Karena Bahagia itu Menular

11:33 pm Pertiwi Soraya 6 Comments


 Bahagia kami sederhana.

Lagi kelaparan tengah malam, ada tetangga yang dengan senang hati mau ngolah tepung jadi camilan mengenyangkan.

Mau masak sambal, kekurangan bawang putih, ada tetangga yang yang nyetok buanyak.

Lagi masak kehabisan gas, ada tetangga yang  pakai  tabung gas biru.

Lagi gak ada uang buat jajan, ada tetangga yang ngajak traktiran.


Lagi...apalagi ya...selalu ada tetangga di ujungnya.


Bahagia kami sederhana. Karena ada tetangga.

Seperti kisah hari ini. Mood hari ini biasa-biasa saja. Tak ada yang begitu spesial. Namun tidak untuk si tetangga. Yang bersangkutan sedang bahagia hatinya. Tak tahu kenapa. Yang punya hati juga masih mencari-cari asal rasa bahagianya.

Hari ini kami sudah janjian untuk mencari kado buat seorang mantan rekan kerja kami. Dia akan menikan Insyaallah pertengahan November ini.

Rencana awal, kami berangkat setelah Juhur. Namun baru benar-benar berangkat hampir 1.5 jam setelah sholat Juhur. Tipikal waktu Indonesia. Ada aja alasannya.

Tujuan kami Medan Mall. (Endorse ni yee...). Mencari kado sesuai budget. Si tetangga sumringah banget ekspresinya. “Bawaannya hari ini mau senyuuum aja”, Katanya.

Sesampainya di sana, kami pun menuju tempat yang dikatakan si tetangga. Say mah orangnya ikut saja. Serahkan urusan belanja sama ahlinya.:D
Nah, ketika lihat barang yang akan, galau-galau gimana gitu. “Jadi beli gak ya..” pikir kami. Akhirnya kami pun memutuskan untuk lihat-lihat opsi yang lain dulu. Kami pun menuju lantai atas. Ke Matahari. (Yak endorse lagiii...)

Pas mau masuk ke Mataharinya, ada abang-abang SPB (Sales Promotion Boy) atau bagian marketing nya(kali) yang lagi menawarkan produknya. Waktu itu si tetangga yang lebih dekat posisinya. Jadi ya seperti biasa, dialah yang berurusan sama abang-abang itu. Secara auranya memang pas sepertinya dengan produk yang ditawarkan.

“Gratis kok, Buk. Tapi tulis nama dulu ya, Buk”
Ciee...Dan seperti biasa, dia yang dipanggil “Ibuk”. :D. Saya mah langsung saja masuk ke Mataharinya. Cari aman.

Tak lama kemudian si tetangga berhasil meloloskan diri (sepertinya) dari abang-abang itu. Dia menghampiri sambil-senyum tak jelas. Yah, yang lagi bahagia tu la.Kami pun lalu mencari barang opsi kedua. Setelah jumpa, pertanyaan galau kembali menghampiri. “Beli gak ya?” Dan akhirnya ...kami gak jadi beli barang opsi kedua. Kami putuskan untuk beri barang opsi pertama tadi. Owallaaa...dasar wanita. Tepok jidat.

Ketika akan melangkah keluar dari Matahari, dia bilang. “Makan, yok Miss, Yuni traktir” (ciee...ketahuan deh namanya si tetangga).

Well, agenda “mentraktirku” dari si tetangga ini sebenarnya sudah digaung-gaungkannya semenjak kemarin. Yah, saya juga paham dengan kondisi perekonomiannya yang sedang terpuruk. (metafora yang bermetafora :D). Namun dia bilang dia ingin merasakan “bagaimana rasanya berbagi dikala kita juga sedang butuh”. Yaa...baiklah kalau memang begitu. Saya juga tidak akan segan-segan.

Nah, jika dengan tetangga yang satu ini, entah kenapa dan entah sejak kapan, saya memperlakukannya dalam banyak seperti saya dengan diri saya sendiri. Jadi kalau soal “segan-seganan ” itu bisa dikatakan tidak ada. Karena biasanya masalah uang adalah masalah yang sensitif, walaupun dalam pertemanan. Mungkin karena sudah saling mengerti kali ya. (Ciee...romantis banget).

Jadi ketika dia bilang dia akan traktir, dengan motif seperti di atas tadi, saya tidak akan menolak dengan alasan mempertimbangkan kondisinya. Tapi memang udah kebiasaan dari dulu, kalau ada traktiran dari teman, biasanya selalu tetap tanya, “Berapa budget?”. (Seingat saya cuma ada 1 orang yang gak pernah ditanya kalau mentraktir. Segan sih tidak. Kenapa ya?...Episode selanjutnya saya ceritakan ya :D)

Nah, “berapa budget?”

