Judulnya Pada Suatu Hari
Seorang pemuda yang di kenal berbudi baik sudah lama sekali mencari komunitas yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pada suatu hari tak sengaja ia mendengar informasi tentang sebuah komunitas yang memiliki karakteristik sama dengan yang selama ini dicari-carinya.
Ia pun datang menemui ketua komunitas tersebut dan menyampaikan maksud dan tujuannya. Kedatangannya disambut dengan baik. Dan memang komunitas itu sedang buka lowongan untuk satu anggota baru. Mereka pun ngobrol.
Sang ketua mengenalkan lebih dalam tentangvisi misi komunitasnya, sambil juga bertanya dan berdiskusi untuk mengenal pribadi si pemuda tadi. Dia juga menyampaikan tahapan seleksi untuk bergabung di komunitas tersebut.
Dari hasil diskusi, si pemuda merasa mantap bahwa inilah komunitas yang selama ini dia cari-cari. Lalu ia pun mengutarakan niatnya untuk bergabung di komunitas tersebut.
Sang ketua manggut-manggut. Dari hasil diskusi dan wawancaranya tadi, ia menilai bahwa pemuda ini punya potensi sangat baik untuk direkrut. Sangat sayang jika ditolak. Hanya saja ada 1 hal kecil yang dirasanya masih perlu untuk dilakukan oleh pemuda itu agar syarat-syarat bergabung dikomunitas tersebut lengkap terpenuhi. Yaitu membuat surat keterangan izin dari orang tua/wali, karena si pemuda belum memilikinya. Walau pun menurut keterangan si pemuda orang tuanya sudah mengizinkan.
Sang ketua pun menyarankan si pemuda untuk segera membuatnya. Si pemuda diam beberapa waktu.
Sang ketua berpikir, mungkin membuat surat izin tersebut berat baginya karena kampung halamannya cukup jauh, atau mungkin berat di ongkos kirimnya.
Lalu sang ketua memberikan opsi, cukup dengan menghubungi orang tuanya saja via telpon, sebagai bukti bahwa orang tuanya memang benar memberikan izin padanya. Sang pemuda hanya diam.
Melihat reaksi pemuda tersebut, akhirnya sang ketua pun mengambil selembar brosur dari laci mejanya. Lalu menyodorkan brosur yang berisi syarat-syarat wajib untuk bergabung di komunitas tersebut, yang ketika diskusi tadi memang belum sempat ia sampaikan.
Dari sekian syarat tersebut, poin terakhirnya adalah 'izin orang tua yang dibuktikan dengan surat izin dari orang tua/wali atau bukti yang setara'.
"Poin terakhir itu memang harus dilengkapi. Silakan dilengkapi dulu." Tegas sang ketua.
Pemuda itu pun membaca tiap poin dengan saksama. Agaknya ia berpikir dan menimbang-nimbang. Tak lama, ia pun menghela napas panjang. Tampaknya ia sudah mantap. Sang pemuda pun akhirnya berkata,
"Setelah membaca syarat-syarat ini, saya merasa tidak pantas untuk bergabung di komunitas ini. Walaupun saya merasa semua poin ini ada pada saya. Jadi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya".
Sang pemuda pun pamit dengan sopan.
The end.
- Kalau kamu jadi sang ketua,
- 1. Apa yang kamu rasakan?
- 2. Bagaimana reaksimu?
Rabun Jauh
"Biasanya rabun jauh dialami oleh anak-anak muda, sedangkan rabun dekat dialami oleh para orang tua atau lansia".
Kurang lebih begitu kesimpulan yang ditanamkan guru-guru IPA-ku yang masih melekat di sel-sel abu-abu otakku.
Rabun jauh = tak tampak yang jauh-jauh.
Rabun dekat = tak tampak yang dekat-dekat.
Tanpa kaca mata, kita harus mendekat jika rabun jauh, dan harus menjauh jika rabun dekat, agar bisa melihat lebih jelas.
.......
