Showing posts with label My Thoughts. Show all posts

Cara Mendeteksi Berita Hoaks dan Penipuan

Hingga akhir Desember 2023, konten hoaks di Indonesia dalam kategori penipuan berada di peringkat kedua.

Cara mendeteksi dan menghindari berita hoaks dan penipuan

Makin lama makin marak saja dunia perhoaksan dan penipuan ini ya. Apalagi usai pemilu. Dengan beraneka modus menjaring mangsa. 

Bagaimana cara mengindari jeratan berita hoaks dan penipuan? 

Berikut 9 tips cara mengidentifikasi berita hoaks dan penipuan yang berhasil saya kumpulkan dari berbagai sumber. 

1. Biasakan membaca dengan teliti

Mungkin lebih tepatnya budayakan baca sampai habis.

Pernah gak ketika kamu posting suatu informasi agak panjang sedikit saja di grup WA, lalu tak berapa lama ada yang merespon sejenis, "Kak, lokasi acaranya di mana?" atau, "Wah seru. Gimana cara daftarnya, Bang?". Padahal ketika mengetik informasinya, kita sudah buat sejelas-jelasnya. Eallaa...masih juga ditanya lagi.

Tolong janganlah bawa-bawa kebiasaan menanyakan hal-hal yang jawabannya sudah jelas-jelas dibuat. Kebiasaan demikian saya pikir justru membuat keberadaan hoaks ini makin menjadi-jadi. Baca yang bukan hoaks saja lompat-lompat. Giliran ketemu info hoaks, wassalam

2. Biasakan selalu berpikir kritis ketika membaca

Masih nyambung dengan yang di atas. Jika baca sesuatu saja biasa tidak tuntas, bagaimana mau sampai di tahap berpikir kritis coba?

Selain itu juga selalu ingatkan diri untuk tidak lekas-lekas menekan tombol share sampai yakin informasi tersebut benar adanya. Saring before sharing. Begitu istilah kerennya. 

3. Hati-hati dengan dengan judul yang propokatif apalagi bombastis

Sejatinya, tujuan pembuat hoaks adalah mencari perhatian. Caranya supaya diperhatikan ya itu tadi, buat judul yang 'wow'. Baik dari pilihan kata maupun kelebayan makna yang memancing emosi. Istilahnya clickbait atau umpan klik

Pegiat literasi yang sudah terbiasa dengan berita hoaks biasanya punya semacam radar saringan otomatis. Ketika baca judul berita yang terdengar 'wah' biasanya akan langsung hidup 'sinyal waspada' hoaksnya. Walau tak jarang juga kena hoaks pada berita jenis lainnya. 

Sama halnya dengan info-info yang 'too good to be true' alias terlalu indah untuk  jadi kenyataan. Misalnya informasi sejenis tawaran pekerjaan mudah tanpa modal apapun dengan iming-iming penghasilan lumayan dari nomor tak dikenal. Pas dicek entah nomor dari negara mana-mana. Hallah... Tak ada itu semua. Langsung laporkan saja. Atau kalau gabut ya kerjain aja

4. Tidak mempercayai satu sumber berita saja

Jangan mudah percaya dengan apa yang kita lihat, dengar, dan baca, sekalipun yang mengatakannya adalah seorang profesor, menteri, bahkan presiden. Cek dulu yang ia katakan. Fakta atau opini. Karena kini agaknya sedang tren orang bicara asal keluar saja. 

Fokus pada apa yang disampaikan, bukan siapa yang menyampaikan. Berapa banyak coba korban hoaksnya Biden dan Nethanyahu? Sekelas pemimpin negara saja menyampaikan hoaks. Apalagi pemujanya. Belum lagi para pendengungnya. 

Jadi teringat wejangan Sir Indra Hartoyo, dosen mata kuliah Translation kami.

"Always check your dictionary. Selalu cek kamusmu. Profesor ahli bahasa Inggris sekalipun bisa salah pelafalannya. Hanya kamuslah yang boleh kalian percayai.'' Begitu pesan beliau.

5. Budayakan cek silang fakta ke sumber yang autentik

Seorang profesor sekalipun, kalau ia berbicara tanpa sumber yg jelas, ya jangan langsung ditelan bulat-bulat. Apalagi jika seseorang tersebut bukan ahli di bidang yang dia bicarakan. Bisa saja lidahnya keseleo. Apa lagi jika dia tak merasa keseleo lidah. Apa jadinya jika semua yang dikatakannya kita telan bulat-bulat? Mau jadi apa para ibu hamil jika diberi vitamin berupa asam sulfat? 