“100 ribu”. Katanya.

Oke. Jadi keluarlah kami dari Matahari. Jajaran tempat makan sebenarnya lebih dekat dari sebelah kanan Matahari. Namun mengingat jumpa lagi dengan abang-abang yang tadi, kami memutuskan untuk mengambil jarak yang agak jauh, memutar dari sebelah kiri. :D

Bingung mau makan di mana. Pernah makan di PappaCo. (Ciee...Penuh endorse ni kali ini ya...).Enak sih, tapi kami mau menikmati suasana dan menu yang baru. Akhirnya kami putuskan untuk telusuri satu-persatu tempat makan dengan menu-menunya. Ketika sampai dan melihat menu di PappaCo, mata saya tertuju pada butik Mezora yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat kami berdiri. (yaaa...endorse lagii).

“Kesana dulu yok, mana tau ada diskon lagi”. Pasalnya kami pernah borong gamis-gamis cantik dengan harga fantastis, ekonomis dengan kualitas bagus di sana. Pas lagi cuci gudang atau apa lah gitu. Hanya seharga RP.65.000,-. Dasar emak-emak.

Masalahnya, tak jauh dari pintu masuk Mezora, ada abang-abang yang tadi. Demi ke Mezora, kami pun akhirnya rela memutari PappaCo tadi, cari jalan lewat belakang. Ahaha.... Dan sesampainya di sana. Tadaaaa...Lagi tak ada diskon yang diharapkan. Balik kanan grak. :D

Kembali kami berputar-putar melihat-lihat menu yang ada. Dan akhirnya pilihan kami jatuh pada PappaCo lagi. Ujung-ujungnya selalu jatuh pada pilihan pertama lagi. Dasar Wanita. Tepok jidat.

Hah, Kami memang wanita-wanita yang setia. Pada suatu merek, pada suatu tempat makan, bahkan pada suatu menu. Begitulah kami jika kami merasa nyaman akan hal-hal tersebut. Menu si tetangga pun bisa ditebak. kemanapun ia pergi, Nasi goreng selalu dihati. Sedangkan saya, berhubung pernah pesan Rice bowl beef black pepper, dan ternyata pas di lidah, saya pesan itu lagi.Yah, kami memang wanita-wanita yang setia. Minuman apalagi, kalau yang tak berbau alpukat, ya pasti yang berbau teh.

Steamed Rice Beef Black Pepper, Nasi Goreng Seafood, and Avocado Coffee Float

Nah, ketika bill datang, bisa-bisanya jumlahnya Rp.100.000,- pas, beserta pajaknya. Padahal waktu pesan, harga tak terlalu dilihat-lihat, paling cuma 2 digit di depannya. Hmm...jadi memang traktiran kali ini berkah ya. (Semoga).

Bahagia itu sederhana. Ketika berbagi, benar-benar bermanfaat. Dan berbagi dalam kesederhanaan itu akan membuat si pembaginya lebih berbahagia, ketika yang dibagi juga mendapatkan manfaat dan menghargainya. Karena bahagia itu menular.

Arigatou Gozaimasu Yuni... atas semua kebahagian yang sudah dibagi hari ini. Semoga Allah memberkahi dan memudahkan urusan-urusanmu, dan Semoga Allah membalas niat dan perbuatanmu dengan sebaik-baiknya balasan. Amin.


Nah, Itu kisah saya dengan tetangga. Kalau kamu dan tetanggamu? :D



Rumah Kedua, Selasa 2 Nov '15,  10.05 pm

You Might Also Like

6 comments:

  1. Sama tetangga mah seringnya titip belanjaan yang ketinggalan kalau abis ke pasar, Mak.

    Cabe atau apalah.

    Hihihii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah...bener mbak...itu dia malah yg paling sering....bnar2 pelengkap tetangga ini ya:D

      Delete
  2. Foto makanannya menggoda, Mba.. Salam kenal ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah...iya...silahkan kapan2 dicoba ya 😄. Salam kenal juga mbak Syifa 😃

      Delete
  3. Jadi rindu masa-masa tinggal serumah dengan "tetangga", Kak. Sahur bareng, kadang tidur bareng, sama-sama sibuk masing-masing tapi dalam satu sempat. Seakan-akan yang penting bareng gitu. Hahahaha. Kalo soal bayar makan, nggak ada segen2nya. Kalo pas nggak ada duit, udah langsung ngomong duluan! Hihihi :D

    ReplyDelete

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