dan menabung untuk jalan-jalan, walau baru-baru ini tujuannya jadi Umroh. Sementara dia, di 18 tahun usianya, otaknya dipenuhi dengan kerja dan menabung supaya bisa menaik-hajikan orang tuanya. Aku? Ah, begitu banyak hal-hal yang kulupakan dan kuabaikan. Apakah selama ini aku hidup terlalu egois? Apa sebenarnya tujuan hidupku?

Beberapa hari setelah itu, aku menyusun ulang dan memantapkan niatku. Aku sadar bahwa hidupku tak hanya milikku saja. Orang tuaku, mereka juga berhak atasku.

Maka, mulai sekarang tujuanku adalah mengusahakan dengan semaksimal mungkin  dan menabung untuk menyampaikan orang tuaku mengunjungi tanah suci.

Aku menyadari cita-cita dan niat-niatku terus berubah hingga saat ini. Apakah berarti aku adalah orang yang plin-plan, yang kerap goyah ketika berbentur dengan cita-cita orang lain, yang tak bisa menjadi diri sendiri? Namun, aku tak merasa menyesal karena telah berulang kali merevisi formula tujuan hidupku. Mungkin memang beginilah cara Sang Khalik menunjukkan jalan untuk membuka mata hatiku. Semoga aku bisa terus istiqomah. Aamiin.

Menabung tak lantas mengubah masa depanku menjadi lebih baik, namun menabung memang benar membuka cara pandangku  untuk menjadikan masa depan menjadi lebih baik. Seperti aku dalam pencarian tujan hidupku. Bisa kukatakan bahwa menabung telah mengantarkanku lebih dekat dengan pada tujan hidupku yang sebenarnya. Meski siapa sangka kalau ternyata dalam beberapa bulan ke depan, cita-cita yang sudah ku azzamkan ternyata terpaksa harus di revisi lagi. Man proposes, God disposes. Manusia berencana, namun Tuhan yang menentukan.

Bersambung.

Cerita ini didukung oleh Bank Sumut
#ayokebanksumut
#banknyaorangsumut

MemesonaItu Adalah Mereka yang Tulus Peduli

Siapa yang hadir di benakmu jika diminta untuk menyebutkan sosok–sosok wanita yang memesona? Raline Shah, Putri Indonesia, Miss Universe, Oprah Winfrey, Siti Khadijah, atau bahkan ibunda kita tercinta? Saya yakin kita punya beberapa bahkan banyak nama yang hadir di kepala.

Begitupun saya. Alhamdulillah ada banyak sosok wanita memesona yang hadir dalam hidup saya. Sebut saja beberapa di antaranya ada Ibu, Sari, Lia, Fitri, Paku, Kak Rizky, Ririn, Salwa, Ucha, Dewi, Nurul, Putri dan Bu Uning, (Tuh, banyak bukan? Ini baru beberapa) yang saya yakin banyak dari pembaca yang tak tak kenal siapa mereka. Hehe.

Sosok mereka kerap membuat saya terkagum-kagum sekaligus iri. Iri? Ya, karena saya juga ingin seperti mereka dalam arti memiliki pemikiran-pemikiran dan perilakunya.

Lalu apa sebenarnya yang membuat saya begitu terpesona dengan mereka?

Jika dilihat dari paras dan penampilan, mereka adalah sosok yang beragam, tentu tak bisa disamakan. Jika orang yang pertama kali melihat mereka diberikan kertas yang berisi pilihan: sangat cantik, cantik, biasa, hingga jauh dari cantik, saya yakin kesemua opsi tersebut akan dicontreng. Kesimpulannya, bukan wajah dan penampilan yang membuat saya terpesona.

Karena memutuskan untuk menuliskan artikel ini, saya jadi berfikir, apa sebenarnya kesamaan yang ada pada mereka hingga membuat mereka memesona?

Saya ingat-ingat kembali hal-hal apa saja dari mereka yang membuat saya kagum, terinspirasi, tertegun, tertonjok, dan tergerak untuk menjadi seperti mereka, berfikir seperti mereka, dan berlaku seperti mereka. Hal-hal apa saja yang membuat saya berubah karena hadirnya sosok mereka.

Dalam rekaman ingatan saya, mereka adalah sosok-sosok seperti di bawah ini.