6. Cermati alamat situs

Di balik sebuah kejahatan terselubung, biasanya ada otak-otak pandai. Pandai-pandai meramu supaya elok nampaknya. 

Nama serta alamat situs hoaks dan penipuan biasanya dibuat mirip-mirip dengan situs resminya, sehingga targetnya terkecoh dan percaya. Situs-situs berita banyak sekali yang begini. 

Berhati-hatilah jika asal informasi dan berita dari situs berdomain .COM, apalagi dari domain gratisan. 

Situs resmi kepemerintahan biasanya menggunakan .GO.ID. Jadi misalnya ada info pendaftaran bansos dari Kementerian Sosial tapi pakai domain .COM, bisa dipastikan 1000% kamu sedang dimodusi penipu. 

7. Ikut serta grup diskusi anti hoaks

Mengutip dari laman Kominfo, di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks. Misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di forum ini saya gak ada ikut sih. Sejauh ini tergabung di grup WA Keluarga Besar FLP SU bisa dikatakan sangat 'radikal' dalam penyaringan terhadap berita dan informasi hoaks. Alhamdulillah. 

8.Cek keaslian foto dan video

Kalau dulu zamannya photoshop, kini eranya AI. Memanipulasi foto dan video sungguh gampang sekali.

Suara kita pun bisa kita dengar ngomong entah hapa-hapa padahal kita tak pernah bicara demikian.

Seperti yang dialami Ust. Zaidul Akbar. Beredar video beliau yang disunting menggunakan AI. Jadilah sebuah video yang gerak bibirnya diselaraskan dengan suara yang dihasilkan AI (serupa suara aslinya), sementara beliau tak pernah meyampaikan informasi tersebut. 

Lagi-lagi mengutip dari Kominfo, untuk mengecek keaslian foto, kita bisa memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan. Kalau video, belum tahu saya. Bolehlah kiranya para literat teknologi yang nyasar ke tulisan ini berbagi informasi di kolom komentar yak😁🙏. 

Jadi kitalah yang harus jeli. Jangan sampai terkecoh. Cari lebih banyak informasi terkait. 

Cek silang ke akun resminya. Berdayakan energi kreatif yang kita miliki. 

9. Cek situs hoaks dan laporkan

Ternyata kita juga bisa cek apakah tautan suatu situs web merupakan hoaks atau tidak. Walau tidak semua bisa dicek. Biasanya akan terdeteksi ketika sudah ada yang melaporkan tautan atau situs  tersebut. Seperti di laman ini.

https://transparencyreport.google.com/safe-browsing/search

Sedangkan berita-berita hoaks bisa diakses di bawah ini. Ada juga fitur untuk melaporkan seperti di turnbackhoax.

https://trustpositif.kominfo.go.id/

https://kominfo.go.id/content/all/laporan_isu_hoaks

https://turnbackhoax.id/

Nah, ada satu lagi, nih hasil temuan saya. Semoga benar. Karena saya baru coba dengan akun saya saja. Jadi sejauh ini masih kesimpulan saya sendiri bahwa kita bisa cek suatu tautan itu hoaks atau tidak melalui twitter.

Saya pernah beberapa kali coba pos twit berisi tautan hoaks (lebih tepatnya penipuan sih ini), yang baru dibuat Februari 2024, tapi tidak bisa muncul. Entah ke mana perginya. (Cerita lengkapnya bisa dibaca di pos selanjutnya.) 
Cara mendeteksi berita hoaks dan penipuan

Nah, kamu silakan coba juga. Berhasil gak?😁

Demikian 9 tips cara mendeteksi berita hoaks dan penipuan yang bisa dipraktikkan. Semoga berfaedah. 

Judulnya Pada Suatu Hari

Seorang pemuda yang di kenal berbudi baik sudah lama sekali mencari komunitas yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pada suatu hari tak sengaja ia mendengar informasi tentang sebuah komunitas yang memiliki karakteristik sama dengan yang selama ini dicari-carinya.

Ia pun datang menemui ketua komunitas tersebut dan menyampaikan maksud dan tujuannya. Kedatangannya disambut dengan baik. Dan memang komunitas itu sedang buka lowongan untuk satu anggota baru. Mereka pun ngobrol.

Sang ketua mengenalkan lebih dalam tentangvisi misi komunitasnya, sambil juga bertanya dan berdiskusi untuk mengenal pribadi si pemuda tadi. Dia juga menyampaikan tahapan seleksi untuk bergabung di komunitas tersebut.

Dari hasil diskusi, si pemuda merasa mantap bahwa inilah komunitas yang selama ini dia cari-cari. Lalu ia pun mengutarakan niatnya untuk bergabung di komunitas tersebut.