"Nobody knows my children better than me", said a mother or a father.
What do you think? Agree or agree to disagree?
Well, I would say that depends.
Do the parents actually follow their children's every moment? Like never miss a single momentous occasion.
Do the children never leave their parents' side at all?
Parents themselves were often surprised or even shocked when witnessing their one-year-old little babies said or did something they (remembered) never said or did. And then wondered,
"Where did they get it from?"
Semakin bertambah usia anak, semakin jauh jangkauan mainnya, semakin lama waktu berpisah darinya, dan semakin banyak pula hal-hal yang luput dari pantauan kita.
Melewatkan semenit kebersamaan saja bisa membuat para orang tua terkaget-kaget dengan kemampuan baru yang dimiliki sang anak. Konon lagi berjam-jam, berhari-hari bahkan bertahun-tahun.
Do we actually know "who" and "what kind of human" their friends are out there?
Do we actually witness everything they see and hear when they are not by our side?
Ironically, most parents have no idea about those things even when their children are by their side.
Apalagi kini, banyak orang tua bahkan 'absen' dari kehidupan media sosial anaknya.
Ironis. Orang tua duduk nonton tv bersama anak-anaknya di ruang keluarga. Yang dilihat orang tua, para anaknya sedang duduk baik-baik main ponsel, sedangkan anak-anaknya bisa jadi ada yang sedang memprospek calon pembeli, ada yang sedang membuli, ada yang sedang belajar mandiri, ada pula yang sedang berjudi.
Lalu besok-besoknya, si ayah atau si ibu dengan santai berucap ke tetangga, "Anaku, aku yang paling tahu".
Ini yang namanya tidak sadar akan kerabunjauhannya.
Ada 3 cara jitu untuk membongkar sifat asli manusia versi Umar bin Khattab:
1. Bersafar bersamanya
2. Bermuamalah bersamanya
3. Beramanah kepadanya
Kapan terakhir kali mengeksekusinya bersama anak?
Agaknya semakin anak-anak bertambah usianya, yang lebih tahu seperti apa " jiwa mereka" adalah para penghuni lingkungan 'sebenarnya' tempat mereka berinteraksi dan menghabiskan sebagian besar waktunya.
So, parents... Before saying that ultimate sentence, we might need to recalculate how much quality time we have spent to interact with them and how much time we have spent to understand how much our "little babies" have grown.
Because we probably need special glasses to see our children clearly.
Palestina-Israel, It's Complicated (?)
"If you’re not careful, the newspaper will have you hating the people who are being oppressed, and loving the people who are doing the oppressing.”
Sebuah kutipan dari Malcolm X yang jika dialihbahasakan menjadi “Jika engkau tidak teliti, surat kabar akan membuatmu membenci orang-orang yang tertindas, dan mencintai orang-orang yang melakukan penindasan.”
Perihal seperti pemutarbalikan fakta, pengalihan sorotan masalah, serta pengaburan fakta dan data adalah beberapa santapan yang biasa disajikan oleh kebanyakan media mainstream. Alih-alih mendapatkan informasi yang akurat, masyarakat malah dibodoh-bodohi dengan headline dan kata-kata yang digunakan dalam berita yang kedengarannya sama tapi berbeda makna.
Bukankah media masa seharusnya netral? Bukankah media masa hakikatnya menyuarakan fakta dan data? Rasanya sudah bukan zamannya lagi melontarkan pertanyaan semacam itu. Ada baiknya diganti menjadi, siapa pemilik media itu? Dan siapakah si siapa itu?
Seperti halnya berita Palestina dan Israel. Berapa banyak masyarakat dunia yang menganggap hal ini adalah bahasan yang amat sangat rumit?
Sesuatu yang rumit tentu cenderung diabaikan dan tak dipedulikan. Mendengarnya saja malas, apalagi mempelajarinya. Inilah bentuk berhasilnya propaganda para pemilik kepentingan. Sehingga mereka bebas menjalankan penjajahan yang selama 70an tahun ini mereka lakukan di Palestina sana tanpa khawatir diketahui oleh mata dunia. Karena mata dunia sudah duluan mereka ‘hipnotis’.