Mereka adalah sosok-sosok yang yang dengan senang hati membatu orang lain, baik itu hal-hal kecil maupun hal-hal besar yang bisa mereka lakukan.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang sigap turun dari mobil dan berlari membantu seorang bapak yang terjatuh karena motornya terserempet truk di jalan raya.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang rela menangguhkan melahap rotinya, demi menghampiri sekelompok mahasiswa yang sedang duduk-duduk di taman kota, lalu memungut bungkus makanan yang mereka buang begitu saja, kemudian ia serahkan pada mereka sembari tersenyum menunjuk ke arah tong sampah. Ia mengatakan sesuatu yang tak saya dengar namun saya paham maksudnya. Intinya mengingatkan untuk tidak menyampah.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang lemah lembut pada anak-anak, juga yang rela memungut kucing-kucing terlantar dan merawat mereka bak anak-anak kandungnya.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang kerap memasukkan namaku dalam doa-doanya tanpa saya tahu, padahal ia bukanlah ibu atau bagian keluarga saya.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang ketagihan untuk berbagi apa saja kecuali kesedihannya, di mana saja dan pada siapa saja, dengan harapan bahwa apa yang ia bagikan dapat bermanfaat dan ia mengharapkan balasan hanya dari Sang Pencipta.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang tak mau diketahui jika ia sedang sedih, sakit ataupun marah padahal saya tinggal di bawah atap yang sama. Jika pun berhasil diketahui, saya pasti mengetahuinya setelah ia sembuh, dan setelah masalahnya selesai. Sedangkan marah, saya tak pernah tahu ataupun melihatnya pernah menunjukkan gejala-gejalanya.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang kerap memutar balik motornya untuk membeli dagangan kerupuk, atau balon, atau koran, atau mainan parasut terjun milik bapak-bapak tua,   yang ia temui di jalanan.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang selalu bisa ngobrol asik dengan tiap tukang parkir yang ditemuinya sembari memarkirkan motornya, penjual gorengan di pinggir jalan, penjual es dawet, penjual pepaya dan ikan di pasar, sampai tukang sapu yang sedang duduk-duduk melepas penat, seolah mereka telah kenal lama.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang selalu berusaha agar boncengan motornya tak pernah kosong baik ketika pergi maupun pulang dari suatu acara. “Ada yang mau bareng saya?” Begitu selalu katanya.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang selalu berusaha agar tiap perbuatan yang dilakukan untuk dirinya juga bisa bermanfaat untuk orang sekitarnya.

Salah satu dari mereka adalah sosok yang melaluinya saya melihat penerapan langsung dari filosopi “belum beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.

Dan setelah saya ingat-ingat lagi, tiga poin terakhir bukanlah dilakukan oleh salah satu dari mereka, namun oleh mereka semua.

Nah, tiap kali saya memgingat masa-masa ini, saya merasa seperti yang saya sebutkan sebelumnya; kagum, terinspirasi, tertegun, tertonjok, dan tergerak untuk menjadi seperti mereka, berfikir seperti mereka, dan berlaku seperti mereka.

Apakah hal yang sama dari sosok pribadi mereka yang membuat saya terpesona? Saya simpulkan bahwa mereka adalah sosok-sosok yang tulus atas segala bentuk kepedulian mereka. Mengharapkan balasan hanya pada Tuhan. Mereka tulus peduli. Tak hanya pada teman, saudara dan orang-orang terdekatnya, tapi pada siapapun, manusia dan semua ciptaan sang Khalik. Oleh karena itu, di mata saya mereka jadi amat memesona.

Hadirnya mereka dalam kehidupan saya adalah satu anugrah yang sangat saya sukuri. Melalui mereka saya banyak belajar. Saya yang awalnya adalah pribadi yang hampir bisa dikatakan anti sosial dan masa bodoh dengan sekitar, merasa tertampar. Melalui mereka saya belajar bersilaturahim, berbagi, berempati, peduli dan perlahan-lahan saya belajar untuk menikmati manisnya rasa ketulusan. Saya ingat semuanya dimulai dengan mulai peduli pada hal-hal kecil di sekitar dan melakukannya dengan tulus.

Terima kasih telah hadir dalam hidup saya dan mengajarkan begitu banyak makna kehidupan. Semoga ketulusan kalian kian berkah dan kian banyak sosok-sosok lain yang tumbuh memesona berkat pesona yang ada pada kalian.

Seseorang mengatakan, “Be somebody you would like to meet”. Jadilah seseorang yang ingin kamu temui. Saya pribadi tak kan menolak bertemu dengan sosok-sosok memesona itu. That’s why I am being somebody I’d like to meet. Oleh karena itu saya sedang berusaha menjadi seseorang yang ingin saya temui. Dimulai dengan mulai peduli pada hal-hal kecil di sekitar dan melakukannya dengan tulus. Karena Memesonaitu adalah mereka yang tulus peduli.

Begitu versi saya tentang #MemesonaItu. Bagaimana MemesonaItu versi kamu? :D

Super Affordable Style ala Nuniek Tirta

This might be the second post written in English in my blog, and would be the first time I bring about “style” as a topic to discuss.

Well, honestly I am one type of person who doesn’t really follow the latest trend of fashion. My style of fashion is more like as long as I am comfortable with what I am wearing or try to make myself comfortable with anything available in my closet at that moment (available means ready and neat to wear).