Sang ketua manggut-manggut. Dari hasil diskusi dan wawancaranya tadi, ia menilai bahwa pemuda ini punya potensi sangat baik untuk direkrut. Sangat sayang jika ditolak. Hanya saja ada 1 hal kecil yang dirasanya masih perlu untuk dilakukan oleh pemuda itu agar syarat-syarat bergabung dikomunitas tersebut lengkap terpenuhi. Yaitu membuat surat keterangan izin dari orang tua/wali, karena si pemuda belum memilikinya. Walau pun menurut keterangan si pemuda orang tuanya sudah mengizinkan.

Sang ketua pun menyarankan si pemuda untuk segera membuatnya. Si pemuda diam beberapa waktu.

Sang ketua berpikir, mungkin membuat surat izin tersebut berat baginya karena kampung halamannya cukup jauh, atau mungkin berat di ongkos kirimnya.

Lalu sang ketua memberikan opsi, cukup dengan menghubungi orang tuanya saja via telpon, sebagai bukti bahwa orang tuanya memang benar memberikan izin padanya. Sang pemuda hanya diam.

Melihat reaksi pemuda tersebut, akhirnya sang ketua pun mengambil selembar brosur dari laci mejanya. Lalu menyodorkan brosur yang berisi syarat-syarat wajib untuk bergabung di komunitas tersebut, yang ketika diskusi tadi memang belum sempat ia sampaikan.

Dari sekian syarat tersebut, poin terakhirnya adalah 'izin orang tua yang dibuktikan dengan surat izin dari orang tua/wali atau bukti yang setara'.

"Poin terakhir itu memang harus dilengkapi. Silakan dilengkapi dulu." Tegas sang ketua.

Pemuda itu pun membaca tiap poin dengan saksama. Agaknya ia berpikir dan menimbang-nimbang. Tak lama, ia pun menghela napas panjang.  Tampaknya ia sudah mantap. Sang pemuda pun akhirnya berkata,

"Setelah membaca syarat-syarat ini, saya merasa tidak pantas untuk bergabung di komunitas ini. Walaupun saya merasa semua poin ini ada pada saya. Jadi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya".

Sang pemuda pun pamit dengan sopan.

The end.

  • Kalau kamu jadi sang ketua,
  • 1. Apa yang kamu rasakan?
  • 2. Bagaimana reaksimu?








Rabun Jauh

"Biasanya rabun jauh dialami oleh anak-anak muda, sedangkan rabun dekat dialami oleh  para orang tua atau lansia".

Kurang lebih begitu kesimpulan yang ditanamkan guru-guru IPA-ku yang masih melekat di sel-sel abu-abu otakku.

Rabun jauh = tak tampak yang jauh-jauh.
Rabun dekat = tak tampak yang dekat-dekat.

Tanpa kaca mata, kita harus mendekat jika rabun jauh, dan harus menjauh jika rabun dekat, agar bisa melihat lebih jelas. 

.......

"Nobody knows my children better than me", said a mother or a father.

What do you think? Agree or agree to disagree?

Well, I would say that depends.

Do the parents actually follow their children's every moment? Like never miss a single momentous occasion.

Do the children never leave their parents' side at all?

Parents themselves were often surprised or even shocked when witnessing their one-year-old little babies said or did something they (remembered) never said or did. And then wondered,
"Where did they get it from?"

Semakin bertambah usia anak, semakin jauh jangkauan mainnya, semakin lama waktu berpisah darinya, dan semakin banyak pula hal-hal yang luput dari pantauan kita.

Melewatkan semenit kebersamaan saja bisa membuat para orang tua terkaget-kaget dengan kemampuan baru yang dimiliki sang anak. Konon lagi berjam-jam, berhari-hari bahkan bertahun-tahun.

Do we actually know "who" and "what kind of human" their friends are out there?

Do we actually witness everything they see and hear when they are not by our side?

Ironically, most parents have no idea about those things even when their children are by their side.

Apalagi kini, banyak orang tua bahkan 'absen' dari kehidupan media sosial anaknya.

Ironis. Orang tua duduk nonton tv bersama anak-anaknya di ruang keluarga. Yang dilihat orang tua, para anaknya sedang duduk baik-baik main ponsel, sedangkan anak-anaknya bisa jadi ada yang sedang memprospek calon pembeli, ada yang sedang membuli, ada yang sedang belajar mandiri, ada pula yang sedang berjudi.

Lalu besok-besoknya, si ayah atau si ibu dengan santai berucap ke tetangga, "Anaku, aku yang paling tahu".