Ya, masalah Israel dan Palestina ini bukan hal yang rumit. Ini hanya mengenai pihak penjajah dan pihak yang terjajah. Sesederhana itu. Namun dibuat tampak bagai benang kusut sehingga masalah utamanya tersamarkan.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dahulu kala ada sebuah tanah bernama Palestina. Tanah itu didiami oleh 87% umat muslim, 10% umat kristiani, dan 3% umat Yahudi. Selama berabad-abad mereka hidup damai di bawah kekaisaran Ottoman.
Ketika Perang Dunia I berakhir, Ottoman berada di pihak yang kalah. Dan Palestina pun menjadi daerah kekuasaan Inggris.
Sementara itu di Eropa, paham Zionis di bawah pimpinan Theodor Herzl sedang tumbuh pesat dan berhasil menanamkan pengaruh untuk mendukung migrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina.
Pada 1917, Inggris tiba-tiba mengumumkan niatnya untuk membuat sebuah negara bagi bangsa Yahudi di Palestina. Jadi Inggris dengan santainya memberikan Palestina, yang lebih dari 90% nya adalah penduduk asli Palestina, sebagai hadiah kepada Zionis Eropa.
Difasilitasi oleh Inggris, imigrasi Yahudi Eropa ke Palestina dari 1922 sampai 1935 menyebabkan populasi Yahudi meningkat menjadi 27%. Artinya akan ada lebih banyak lahan yang dicaplok.
Konflik penduduk asli dan pendatang ini membuat Inggris sakit kepala. Jadi pada 1947, Inggris menyerahkan tanggung jawabnya atas Palestina ke tangan PBB. PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi 2 negara; negara Arab dan negara kaum Yahudi, di mana Yahudi mendapatkan 55% lahan.
Padahal jumlah Yahudi saat itu hanya sepertiga dari populasi, dan sebagian besar baru tiba dari Eropa beberapa tahun saja. Maka rakyat Palestina dan bangsa Arab pun menolak. Sedangkan Zionis menerima ususlan PBB. Tetapi yang diterima Zionis hanya mengenai pendirian negara Zionisnya, tidak setuju dengan jumlah lahannya. Mereka ingin lebih banyak lagi.
Tahun 1948, milisi Zionis menggempur dan merebut desa-desa dan kota-kota rakyat Palestina, yang menyebabkan ribuan rakyat palestina tak memiliki tempat tinggal dan tanah air. Zionis terus memperluas wilayah sebanyak mungkin dan membersihkan wilayah tersebut dari orang-orang Palestina
Di hari yang sama ketika Inggris hengkang dari Palestina, Zionis memproklamasikan berdirinya negara Israel. Jutaan warga Palestina kehilangan negaranya dalam semalam. Dan yang paling aneh adalah beberapa saat setelah itu, kedua negara super power di masa itu; AS dan Uni Soviet, langsung mengakui keberadaan negara Israel.
Puncaknya, 15 Mei 1948 menjadi salah satu hari tergelap dalam sejarah Palestina. Mereka menyebutnya Nakba (malapetaka). Kehilangan negara, identitas, dan rumah dengan begitu saja merupakan hal yang sangat mengerikan.
Namun, hal itu pun belum cukup bagi lelaki, wanita dan anak-anak palestina. Mereka masih harus menghadapi pembersihan etnis dari tanah air mereka, sampai mereka benar-benar musnah dari muka bumi.
Jadi, berdirinya negara Israel tidak hanya berarti bahwa 1.9 juta rakyat palestina harus terusir dari rumahnya, tidak hanya berarti bahwa 78% bangsa asli palestina dikeluarkan dari tempat asalnya, tidak hanya berarti bahwa 530 desa dan kota di palestina dihancurleburkan lalu disterilkan dari penduduk Palestina, dan tak hanya berarti pembunuhan terhadap 15.000 orang Palestina secara biadab.