There are many times when I have to wear some clothes I rarely use since those are the only available pieces, while the usual ones have not been ironed yet :D. However, also at such times – believe it or not – there are always friends, colleagues or students who would say “Your outfit looks cool today”.  At first I thought it was sarcasm, but turned out it’s for real. Ahaha. If only they knew the reason behind that outfit choice. LOL. (you could skip this part though).

And as one of those days reoccurred a couple of weeks ago, and that “your outfit looks cool today” thing was pronounced in the morning, I was invited by rudihartoyo.com to attend a meet up session with Nuniek Tirta the next day.

That would be the second time to meet her if I agreed. The first meeting was in Clapham Collective when she became the host for a talk show #NgopiBarengTiket in which Rudi was one of the speaker. And that first impression of her brought back memory to meet her again someday. And there were the opportunity offered. So I agreed. And just when I asked about the topic, tadaa, it’s about super affordable style. A coincidence? I believe that there is no such thing in this world as coincidence. It’s a world conspiracy. :D

pertiwisoraya.com

So, exactly on Sunday morning, February 26th  2017, I arrived at Pilastro Medan located next to Merdeka Walk. That was my first time visiting that cafe. When I asked the waitress about the meet up, she smiled and showed me the way to the second floor where the #NutsMeetup was. The place felt homey with wooden furniture and decoration. Soon, I met another invited bloggers and joined their table. 
Let the show begin ^_^

Not long after that, the occasion was opened by Nuniek Tirta herself. She mostly shared about her experience in her fashion statement. The main point I caught was that everyone can be fashionable without wasting unnecessary money. In other words, to be fashionable doesn’t have to be expensive.
pertiwisoraya.com


“It’s we who buy the goods, not the goods which buy us” Said Nuniek.

From what I observed, in order to look fashionable to the latest trend, we tend to be consumptive at all time, and some people even spend more money than what they can afford. There are many times when we fail to restrain ourselves of what we want and what we need. As I do sometimes and then regret it after buying something that is actually not really needed. Is it only me or the same thing happens to you as well?

If it comes to fashion, these tips from the NutsMeetUp might help you. Well, here I made some notes of how to be fashionable in affordable style ala Nuniek Tirta.

Mindset

If we think that to be fashionable requires a lot of money, we might want to change the perfective. How about economical but fashionable? Just like one viral post in Nuniek Tirta’s instagram account about her outfit of the day. Many people thought that what she’s wearing was expensive; in fact it’s far from expensive.
Why not trying a garage sale?

It doesn’t have to be a classy boutique or a mall for shopping.  Think again, are we buying the goods or the prestige? Well, there are always alternatives. For example traditional market where prices are more rational and negotiable, waiting for midnight sale where discounts go up and prices go down, or considering a second hand goods with good quality. Ah, it reminds me that lately some friends of mine keep asking where and how I got my jackets. :D

Know your body

Find out our strength and weakness. For instance, it is better to avoid the outfit that will show a skinny body become skinnier and vice versa. Avoid the motives or patterns that could make your weakness become more visible. We also could make an attention distraction with accessories such as pin, belt, scarf, bracelet, necklace, etc.

Mix and Match

Be creative in mixing and matching the pieces of clothes, colours, patterns, and accessories. Nuniek stated that she likes to have basic colours such as black and white, because they can result in many combinations of style.

My suggestion in mixing and matching is don’t be too generous to let all the accessories used at once, even though their colour match. If you do so, you’ll become a walking accessory store. :D

Be Proper

The expression “Just be yourself” doesn’t mean that we can act the way we are in any circumstances. There are times when we need to adapt ourselves to the situation and that includes the way we dress.

Let’s say that backpack, jeans, blouse, and hiking sandals are your daily style statement for hanging out with friends, traveling, campus activity, and leisure time. But, would you change your style for a moment to appear more neatly for a job interview? Or would you be in your sweaty jersey style when proposing a woman you’d like to marry to her parents?

The point is that to dress neatly in certain occasions and circumstances show how we respect the others. In this case our fashion style shows our attitude. 
I like that unique projector :D

Beauty Investment

What comes to your mind when you read this sub title? Spa, pedicure, manicure, facial, cosmetic, skincare, or expensive? Those list were actually on my head actually before Nuniek started explaining. It’s all about our definition of what we called expensive.

“People might think that eye laser is expensive, but for me it is an investment, because it lasts for a long-term” She said. “Imagine if I choose using glasses instead, I need to change it every year, right? There it becomes more expensive.” She added.

The same goes for skin care product. Using “expensive” skin care product gives better skin result than using the cheaper one. And no matter how cheap is the make up product, the result is still good, compared to using cheaper skin care product, and expensive make up product. The second one turns out become more expensive when we recalculate.

But still the first one is expensive, right? “That is what is called investment” Nuniek stated. Because looking fresh at all time is an investment.