Ini yang namanya tidak sadar akan kerabunjauhannya.

Ada 3 cara jitu untuk membongkar sifat asli manusia versi Umar bin Khattab:
1. Bersafar bersamanya
2. Bermuamalah bersamanya
3. Beramanah kepadanya

Kapan terakhir kali mengeksekusinya bersama anak?

Agaknya semakin anak-anak bertambah usianya, yang lebih tahu seperti apa " jiwa mereka" adalah para penghuni lingkungan 'sebenarnya' tempat mereka berinteraksi dan menghabiskan sebagian besar waktunya.

So, parents... Before saying that ultimate sentence, we might need to recalculate how much quality time we have spent to interact with them and how much time we have spent to understand how much our "little babies" have grown.

Because we probably need special glasses to see our children clearly.

Untuk Tiwi di masa depan
Dari Tiwi di 2 Maret 2022

Palestina-Israel, It's Complicated (?)

"If you’re not careful, the newspaper will have you hating the people who are being oppressed, and loving the people who are doing the oppressing.”

Sebuah kutipan dari Malcolm X yang jika dialihbahasakan menjadi “Jika engkau tidak teliti, surat kabar akan membuatmu membenci orang-orang yang tertindas, dan mencintai orang-orang yang melakukan penindasan.”

Perihal seperti pemutarbalikan fakta, pengalihan sorotan masalah, serta pengaburan fakta dan data adalah beberapa santapan yang biasa disajikan oleh kebanyakan media mainstream. Alih-alih mendapatkan informasi yang akurat, masyarakat malah dibodoh-bodohi dengan headline dan kata-kata yang digunakan dalam berita yang kedengarannya sama tapi berbeda makna.

Bukankah media masa seharusnya netral? Bukankah media masa hakikatnya menyuarakan fakta dan data? Rasanya sudah bukan zamannya lagi melontarkan pertanyaan semacam itu. Ada baiknya diganti menjadi, siapa pemilik media itu? Dan siapakah si siapa itu?

Seperti halnya berita Palestina dan Israel. Berapa banyak masyarakat dunia yang menganggap hal ini adalah bahasan yang amat sangat rumit?

Sesuatu yang rumit tentu cenderung diabaikan dan tak dipedulikan. Mendengarnya saja malas, apalagi mempelajarinya. Inilah bentuk berhasilnya propaganda para pemilik kepentingan. Sehingga mereka bebas menjalankan penjajahan yang selama 70an tahun ini mereka lakukan di Palestina sana tanpa khawatir diketahui oleh mata dunia. Karena mata dunia sudah duluan mereka ‘hipnotis’.

Ya, masalah Israel dan Palestina ini bukan hal yang rumit. Ini hanya mengenai pihak penjajah dan pihak yang terjajah. Sesederhana itu. Namun dibuat tampak bagai benang kusut sehingga masalah utamanya tersamarkan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Dahulu kala ada sebuah tanah bernama Palestina. Tanah itu didiami oleh 87% umat muslim, 10% umat kristiani, dan 3% umat Yahudi. Selama berabad-abad mereka hidup damai di bawah kekaisaran Ottoman.

Ketika Perang Dunia I berakhir, Ottoman berada di pihak yang kalah. Dan Palestina pun menjadi daerah kekuasaan Inggris.

Sementara itu di Eropa, paham Zionis di bawah pimpinan Theodor Herzl sedang tumbuh pesat dan berhasil menanamkan pengaruh untuk mendukung migrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina.

Pada 1917, Inggris tiba-tiba mengumumkan niatnya untuk membuat sebuah negara bagi bangsa Yahudi di Palestina. Jadi Inggris dengan santainya memberikan Palestina, yang lebih dari  90% nya adalah penduduk asli Palestina, sebagai hadiah kepada Zionis Eropa.

Difasilitasi oleh Inggris, imigrasi Yahudi Eropa ke Palestina dari 1922 sampai 1935 menyebabkan populasi Yahudi meningkat menjadi 27%. Artinya akan ada lebih banyak lahan yang dicaplok.

Konflik penduduk asli dan pendatang ini membuat Inggris sakit kepala. Jadi pada 1947, Inggris menyerahkan tanggung jawabnya atas Palestina ke tangan PBB. PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi 2 negara; negara Arab dan negara kaum Yahudi, di mana Yahudi mendapatkan 55% lahan.

