Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Nah, beginilah kalau sudah vakum menulis. Ide yang tiba-tiba hinggap, langsung membelah-belah dirinya, beranak pinak bagai amobea. Meledak-ledak dalam otak. Eeh, tiba jari sudah di atas keyboard, semuanya pun menguap tak bersisa.
Kalau sudah begini, pakai cara lama deh, ingat dulu poin pentingnya, lalu tarik cabang-cabangnya, dan tuliskan saja apa yang terlintas di kepala. Soal runtut tak runtut, nanti-nanti lah itu.
Well, ide ini muncul (tepatnya sih keinginan menulis) ketika seorang muridku bilang, “Love doesn’t need reason” alias cinta itu tak butuh alasan. Well, sebelumnya aku sudah pernah menuliskan beberapa kalimat yang berhubungan dengan topik ini di salah satu diaryku. Namun berhubung lagi males bongkar-bongkar, baiknya ku ingat-ingat saja poin yang kutuliskan waktu itu.
Redaksi katanya kurang lebih seperti ini. “ketika masa SMA akau pasti takkan menolak kalimat ini, ‘cinta itu tak butuh alasan kenapa’.