Well, personally, I don’t do make up and skincare product thing. It seems that these two things just don’t go easy on my skin. So up until now, I prefer a traditional-DIY- home-made skin care, such as making my own tomatoe mask, cucumber mask, etc. But I am afraid it can be called a skin care thing because it is applied infrequently, that is whenever I feel like to do it :D. For this part of example, it is better not to copy this at home :D

But this last tip from Nuniek Tirta actually changed my way of thinking about caring my own body. Since Allah gives it in good condition, it is my own duty to take care of it well, isn’t it? Who else would it be.
Photo from Nunik Tirta

Anyway, Thank you for inviting me to this occasion rudihartoyo.com ^_^. Also, I am really grateful for the sharing, Mbak Nuniek Tirta. Really appreciate it. And I hope this review would be useful for the readers as it is for myself  reminder. And please pardon me for the late review. Better late than never, isn’t it?

21 Facts About Me

1.    My name is Pertiwi Soraya.

2.    I once had almost be named Nurul.

3.    The real story behind my naming was finally revealed at the beginning of this year.

4.    Talking, revealing, explaining, and describing the details about myself to public is the most inconvenient thing for me to do.

5.    I am a Phlegmatic-Melancholic type of person and a Feeling-Extrovert (Fe) one. If you are not familiar with the terms, just simply Google it.

6.    I have got quite sensitive sense of smelling and listening.

7.    I am really observant.

8.    I can’t imagine to live a day peacefully without snacking

9.    I definitely dislike adult male cats because of their arrogance.

10.    3 Things which must be always there in my backpack are umbrella, purse and drinking bottle. (My backpack is just like home for them).

11.    I hate being ordered around about my duties, with an order sentence or sound like it, again and again.  Do that and I’ll ignore you forever.

12.    Being in crowded places makes me feel sick, and hearing bad language makes me hard to breathe.  

13.    Kittens, cats (except  adult male cats), baby chicken, baby birds, baby dogs, and  babies release my stress instantly.

14.    When I get many things in my head or whenever I feel distracted, I find cooking and cleaning up meditating me in a fun way.

15.    I enjoy taking pictures of people when they are themselves, especially smiling faces. And I hate being asked to take pictures which are full of fake smiling faces looking at the camera, especially my camera  --______--

16.    At the beginning, the purpose of my wearing jacket was because of the dust, but then I found it more comfortable wearing jacket than not wearing it due to the sun light. Since then, I hardly go outside without jacket.

17.    Ever since reading Dwilogi Diorama Sepasang Al-Banna , I seem  inspired to call my future husband with “Mas” no matter what tribe he is :’D.

18.    I like watching and I only watch movies or tv series whose genre I like. Mostly adventure, action, detective, romantic-comedy (but never comedy only or romance only) , sci-fi, and sometimes sport, musical, and thriller. I hate horror because it makes me tired and stressful. And I would never watch the show in drama only genre no matter how crazy I am about the actors or the actress. The same goes for reading.

19.    I feel irritated when people use my stuff without my permission. At least tell me that you did, because I do.

20.    I adore intelligent people, but I respect a well-mannered person more. And I am in love with those who have both. 

21.    I’ve got a theory of my own about love, which is “When you say or you think or you feel that you love something or someone, you must have many reasons to answer why. If you have no or limited reasons, you could be misunderstood love for lust”. And most people disagree with me. Maybe we just have different meaning of what is what. ^_^
21 Facts About Me
I have done listing 21 facts about me. Now I challenge Ririn Anindya (ririnanindya.com) and Sri Rahamadhani Harahap (haloiyik.blogspot.co.id). Suit yourself to write in in English or in bahasa.

How to finish the challenge.

1.    Write 21 facts about yourself in your blog (especially for my students, write in your instagram) with the title “21 Facts About Me”.

2.     After writing, screenshoot your blog post about 21 Facts about yourself and post it in your instagram. Use #21FactsAboutMe.

3.    Tag and mention your challenger and also 2 persons you want to challenge.

4.    You have 2 days to finish the challenge since you were mentioned.

5.    If you don’t take the challenge or finish it more than the given time, you will donate for charity in your own way.  

Mekanisme Tantangan.

1.    Tuliskan 21 fakta tentang dirimu di blog dengan judul 21 Facts About Me (khusus buat murid-murid saya, tulis di caption Instagram).

2.    Setelah dipublikasi, screenshoot postingan blogmu dan upload di instagram dengan menggunakan #21FactsAboutMe.

3.    Tag dan mention orang yang member tantangan padamu dan juga 2 orang yang akan kamu beri tantangan.

4.    Waktumu 2 hari untuk menyelesaikan tantangan ini sejak kamu dimention.

5.    Jika kamu tidak menyelesaikan tantangan atau menyelesesaikannya lebih dari tenggat waktu yang diberikan, kamu berjanji akan berinfaq dengan caramu sendiri.

Have fun ^_^.