Berdirinya negara Israel berarti sebuah permulaan atas sesuatu yang jauh lebih mengerikan bagi rakyat Palestina, yaitu upaya pendudukan selama lebih dari 70 tahun, penghancuran permukiman, penangkapan dan pemenjaraan sewenang-wenang, ekspansi warga Israel, pemeriksaan militer, kontruksi dinding-dinding pembatas, diskriminasi, pembantaian masal, pengeboman rakyat sipil (lelaki, wanita dan anak-anak) tak bersalah di rumah mereka sendiri.
Jadi, rumit? Tidak. Ini bukan hal yang rumit. Rakyat palestina adalah orang-orang yang selama ini tertindas dan terjajah, yang tanah airnya diambil paksa, dan sejak saat itu (73 tahun) menderita hingga kini.
Palestina-Israel bukan sebuah perang antar dua negara, apalagi konflik.
Perang batu berati perang dengan melemparkan batu kepada lawan. Perang kimia berati perang dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk kekuatan militer. Dengan kata lain, perang berati kedua belah pihak menggunakan senjata yang sama alias seimbang sebagai alat tempurnya.
Pertanyaannya, adakah sama kekuatan dan jenis senjata Palestina dan Israel? Yang satu pakai batu, lawannya pakai senjata api, gas air mata, bom asap, granat, dan bom.
Yang satu hidupnya dalam blokade, tak punya angkatan laut, tak punya angkatan darat, tak punya tank ataupun akses ke artileri berat, lawannya punya senjata nuklir yang didanai para pembayar pajaknya AS berjuta-juta dolar, punya beberapa perlengkapan militer paling canggih dan paling kuat di dunia.
Kalaupun di sebut perang, maka Palestina dan Israel adalah perang kemerdekaan, perang melawan penjajahan.
Jika masih ada yang menyebut Palestina dan Israel sebagai perang antar dua negara, apa lagi konflik, maka sesungghnya Anda telah termakan propaganda Zionis yang mainannya mendistorsi sejarah dan ‘playing victim’.
Jadi, Palestina- Israel adalah hal rumit? Tidak. Ini bukan hal rumit. Zionis Israel adalah pihak yang selama ini menindas, menjajah dan yang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Jika sebagai warga negara Indonesia yang jelas-jelas dalam pembukaan UUD ’45 dinyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemansiaan dan peri-keadilan.”, maka sudah saatnya kita buka mata, bangun, dan bersuara untuk para manusia di Palestina.
Apa yang bisa kita bantu lakukan?
Sebarkan kekejaman zionis agar dunia tahu apa yang sebenarnya selama ini telah dan sedang terjadi.
Terus mengedukasi orang-orang sekitar.
Boikot produk-produk Israel dan produk-produk pendukung Israel.
Desak pemerintah untuk mendesak para pemimpin negara-negara pendukung Israel supaya mengehentikan dukungannya ke Israel.
Menggalang dana dan donasi untuk Palestina.
"You take my water, burn my olive trees, destroy my house, take my job, steal my land, imprison my father, kill my mother, bombard my country, starve us all, humiliate us all but I am to blame, I shot a rocket back.” -Noam Chomsky-
Sumber:
Aljazeera.com
Onepath.com
https://mojok.co/kar/esai/pengalaman-ketemu-hamas-di-palestina-dan-bekal-kamu-untuk-debat-dengan-akun-pro-israel/
Kbbi.web.id
Pinterest.com
#freepalestine #savepalestine #freedomforpalestine #westandwithpalestine #selamatkanpalestina #kemerdekaanuntukpalestina
Efek Samping Mandi Pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash
Apa saja efek samping mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash?