Padahal jumlah Yahudi saat itu hanya sepertiga dari populasi, dan sebagian besar baru tiba dari Eropa beberapa tahun saja. Maka rakyat Palestina dan bangsa Arab pun menolak. Sedangkan Zionis menerima ususlan PBB. Tetapi yang diterima Zionis hanya mengenai pendirian negara Zionisnya, tidak setuju dengan jumlah lahannya. Mereka ingin lebih banyak lagi.

Tahun 1948, milisi Zionis menggempur dan merebut desa-desa dan kota-kota rakyat Palestina, yang menyebabkan ribuan rakyat palestina tak memiliki tempat tinggal dan tanah air. Zionis terus memperluas wilayah sebanyak mungkin dan membersihkan wilayah tersebut dari orang-orang Palestina

Di hari yang sama ketika Inggris hengkang dari Palestina, Zionis memproklamasikan berdirinya negara Israel. Jutaan warga Palestina kehilangan negaranya dalam semalam. Dan yang paling aneh adalah beberapa saat setelah itu, kedua negara super power di masa itu; AS dan Uni Soviet, langsung mengakui keberadaan negara Israel.

Puncaknya, 15 Mei 1948 menjadi salah satu hari tergelap dalam sejarah Palestina. Mereka menyebutnya Nakba (malapetaka). Kehilangan negara, identitas, dan rumah dengan begitu saja merupakan hal yang sangat mengerikan.

Namun, hal itu pun belum cukup bagi lelaki, wanita dan anak-anak palestina. Mereka masih harus menghadapi pembersihan etnis dari tanah air mereka, sampai mereka benar-benar musnah dari muka bumi.

Jadi, berdirinya negara Israel tidak hanya berarti bahwa 1.9 juta rakyat palestina harus terusir dari rumahnya, tidak hanya berarti bahwa 78% bangsa asli palestina dikeluarkan dari tempat asalnya, tidak hanya berarti bahwa 530 desa dan kota di palestina dihancurleburkan lalu disterilkan dari penduduk Palestina, dan tak hanya berarti pembunuhan terhadap 15.000 orang Palestina secara biadab.

Berdirinya negara Israel berarti sebuah permulaan atas sesuatu yang jauh lebih mengerikan bagi rakyat Palestina, yaitu upaya pendudukan selama lebih dari 70 tahun, penghancuran permukiman, penangkapan dan pemenjaraan sewenang-wenang, ekspansi warga Israel, pemeriksaan militer, kontruksi dinding-dinding pembatas, diskriminasi, pembantaian masal, pengeboman rakyat sipil (lelaki, wanita dan anak-anak) tak bersalah di rumah mereka sendiri. 

Jadi, rumit? Tidak. Ini bukan hal yang rumit. Rakyat palestina adalah orang-orang yang selama ini tertindas dan terjajah, yang tanah airnya diambil paksa, dan sejak saat itu (73 tahun) menderita hingga kini.

Palestina-Israel bukan sebuah perang antar dua negara, apalagi konflik.

Perang batu berati perang dengan melemparkan batu kepada lawan. Perang kimia berati perang dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk kekuatan militer. Dengan kata lain, perang berati kedua belah pihak menggunakan senjata yang sama alias seimbang sebagai alat tempurnya.

Pertanyaannya, adakah sama kekuatan dan jenis senjata Palestina dan Israel? Yang satu pakai batu, lawannya pakai senjata api, gas air mata, bom asap, granat, dan bom.

Yang satu hidupnya dalam blokade, tak punya angkatan laut, tak punya angkatan darat, tak punya tank ataupun akses ke artileri berat, lawannya punya senjata nuklir yang didanai para pembayar pajaknya AS berjuta-juta dolar, punya beberapa perlengkapan militer paling canggih dan paling kuat di dunia.

Kalaupun di sebut perang, maka Palestina dan Israel adalah perang kemerdekaan, perang melawan penjajahan.

Jika masih ada yang menyebut Palestina dan Israel sebagai perang antar dua negara, apa lagi konflik, maka sesungghnya Anda telah termakan propaganda Zionis yang mainannya mendistorsi sejarah  dan ‘playing victim’.

Jadi, Palestina- Israel adalah hal rumit? Tidak. Ini bukan hal rumit. Zionis Israel adalah pihak yang selama ini menindas, menjajah dan yang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

Jika sebagai warga negara Indonesia yang jelas-jelas dalam pembukaan UUD ’45 dinyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemansiaan dan peri-keadilan.”, maka sudah saatnya kita buka mata, bangun, dan bersuara untuk para manusia di Palestina.

Apa yang bisa kita bantu lakukan?