3 Hal yang Wajib Dilakukan Sekarang Aja

Kalau kamu sudah baligh, dan  pernah, sedang atau berniat punya pacar, maka kamu wajib melakukan 3 hal di bawah ini Sekarang Aja.

Putuskan Pacarmu Sekarang Aja

What the..? Nyari pacar aja susah, eh, malah mau diputusin. Yang bener aja?

Wop...sabar dulu. Dengar dulu penjelasan saya.

Pertama mari kita pikirkan dengan kepala dingin. Apa sih alasan utama kamu punya pacar? Lebih tepatnya tujuannya apa? Mau cari pasangan hidup atau buat have fun? Atau karena cinta?

Kalau buat have fun, yang fun siapa? Kamu atau dia? yang selalu traktir dia makan, nonton dan jalan-jalan? Yang ditraktir sih enak, la yang bayari? Waah, banyak pengeluaran ya kan.

Karena cinta? Ah, coba dipikir lagi. Kalau kamu bilang cinta, namun tak mampu membuatmu berani mengambil keputusan untuk memintanya secara resmi pada walinya, itu yang kamu sebut cinta? Dengan segudang alasan yang kamu punya; masih muda, belum mapan, bla la bla.
putuskan pacarmu
Yang gak pasti ditunggu-tunggu, yang pasti malah diabaikan
Karena cinta sama Abang itu? Kamu mungkin punya rasa itu. Namun coba pikir,  menanti (bertahun-tahun) yang tak pasti apa ia akan memutuskan untuk melamarmu atau tidak? Ah, buang-buang jatah hidup.

Yang baru akil baligh mungkin lebih kepada have fun kali ya.  Ada yang nanyain sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, sudah bernafas atau belum, dan saudara-saudara pertanyaan sejenis, ada yang mengantarkan kemana-mana, dan segala kemudahan hidup yang sering kali terlihat dari mereka yang mempraktekkannya. Maka yang belum mempraktekkannya pun tergoda untuk meramaikan dunia perpacaran. Padahal di dalamnya penuh drama konyol yang tak penting.

Belum lagi jika bicara tentang dosanya. Tak perlulah bicara tentang genre pacaran yang “kelewatan”. Kita bicara tentang pacaran yang kata mereka pacaran yang Syar’i. Memangnya ada? Itu lho, yang panggilannya ukhti dan akhi, yang tak pakai acara berdua-duaan, atau bersentuhan di dunia nyata. Tapi kominukasi di  dunia maya dengan bawa-bawa hati. Ada rasa bahagia, berbunga-bunga, melayang-layang kala berinteraksi atau pun ketika mengingat-ingatnya. Itu mah sama aja. Tetap saja termasuk ke dalam bentuk zina. Zina hati namanya. Dan segala bentuk zina itu haram hukumnya bro.
pacaran syar'i
Pacaran Syar'i? -_-
Silahkan bertanya pada yang telah berpengalaman menyelami seluk-beluk dunia perpacaran. Tanya pada mereka, lebih banyak mana, baiknya atau mudharatnya.

Bermain-main dengan rasa dan menikmati pacuan endorphin rasanya memang menyenangkan. Sebuah ungkapan menyebutkan untuk untuk  hati-hati membawa hati, karena hati berbolak-balik.

Info lebih jelasnya tentang gak penting dan haramnya pacaran ini bisa di googling deh. Teknologi kan sudah mudah di akses. Tinggal kitanya saja yang mau buka mata dan pikiran.

So, putuskan pacarmu sekarang aja. Hari gini masih pacaran sebelum nikah? Pemikiran yang masih primitif. Ups.


Menikah Sekarang Aja

Gampang mengatakannya. Nah, melakukannya? Emang situ udah?

Ahaha...gak perlu sampai diproklamasikan gitu juga kali. Yups, kamu benar. Lebih mudah mengatakannya dari pada mengaplikasikannya.

Namun, maksud poin ke dua ini ada hubungannya dengan poin pertama tadi. Coba kita balik pola pikir kita tentang pacaran sebelum menikah (yang primitif tadi) menjadi pacaran sesudah menikah.

Nah, berarti jika kita berniat pacaran maka harus siap nikah dong. Kalau belum siap nikah, ya jangan pernah punya pikiran untuk pacaran. :D
menikah sekarang aja
Sah? Sah! ^_^
Baiklah, semua orang tahu lah ya, untuk menikah butuh banyak persiapan. Materi, fisik, dan psikis. Kebanyakan alasan-alasan akan bermunculan dikemukakan ketika dibenturkan pada sisi materi. Alasan yang paling tipikal adalah belum mapan.

Sebenarnya yang dikatakan mapan itu seperti apa sih? Apa standarnya? Apa menunggu harus punya rumah bertingkat dulu, 1 mobil, dan sebidang sawah? Harus S2 dulu? Memiliki karier yang bagus? (sebagus apa?) Atau memiliki pekerjaan dengan pendapatan tetap saja sudah cukup? Maka mapan adalah relatif.