Jadi rajin mandi
TernakEmak pulang petang |
Mood terubah karena terhirup aroma parfumnya
Ditempeli aroma parfumnya sejam setelah mandi
Penampakan solid yang udah digonikan :D |
Ketagihan mandi sampai pada tingkat yang merasa bersalah kalau gak mandi
Batu bertuah |
Salam wangi😁
Membangun Generasi Anti Hoaks dari Keluarga Berliterasi
Di tulisan kali ini saya tidak akan membeberkan fakta-fakta tentang pendaratan Neil Amstrong dan kedua rekannya 50 tahun lalu tersebut, atau memaparkan bantahan ilmiah mengenai teori evolusi, dan bukan pula membahas bagaimana jeruk nipis bersifat basa di lambung kita. Om Google punya informasi lengkapnya di ujung jemari kita.
Artikel ini sengaja ditulis karena kegerahan saya dengan kondisi mayoritas penduduk bumi Pertiwi yang kesehariannya cenderung menjadi konsumen gampangan dan pelaku penyebar hoaks tanpa disadari. Menyerap dan menyebarkan hoaks telah menjadi semacam aktifitas yang mendarah daging. Khususnya pada generasi milenial.
Berapa banyak dari kita yang membaca tuntas sebuah broadcast pesan whatsapp sebelum kembali membaginya ke grup lain?
“Malam ini akan ada serangan bla bla bla…Sebarkan informasi ini supaya bla bla la…”
Padahal 1 tahun lalu kita pernah mendapatkan pesan yang tak berbeda titik komanya pun saltiknya.
Berapa banyak dari kita yang menjadikan broadcast pesan whatsapp sebagi materi untuk disampaikan pada kajian dan kelas-kelas yang kita bawakan, tanpa pernah menelisik keabsahan referensi di pesan tersebut. Atau bahkan pesan tersebut tak ada referensinya. Hanya karena si pengirim pesan dikenal sebagai ustad di tempat kerja, atau ketua di komunitas yang diikuti.
Cukuplah seseorang dikatakan pendusta ketika dia menyampaikan semua yang dia dengar. (HR. Muslim).
Ingat, anak-anak juga bagian dari masyarakat. Tanpa kita sadari kita mengasuh buah hati kita di lingkungan yang berseliweran hoaks. Lebih tepatnya mereka dibesarkan dengan di jaring-jaring hoaks. Karena kita sebagai orang tuanya adalah gerbang masuknya hoaks.
Maka sepatutnyalah peran orang tua dalam menyaring informasi yang layak dikonsumsi anak, tidak hanya bersih namun juga menyehatkan jiwa mereka. Supaya tak ada lagi korban hoaks ilmu pengetahuan seperti saya.
Mengutip Nasihat Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal sebagai Buya Hamka, ada beberapa tingkatan bagi orangtua dalam mengasuh anak sejak lahir hingga dewasa;
Pertama, saat anak menyusu, orangtua harap mengawasi makanannya.
Kedua, ketika anak mulai banyak bertanya tentang hal ini itu di sekitarnya, orangtua hendaknya membantu membuka akal dan wawasan, serta contoh yang baik.
Ketiga, ketika anak beranjak besar dan menjadi remaja, inilah masa perjuangan. Pengawasan orangtua di masa remaja ini sangat mempengaruhi arah hidup anak.
Keempat, ketika telah tiba saat anak mampu mandiri, beri ia kepercayaan, sebab tak selamanya anak harus di bawah pelupuk mata ayah ibunya.
Di era milenial yang seyogyanya internet bagaikan nyawa ini, meyajikan informasi ramah anak menjadi tantangan tingkat tinggi bagi orang tua. Selain media baca yang bergizi dan tontonan multimedia yang menginspirasi, gaya bahasa dan komunikasi juga merupakan sarana edukasi yang menentukan akan jadi seperti apa generasi negeri ini nanti.
Apakah akan menjadi tipe generasi yang kerap menanyakan “Kapan acaranya?” Atau ”Ingin gabung jadi anggota, bagaimana cara daftarnya?”, karena malas membaca tuntas pengumuman info kegiatan yang padahal telah dibuat mendetail lengkap dengan infografisnya.