Sebarkan kekejaman zionis agar dunia tahu apa yang sebenarnya selama ini telah dan sedang terjadi. 
Terus mengedukasi orang-orang sekitar.
Boikot produk-produk Israel dan produk-produk pendukung Israel.
Desak pemerintah untuk mendesak para pemimpin negara-negara pendukung Israel supaya mengehentikan dukungannya ke Israel.
Menggalang dana dan donasi untuk Palestina.

"You take my water, burn my olive trees, destroy my house, take my job, steal my land, imprison my father, kill my mother, bombard my country, starve us all, humiliate us all but I am to blame, I shot a rocket back.” -Noam Chomsky-



Sumber: 

Aljazeera.com

Onepath.com

https://mojok.co/kar/esai/pengalaman-ketemu-hamas-di-palestina-dan-bekal-kamu-untuk-debat-dengan-akun-pro-israel/

Kbbi.web.id

Pinterest.com


#freepalestine #savepalestine #freedomforpalestine #westandwithpalestine #selamatkanpalestina #kemerdekaanuntukpalestina

Efek Samping Mandi Pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash

Prolog:
Apabila kamu adalah tipe mahkluk yang kulit dan mood-nya sensitif perihal melangsungkan rangkaian ritual permandian, maka kamu sebaiknya hati-hati dengan produk Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash ini. Kenapa? Karena mandi dengan sabun cair Vitalis, pelan-pelan akan meracuni dan mengikis prinsip hidupmu yang kira-kira redaksinya

"Hemat air pangkal kaya, jadi mandi sehari sekali aja"😁 
atau, 
"Mumpung di rumah aja, mandi ya sekali aja".😁

Jadi sebenarnya artikel kali ini bisa dikatakan ditujukan bagi kita; para praktisi yang cukup dan terlalu sayang sama keringat di badannya😁.

Apa saja efek samping mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash?



Jangan mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash kalau kamu gak mau mengalami hal ini:

Jadi rajin mandi



Percayalah, aku sudah jadi korbannya. Di kediamamku, makhluk yang paling rajin mandi selain ayam-ayam emakku, ya emakku. Sehari minimal 3 kali. Normalnya 5 kali sehari.

"Kalau soal mandi, gak adaaaklah anak Mamak yang keturunan Mamak. Kapaaanlah...",

Sambil senyum-senyum ‘helpless’, mantra penyentil ini hampir gak pernah absen terucap tiap hari kalau udah lewat jam 12 siang dan kami belum ada yang mandi.

Dan tadaa...ternyata, seorang anaknya berubah sejak negara api menyerang, eh sejak ada yang berbaik hati menghadiahi paket Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash. Yaps, that's me.

Hari pertama mencoba yang merah muda; White Glow, wanginya langsung mengingatkanku sama parfum vitalis yg di zaman-zaman kuliah dulu sempat  beberapa botol ku koleksi. (Tahulah ya kan itu mandinya sekitar jam berapa😅)

Nah, sorenya, selesai nyapu-nyapu cantik, dan lari-larian singkat dalam rangka menggiring para ternak emak kembali ke kandangnya (supaya mereka tak sempat nyolong daun ubi pagar tetangga), badan terasa agak keringatan, dan terceplos, "Ah, mandilah". Sambung emak di sebelah, "Tumben".

TernakEmak pulang petang
Dan selama sepekan kemudian, ku dapati diriku jadi mandi 2 kali sehari tanpa ada bolong-bolongnya. Dan mandinya sengaja ganti-ganti varian Vitalis-nya. Bahkan kini gak mesti tunggu harus jam 12 dulu baru mandi, dan meski sore gak keringatan ya tetep aja mandi. Sungguh sesuatu.

Mood terubah karena terhirup aroma parfumnya


Pernah baca dan agaknya tersimpan di memori jangka panjang bahwa indera yang paling sensitif adalah penciuman. Makanya aroma sesuatu lebih cepat mengingatkan kita akan hal-hal tertentu.

Dan aku agaknya adalah salah satu tipe manusia yang dianugerahi indera pembauan yang sedikit lebih sensitif dibanding para manusia di sekelilingku. Entah pun karena ini makanya beberapa orang menyebutku alergi debu. Padahal ya ku bukan tipe orang yang pembersih-pembersih amat. Yang amat pembersih itu mah, Emaknya Nua. Standar penampakan kamar amat berantakan versi Ibunya Nua adalah standar penampakan normal kamarku. Mari kita akhiri curcol ini😅.

Kembali lagi, dari 3 varian Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash, yang botolnya warna merah muda; White glow (Skin Brightening) yang mengandung Licorice dan susu untuk membantu mencerahkan kulit, di aku wanginya mengingatkan masa-masa kuliah  dulu, semacam membangkitkan memori masa lalu.