Kesiapan fisik bisa dikatakan sudah lulus ketika sudah akil baligh. Maka tak ada masalah.

Kesiapan psikis berupa kematangan berfikir dan juga agama. Usia seseorang tak selamanya menjadi patokan ukuran kematangan berfikir dan agamanya. Usia matang tak menjamin matang pula cara pandangnya. Pola asuh keluarga dan gemblengan lingkungan yang mematangkan manusia. Makanya tak sedikit yang memutuskan untuk menikah muda (usia 17-22 tahun).

Semua terpulang pada niat dan kesiapan masing-masing. Mau mengulur-ulur karena merasa belum mapan, belum siap dan belum baik. Sampai kapan?

Menikah adalah salah satu solusi ampuh untuk menghindari mudharat pada pacaran ala primitif (pacaran sebelum menikah maksudnya), menghindari perangkap zina. Karena perasaan berbunga-bunga dan mesra-mesraan setelah menikah justru berbuah pahala.

Mengutip pesan ibunya Fahri pada novel Ayat-ayat Cinta 2, “Hunna libasun lakum wa lakum libasun lahunna”. Istri adalah pakaian bagi suami dan suami pakaian bagi istri. Dan kamu harus tetap memiliki pakaian. Nah, dengan kata lain yang sampai saat ini masih jomblo berarti belum memiliki pakaian -_-.

So, yang ingin punya pakaian dan mampu, menikahnya sekarang aja.


Investasi Sekarang Aja

Lah, dari tadi bahasannya pacaran dan nikah. Kok ini malah bahas investasi sih?

Iya dong, karena investasi yang akan dibahas ini bisa jadi salah satu solusi untuk kegalauan yang menunda-nunda nikah karena katanya belum mapan tadi. Yang alasannya tabungannya belum cukup buat mahar dan beli rumah. Makanya mari perhatikan pemaparannya ya ^_^.

Nah, kalau dengar kata investasi, apa yang terpikir olehmu?

Hmm, properti, emas, deposito dan orang kaya, soalnya investasi butuh modal besar.

Yup kebanyakan orang akan berfikir begitu. Investasi butuh modal besar. Meskipun kita kepikiran untuk berinvestasi, kita akan memilih menabung dulu, menabung sekarang, menabung lagi, lagi, dan menabung nanti, sampai isi tabungan kita cukup untuk dibuat jadi investasi. Betul?

Nah, ternyata ada satu jenis investasi yang saya juga baru tahunya ketika DURIAN (DiskUsi RIngan Anak medaN) Blogger Medan pada Minggu 14 Agustus lau di Bangi Kopi, bahwa ada investasi yang jenisnya pasar uang.

Pasar uang? Seperti pasar modal atau saham?

Bukan. Pasar uang berbeda dengan pasar saham.

Pasar uang bersifat peminjaman jangka pendek (kurang dari 1 tahun). Produk yang dihasilkan berupa surat-surat berharga berupa sertifikat deposito, tabungan, SBI, dan commercial paper. Pasar uang memiliki resiko rendah dengan keuntungan yang juga rendah. Pasar uang diatur oleh Bank sentral yaitu Bank Indonesia. Keuntungan yang diperoleh investor dari meminjamkan dananya adalah berupa bunga.

Sedangkan pasar modal bersifat jangka panjang. Poduk yang dihasilkan juga berupa surat-surat berharga namun berbentuk obligasi, reksadana dan saham. Pasar modal memiliki resiko tinggi dengan keuntungan yang juga tinggi. Pasar modal diatur oleh Departemen keuangan. Keuntungan yang diperoleh investor dengan meminjamkan dananya adalah berupa bagi hasil (deviden) dan pertumuhan modal (capital gains).
investasi klikMAMI
Bang Ade dari Manulife yang jadi salah satu pemateri di DURIAN
Nah, di DURIAN waktu itu, khusus bagi para pemula yang berencana memulai berinvestasi, Bang Ade dari Manulife menyarankan untuk memilih investasi yang berbasis pasar uang ini, namanya Manulife Dana Kas II. Beresiko rendah namun keuntungannya juga rendah.

Manulife Dana Kas II memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya merupakan salah satu produk reksadana Manulife yang pertumbuhannya stabil, dapat dicairkan kapan saja tanpa penalty, keuntungannya mencapai 6,73 %, transaksi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja melalui klikMAMI, data investor dijamin aman dari kejahatan dunia maya alias cyber crime, dan untuk memulai investasi ini sangat murah, cukup dengan Rp. 100.000,- saja.

DI klikMami kita bisa memantau uang kita kapan dan di mana saja. Kita bisa menarik investasi kita dengan menjual investasi kita, redemption namanya.