Atau tipe generasi membeo alias ikut-ikutan tanpa paham benar apa yang diributkan.
Atau tipe generasi yang cerdas berliterasi, yang tak gampang terprovokasi oleh informasi, yang tidak langsung panik oleh narasi sedetik, yang tidak buru-buru ikut-ikutan sebelum paham konteks yang sedang dipersoalkan, Namun menelisik, mencermati dan mengonfirmasi keabsahannya dari sumber yang autentik. Karena sejatinya anak-anak merupakan peniru handal.
Menurut hasil survey yang dikeluarkan oleh CSSU (Central Connecticut State University) pada 2016, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara pada studi World’s Most Literated Nation”. Indonesia masih unggul dari satu Negara, yaitu Botswana. Di peringkat teratas ada Finlandia, disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman. Maka agaknya negeri kita sedang berupaya kembali membangkitkan budaya literasi di setiap sisi kehidupan.
Literasi bukan hanya sekedar mengenai minat baca. Dilansir dari Wikipedia, literasi merupakan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian sehari-hari. Jadi literasi berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan berbahasa.
Dengan kata lain, literasi merupakan mental. Ia tak dapat dibangun sekadar dengan sekolah dan buku-buku belaka. Minat baca saja tidak cukup untuk membangun masyarakat cerdas literasi, namun antusiasme membaca merupakan dasar untuk itu. Karena dengan kemampuan membaca, penyerapan informasi dan proses berpikir akan lebih mudah dan terarah.
Maka membentuk generasi yang cerdas literasi tentunya harus dimulai dari keluarga lebih dahulu.
- Membuat perpustakaan keluarga di rumah.
- Membuat jadwal membaca dan mendongeng bersama.
- Membudayakan kegiatan diskusi dalam keluarga.
- Melakukan permainan edukatif dan interaktif seperti scrabble, monopoli, teka-teki, dsb.
- Membudayakan memberikan buku sebagai hadiah.
- Menjadikan toko buku sebagai salah satu destinasi tamasya keluarga.
- Membudayakan menulis buku harian dalam keluarga.
- Membatasi penggunaan gawai di keluarga, khususnya ketika berkumpul bersama keluarga.
- Membiasakan menggunakan bahasa yang bersifat positif dalam berkomunikasi.
Bagaimanapun juga menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Maka sebagai orangtua dan calon orangtua, sudah sewajibnyalah kita membekali diri sedini mungkin. Karena zaman terus berubah dan tantangan pasti bertambah.
Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka bukan hidup di zamanmu. (Ali Bin Abi Thalib).
Maka berbahagialah anak-anak yang memiliki orangtua yang cerdas literasi. Karena otak mereka hanya akan terpapar informasi yang sehat dan bergizi tinggi. Sehingga nanti mereka menjadi generasi yang sehat emosi.
Artikel ini diikutsertakan pada lomba kemendikbud #SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga
Artikel terkait : Cara Mendeteksi Berita Hoaks dan Penipuan
Duhai Ukhti, Jangan Biarkan Hijab Panjang Membahayakan Nyawamu dan Saudaramu
Sejatinya, penggunaan hijab syari bertujuan agar wanita muslim merasa nyaman, aman dan terlindungi dari segala hal yang membuatnya tidak nyaman dan tidak aman di luar rumahnya.
Nah, jadi jangan sampai terbalik. Jangan sampai penggunaan hijab syari ini malah membahayakan nyawa si penggunanya. Kok bisa?
Pernah gak ketika kamu sedang berkendara di jalanan, tiba-tiba di sebelahmu lewat driver ojek online yang sedang membawa penumpang wanita berkerudung panjang, duduknya menyamping, sedangkan ujung kerudungnya menari-nari di bibir jari-jari ban belakang motor tersebut?