Sementara yang hijau; Fresh Dazzle (Skin Refreshing) mengandung jeruk Yuzu dan teh hijau, sesuai dengan namanya, memang buat mood terasa segar begitu.


Nah, sedangkan yang ungu; Soft Beauty (Skin Norishing) mengandung Alpukat dan Vitamin E unutk membantu menutrisi dan melembabkan kulit, di aku jadi menenangkan gitu, berasa nyaman. Si ungu ini yang paling daku suka.

Ditempeli aroma parfumnya sejam setelah mandi


Bagi kamu yang tak suka kalau abis mandi ada wangi yang mengikuti kemana-mana, jangan sampai kamu mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash lah pokoknya, karena wanginya bakal nempel di kulit sampai kurang lebih 1 jam kalau kamu tak keringatan.

Kalau emakku paling gak tahan ditempeli aroma solid* di kulitnya. Untuk menghilangkan bau solid yg menpel di kulit tangan, setelah pakai sabun, beliau biasanya mencuci tangannya dengan jeruk Kasturi.

(*Solid a.k.a bungkil kelapa sawit yang sudah direbus dan digiling, biasa dijadikan pakan ternak. Kalau di Aek Loba biasanya dijadikan pakan tambahan untuk lembu. Aromanya ketika baru keluar dari pabriknya, beraroma macam jagung rebus, kalau udah lebih dari 2 hari di udara terbuka, jangan ditanya aromanya, sungguh sesuatu. Karenanya juga disebut tanah belendet /e dibaca seperti pada kata betul/. Jika solid di biarkan di udara terbuka, sepekan kemudian akan menghasilkan ulat-ulat yang kami sebut belendet di sini.)

Penampakan solid yang udah digonikan :D
Nah, tadi setelah ikut jadi TKTI (Tenaga Kerja Tak bergajI) alias kerja bakti memuat solid ke dalam karung supaya tahan lama, ku iseng mencoba cuci tangan pakai sabun cair Vitalis yang ungu tanpa pakai jeruk Kasturi lagi setelahnya. Dan ternyata aroma solidnya gak tercium sama sekali, tergantikan oleh aroma parfumnya. Alhamdulilllah.


Oiya, kalau yg ungu, setelah mandi, entah kenapa di kulitku wanginya jadi ada semacam aroma-aroma baby begitu. Dan kalau tercium aromanya ku merasa bahagia 😁.


Ketagihan mandi sampai pada tingkat yang merasa bersalah kalau gak mandi


Nah, efek terakhir ini adalah yang paling berbahaya untuk para mantan praktisi mandi sehari sekali aja.

Setelah lebih dari sepekan terbiasa "rajin mandi", baru tadi ku merasakan kalau sampai gak mandi, bakalan gak enak perasaan.

Pasalnya, bakda Juhur tadi, ketika seperti biasa ku ikut melepas keberangkatan 6 ekor ternak emak untuk diangon, sebuah insiden kecil terjadi.

Ketika sedang asik berlari-lari kecil menggiring ternak berkaki empat itu, tetiba seonggok sisa batu padas mengolengkan duniaku. Dan ku pun terjerembab dengan kedua tangan dan lutut mendarat lebih dulu di bumi. 3 detik kemudian barulah terasa perih di ujung jempol kaki dan bagian tubuh lainnya yang lecet bersinggungan dengan tanah.

Batu bertuah
Sasampainya di kamar mandi, luka-luka kucuci dengan sabun. (Karena terambilnya Vitalis yang ungu, jadi ya sekalianlah cuci tangan pakai sabun cair Vitalis, baru kemudian mencuci lika-lukanya). Pertolongan pertama setelah dikeringkan ya seperti biasa kalau terluka, minyak karo. Pedddih.

Nah, pas pedih itu, terbersit di kepala "Iss...payah lah nanti mandinya. Masak ku gak mandi nanti? Gak enak laaa😐"

Lalu ku mencoba berpikir waras, "Eh, kok bisa mikir gitu yak? Dulu-dulu gak mandi sore ya gak apa-apa, ini kok..?😅 Apakah kubenar-benar sudah teracuni oleh Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash ini?”

Jadi, saudara-saudari seperdunia permandian yang budiman, jangan coba-coba mandi dengan Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash kalau tak mau jadi korban sepertiku.

Pertanyaannya, bagaimana kira-kira efeknya Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash pada kelompok manusia yg tak sayang sama keringatnya ya?