Untuk menjadi investor klikMami juga sangat mudah. Hanya butuh KTP dan nomor rekenening. Jadi kalau belum punya rekening bank silahkan buat terlebih dahulu :D. Bisa langsung daftar online di sini. Lengkapi data-data yang dibutuhkan dan aktivasi akun melalui e-mail kita. Selanjutnya tunggu konfirmasi dari CS Manulife dan akun klikMami kita sudah aktif dan bisa mulai bertransaksi.
klikMAMI
Di klikMAMI bisa diakses kapan pun dan di mana pun
Di Manulife kita bisa menghitung nilai investasi kita dengan menggunakan kalkulator Manulife yang terdapat di websitenya.

Nah, mudah, murah dan menguntungkan bukan? Bisa juga kalau kamu lebih nyaman dengan yang berbasis syariah. Manulife juga memiliki investasi berbasis syariah kok :D

Dari pada uang kita hanya mendekam di tabungan saja, sebaiknya dimanfaatkan dengan berinvestasi. Karena jika uang dibiarkan lama-lama tidur di dalam tabungan, jumlahnya mungkin bertambah, namun nlainya justru berkurang. Seperti hal nya 10 tahun lalu, uang Rp. 100,- rupiah bisa digunakan untuk membeli 2 buah permen. Sekarang uang dengan jumlah yang sama untuk membeli 1 permen yang sama pun tak cukup. Ini salah satu contoh inflasi.

Sama dengan tabungan di bank. Uang yang sekarang bisa untuk membeli mahar cincin emas 5 gram, sepuluh tahun kemudian dengan jumlah yang sama mungkin hanya bisa untuk membeli cincin emas 2 gram dengan kualitas yang sama.

Makanya mari mulai berinvestasi untuk bekal menyunting yang kamu sebut dia cinta :D. Biar tak ada alasan untuk menunda-nunda. Apalagi jika mapan menjadi sebab sang Cinta ditikung sahabat yang lebih mapan. :D

In Harmony Clinic: Sebuah Memori Hepatitis B



Kapan pertama kali kamu mendengar kata Hepatitis? Saya pertama kali mendengarnya saat saya berusia 6 tahun, tepatnya ketika saya kelas 2 SD. Apakah karena saya mengidap hepatitis?

Bukan. Bukan saya. Tapi Ibu saya. Jadi saat itu Ibu saya bercerita pengalamannya di masa-masa sulit saat ia bersekolah.

Sejak kecil, ibu saya telah ditinggal oleh ibu kandungnya alias nenek saya ketika melahirkan anak ke lima, adik ibu. Ibu bahkan tak ingat seperti apa wajah beliau. Sepeninggal nenek, kakek saya menikah kembali. Jadilah ibu saya memiliki ibu tiri ketika ia berusia sekitar 3 tahun. 

Kian tahun, kondisi ekonomi keluarga kian sulit. Tanggungan kakek yang mencari nafkah sebagai supir kian berat.  Beliau harus menghidupi seorang istri dan seorang anak tirinya, 5 anak dari pernikahan pertama dan 5 anak dari pernikahan keduanya.  

Masalah ekonomi ini menyebabkan sulitnya mendapatkan pendidikan formal di sekolah. Tak terkecuali bagi ibu saya. Kata ibu, bisa tamat SD saja sudah luar biasa bahagianya. Ibu sangat suka sekolah. Untuk melanjutkan SMP dan SMA ibu harus membiayai pendidikannya sendiri dengan dibantu oleh kakak-kakaknya. Jadilah ibu berjualan kue dan juga membantu menjualkan hasil sulaman kakak-kakaknya.

Untuk “minta” uang sekolah pada kakek, ibu dan para kakaknya tidaklah cukup berani. Kakek dianggap “seram” bahkan oleh anaka-anaknya sendiri. Seram dalam artian pemarah. Anak-anaknya terkesan takut padanya. Untuk minta pada ibu tiri, apalagi. Di masa itu, image ibu tiri persis seperti ibu tiri pada film-film zaman dahulu. Beruntungnya, ibu tiri ibuku bukan tipe orang yang ringan tangan. Namun jika ia tidak suka ia akan mengadu pada kakek. Dan setelah itu, kakek pasti memarahi pada anak-anaknya  (baca: anak-anaknya dari istri sebelumnya). Dan kakek selalu percaya pada istrinya.

Untuk uang jajan, jangan ditanya. Tentunya tak ada uang jajan. Paling jika kakek sesekali memberi uang jajan. Mau minta langsung pada kakek tidak berani, Maka, jadilah setiap jam istirahat sekolah, ibu biasanya hanya minum air putih yang dibawa dari rumah dan membeli 2 buah permen. Begitu setiap hari. Berlapar-lapar hingga pulang sekolah.