Atau ketika sedang di persimpangan lampu merah, di depanmu ada sepasang suami istri berboncengan. Sang istri mengenakan gamis lebar yang dirangkap dengan celana panjang, sehingga ia bisa duduk dengan nyaman. Kerudung lebar sang istri berbahan kaos tak tembus pandang yang menjuntai dan menutupi lampu sen belakang motornya. Pengendara di belakangnya tak akan tahu apakah si suami menghidupkan lampu sen kanan atau kiri.
Atau di pagi hari saat jalanan sedang padat, dan orang-orang sedang ingin cepat. Di depanmu melintas pengendara wanita mengenakan helm, dengan kerudung panjangnya yang berkibar-kibar diterpa angin. Kau pun jadi khawatir untuk mengambil jalur di sebelahnya, khawatir jilbabnya tersangkut setangmu atau menutupi wajahmu saat mendahuluinya. Dan kau hanya bisa merutuk dalam hati karena usahamu untuk cepat jadi terhambat.
Syukurnya yang di belakangnya adalah kamu, kalau orang lain yang tak sabar mungkin akan tetap menyalip. Dan bukan tak mungkin apa yang kau khawatirkan terjadi. Di keramaian jalan seperti itu, kecelakaan beruntun adalah hal yang mengerikan.
Wahai ukhti, hijabmu seharusnya membuat orang-orang di sekitarmu menjadi tenteram bukan terancam.
Gunakan fesyen di tempat yang tepat. Fesyen yang baik adalah yang tak membahayakan dan membuat nyaman penggunanya.
Nah, berikut 9 tips aman berkendara bagi wanita berhijab.
1. Gunakan jaket saat berkendara. Selain melindungi tubuh dari angin dan terik matahari, melindungi pakaian dari debu jalanan, jaket juga melindungi tubuh jika terjatuh. Selain itu jaket juga akan mengamanan kerudung yang diterpa angin sehingga tidak berkibar kemana-mana saat berkendara.
2. Jika terlanjur lupa membawa jaket ketika berkendara, pastikan kamu menduduki ujung kerudung panjangmu, sehingga ia tidak akan terlalu berkibar, dan juga mengurangi kemungkinan kerudungmu terlilit jari-jari saat sedang bersepeda motor, atau menutupi lampu sen belakang ketika dibonceng.
3. Jika kamu menggunakan gamis atau pakaian yang memiliki fitur tali yang cukup panjang untuk diikatkan (biasanya di bagian pinggang), pastikan kamu mengikatnya/melilitnya hingga tak ada yang menjuntai ketika kamu duduk di motor.
4. Jika model rok atau gamis yang kamu pakai adalah jenis yang memiliki kelok bawah yang sangat lebar, sehingga ketika berkendara sangat memungkinkan untuk masuk ke jari-jari, ada bebera opsi yang bisa dilakukan, yaitu: sebaiknya dipakai saat tiba di tempat saja, atau ujung-ujungnya digulung lalu diikatkan ke pinggang (tapi bajunya pasti jadi lusuh :D), atau ya naik roda empat saja :D
5. Gunakan helm yang memenuhi standar keamanan. Jangan lupa untuk mengaitkan tali/sabuk helm yang di bawah dagu. Sejujurnya seorang kawanku selalu cerewet tentang hal ini. :)
6. Gunakan sarung tangan dan masker debu yang nyaman.
7. Gunakan sepatu yang nyaman. Jikalau mau ke kondangan atau acara yang mengharuskan memakai heels, sebaiknya heels-nya dipakai sesampainya di lokasi saja. Jangan jadikan 'ribet' sebagai alasan berkendara dengan heels ya guys :)
8. Gunakan celana panjang yang nyaman untuk dirangkap dengan gamis atau rok. Dengan begitu kita akan lebih leluasa dalam berkendara, baik posisinya sebagai pengendara maupun penumpang. Walau pun sebenarnya celana panjang merupakan item wajib bagi wanita berhijab meskipun tidak sedang berkendara. Kenapa? Karena kalau gamis atau rok tidak dirangkap dengan celana panjang itu rasanya kemerdekaan untuk bergerak berkurang 75%. Akhwat tangguh pasti paham rasanya :)
9. Tertiblah dalam berlalu lintas. Lampu kuning berati mengurangi kecepatan bukan menambah kecepatan. Kala mau belok ke kiri ya jangan hidupkan lampu sen kanan. Bertelepon saat berkendara tetap melanggar aturan berlalu lintas walaupun kedua tangan tetap pada setang dan handphone-nya nempel di helm, karena selain mengalihkan konstrentrasimu, perilaku ini sangat mungkin mengalihkan konsentrasi pengendara di sebelahmu, misalnya dia jadi berkonsentrasi untuk membegal hape-mu. :)
Nah, itu dia tadi tips aman ketika bermotor untuk wanita berhijab. Semoga bermanfaat.
Your choice of fashion shows who you are or who you want to be seen.
May Day, Mayday
2 Tahun FLP Medan:Apakah kepala dan kaki kita masih sehat(i)? |
Blogger Medan, MPR-RI dan 4 Pilar: Bicara Baik-baik
"Kak, Tanggal 20 ada agenda?"
Apa yang dibahas MPR RI dan Blogger Medan sebenarnya?
Sang pewara (tebak namanya), Ibu Siti Fauziah (Kepala Biro Humas MPR-RI), dan Pak Andrianto Majid (Kepala Pengolahan Data dan Sistem Informasi, Setjen MPR-RI) |
4 Pilar? Apa itu?
Ciee...ada yang yang terkena candid murni |
Agen Ganda (FLP Medan dan Blogger Medan ) bersama Ibu Siti Fauziah |
4 Fakta keren dari acara MPR-RI ngobrol bareng Blogger Medan
- Antusias peserta yang terdiri dari Blogger Medan, pegiat komunitas dan
media ini luar biasa. Kalau Sang pewaranya tak pintar-pintar memotong dan
mengondisikan diskusi, bisa-bisa diskusi tetap berlanjut sampai dini
hari.
- Waktu tanya jawab jauh lebih panjang dari pada waktu untuk
dua narasumber menyampaikan materi. Jujur, aku selalu angkat topi ketika
ada acara yang berhasil memberikan waktu diskusi lebih banyak dari pada
waktu penyampaian materi. Apalagi kalau nama acaranya diskusi.
- Narasumber menrutku berhasil menjawab dan menaggapi pertanyaan dan
tanggapan para peserta diskusi dengan sangat baik. Meminjam redaksi
bahasanya Bibeh, "Jawabannya nyambung, Kak". begitu kira-kira. Pasalnya
berdasarkan pengalaman mengikuti banyak acara seminar dan diskusi,
jawaban pemateri cenderung lari dari pertanyaan sebenarnya. Entah karena
efek berada di depan umum, atau karena terlalu asik berbicara, atau
salah menangkap maksud si penanya. Terlepas sang pematerinya
menyadarinya atau tidak.
- Kesadaran dan proses meralat bahasa yang kerap dilakukan oleh Pak Andrianto Majid itu menurutku keren. Beliau mulai dan berusaha mengoreksi bahasanya secara sadar selepas seorang peserta meralat redaksi bahasa pada latar belakang panggung. Peserta itu tak lain dan tak bukan adalah Bang Anugrah Roby, ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Sumatera Utara. Bang Roby menyinggung perihal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai salah satu wujud nyata dari penerapan nilai 4 Pilar. "Utamakan bahasa nasional, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing", begitu kutipnya.
FLP Medan dan Pak Andrianto Majid. Si Kyo dan Andre masih sibuk jadi juru foto di ruang sebelah |
Foto bersama usai acara. Ada banyak kamera. Yang mana ka(mera)mu? |
About Me
- PERTIWI SORAYA -I am learning to be somebody I would like to meet
Popular Posts
Featured post
Cara Mendeteksi Berita Hoaks dan Penipuan
Hingga akhir Desember 2023, konten hoaks di Indonesia dalam kategori penipuan berada di peringkat kedua. Makin lama makin marak saja dunia p...