Hingga akhirnya ketika ibu kelas 2 SMA, ibu jatuh sakit. Penyakitnya berhubungan dengan oragan hati. Yah, ibu terkena penyakit kuning, alias penyakit radang hati. Hepatitis B tepatnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B.

Lagi-lagi karena masalah ekonomi, pengobatan untuk ibu pun dilakukan seadanya. Ibu harus beristirahat total selama 3 bulan. Akhirnya mengambil cuti sekolah. Sehingga Ibu harus mengulang pendidikannya di tahun selanjutnya. Selama itu pula, asupan makanan dan gizinya pun mulai diperhatikan oleh kakek. 

Selama proses penyembuhan, entah ide dari mana, mungkin saran dokter, mungkin juga saran bidan dan caa pengobatan tradisional, ibu dianjurkan untuk mengonsumsi gula merah setiap harinya. Jadi setiap hari ibu menghisap-hisap gula merah seperti permen. Pagi, siang, maupun malam. Tak jarang gula merah masih terkulum ketika ibu tidur. Itulah sebabnya gigi ibu mulai keropos menjelang usia 30-an.

Entah karena gula merah, atau memang karena istrirahat total dan pola makan sehat tadi, Ibu perlahan-lahan sembuh. Hingga bisa bersekolah lagi dan akhirnya menamatkan SMA nya. 

Ketika masa ibu bekerja, penyakit hepatitis ibu sempat kambuh lagi. Mungkin karena kelelahan dan ditambah pola makan yang kurang sehat. Lagi-lagi dalam proses penyembuhannya, ibu mengonsumsi gula merah.

Ibu bilang, orang yang mengalami penyakit hepatitis B, jika penyakitnya sampai kambuh untuk ketiga kali, maka harapan bahwa orang tersebut akan kembali sembuh sangatlah sulit. Bisa dikatakan sudah tidak ada harapan lagi. Saya bergidik. Tak berani membayangkan macam-macam.

Nah, seingat saya, tak lama setelah ibu bercerita mengenai pengalamannya dengan Hepatitis B, teman dekat ayah saya didiagnosa mengidap hepatitis B. Gejala fisik yang terlihat dan terekam jelas diingatan saya yaitu kulit tubuhnya terlihat pucat menguning, dan ulu hati yang membengkak. Saya juga dengar bahwa Hepatitis B ternyata bisa menular melalui darah dan cairan tubuh. Saat itu sempat terfikir oleh saya, apa mungkin saya bisa tertular Hepatitis B karena saya mengunjungi penderitanya?
Hepatitis B
www.pinterest.com/ruthgrnd/hepatitis-a-b-c

Kira-kira sebulan kemudian, ayah saya mengumumkan kalau esoknya kami sekeluarga akan mengunjungi bidan desa untuk melakukan vaksinasi Hepatitis B. Saya tidak ingat nominalnya, namun yang melekat diingatan saya adalah bahwa harga satu botol vaksin sangat mahal. Selain itu botol vaksin yang sudah dibuka tidak bisa bertahan lama, harus dihabiskan hai itu juga. Sehingga untuk menghemat, ayah dan teman ayah patungan untuk membeli 1 botol. Karena 1 botol bisa digunakan untuk 2 keluarga kecil. 

Proses vaksinasi ini tak cukup sekali. Saya ingat ada jadwal beberapa kali kami divaksinasi. Setelah jadwal pertama, jadwal vaksinasi kedua adalah sebulan kemudian Lalu jadwal vaksinasi ketiga adalah tiga bulan setelahnya. Dan jadwal selanjutnya adalah enam bulan setelahnya. Tak hanya untuk anak-anak, saya ingat ayah dan ibu saya juga ikut diberi vaksin.

Kini, vaksinasi hepatitis B telah termasuk dalam vaksinasi wajib imunisasi pada bayi. Jadi vaksinasi ini diberikan ketika bayi lahi, lalu ketika bayi berumur 1 bulan, dan selanjutnya ketika bayi berumur 3-6 bulan.


Hepatitis B
www.rrhs.org

Penyakit Hepatitis B disebut-sebut WHO sebagi penyebab dari 780.000 kematian di dunia tiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Hasil Riset Kesehaan Dasar tahun 2007, 1 dari 10 penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis B. Namun hanya 1 dari 5 yang sadar jika mereka terinfeksi. Artinya, Penyakit Hepatitis B ini menjamur sedemikian rupa karena kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyakit ini. 

Intinya, selain karena faktor ekonomi, penyakit Hepatitis B bisa menyebar juga dikarenakan penularannya, yaitu melalui cairan tubuh, darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian, penyalahgunaan narkoba, dan pergaulan bebas. Cara penularannya kurang lebih sama dengan penularan virus HIV. Maka untuk menghambat dan mencegah penularan lebih jauh, mari biasakan hidup sehat dan berperilaku sehat.
Hepatitis B

Kunjungi juga In Harmony Clinic untuk informasi seputar kesehatan.