Epilog :

Me    : "Mak, mandi pakai apa?"
Emak: (baru keluar kamar mandi, senyum-senyum) "Mandi pakek
            sabun Tiwi yang wangi itu la"

Salam Mandi Parfum
Salam wangi😁

Membangun Generasi Anti Hoaks dari Keluarga Berliterasi

Siapakah manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan?

Jika kamu menjawab Neil Amstrong, maka kita adalah dua dari mayoritas penduduk Bumi yang berstatus sebagai korban hoaks ilmu pengetahuan.

Apakah kamu salah satu (mantan) “pengikut terpaksa” dari teori Darwin yang mengatakan bahwa nenek moyangnya manusia adalah manusia purba?

Apakah kamu salah satu yang secara otomatis terpikir “Hei, jangan sering-sering makan jeruk nipis, jeruk nipis itu sangat tajam. Nanti luka lambungnya!”

Jika kamu menjawab iya untuk dua petanyaan terakhir, maka lagi-lagi kita adalah golongan generasi korban hoaks dunia. Setidaknya saya dan banyak manusia yang saya kenal ada di golongan itu.

Di tulisan kali ini saya tidak akan membeberkan fakta-fakta tentang pendaratan Neil Amstrong dan kedua rekannya 50 tahun lalu tersebut, atau memaparkan bantahan ilmiah mengenai teori evolusi, dan bukan pula membahas bagaimana jeruk nipis bersifat basa di lambung kita. Om Google punya informasi lengkapnya di ujung jemari kita.

Artikel ini sengaja ditulis karena kegerahan saya dengan kondisi mayoritas penduduk bumi Pertiwi yang kesehariannya cenderung menjadi konsumen gampangan dan pelaku penyebar hoaks tanpa disadari. Menyerap dan menyebarkan hoaks telah menjadi semacam aktifitas yang mendarah daging. Khususnya pada generasi milenial.


Berapa banyak dari kita yang membaca tuntas sebuah broadcast pesan whatsapp sebelum kembali membaginya ke grup lain? 

“Malam ini akan ada serangan bla bla bla…Sebarkan informasi ini supaya bla bla la…”

Padahal 1 tahun lalu kita pernah mendapatkan pesan yang tak berbeda titik komanya pun saltiknya.

Berapa banyak dari kita yang menjadikan broadcast pesan whatsapp sebagi materi untuk disampaikan pada kajian dan kelas-kelas yang kita bawakan, tanpa pernah menelisik keabsahan referensi di pesan tersebut. Atau bahkan pesan tersebut tak ada referensinya. Hanya karena si pengirim pesan dikenal sebagai ustad di tempat kerja, atau ketua di komunitas yang diikuti.

Cukuplah seseorang dikatakan pendusta ketika dia menyampaikan semua yang dia dengar. (HR. Muslim).

Ingat, anak-anak juga bagian dari masyarakat. Tanpa kita sadari kita mengasuh buah hati kita di lingkungan yang berseliweran hoaks. Lebih tepatnya mereka dibesarkan dengan di jaring-jaring hoaks. Karena kita sebagai orang tuanya adalah gerbang masuknya hoaks.

Maka sepatutnyalah peran orang tua dalam menyaring informasi yang layak dikonsumsi anak, tidak hanya bersih namun juga menyehatkan jiwa mereka. Supaya tak ada lagi korban hoaks ilmu pengetahuan seperti saya.

Mengutip Nasihat Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal sebagai Buya Hamka, ada beberapa tingkatan bagi orangtua dalam mengasuh anak sejak lahir hingga dewasa;

Pertama, saat anak menyusu, orangtua harap mengawasi makanannya.

Kedua, ketika anak mulai banyak bertanya tentang hal ini itu di sekitarnya, orangtua hendaknya membantu membuka akal dan wawasan, serta contoh yang baik.

Ketiga, ketika anak beranjak besar dan menjadi remaja, inilah masa perjuangan. Pengawasan orangtua di masa remaja ini sangat mempengaruhi arah hidup anak.

Keempat, ketika telah tiba saat anak mampu mandiri, beri ia kepercayaan, sebab tak selamanya anak harus di bawah pelupuk mata ayah ibunya.

Di era milenial yang seyogyanya internet bagaikan nyawa ini, meyajikan informasi ramah anak menjadi tantangan tingkat tinggi bagi orang tua. Selain media baca yang bergizi dan tontonan multimedia yang menginspirasi, gaya bahasa dan komunikasi juga merupakan sarana edukasi yang menentukan akan jadi seperti apa generasi negeri ini nanti.

Apakah akan menjadi tipe generasi yang kerap menanyakan “Kapan acaranya?” Atau ”Ingin gabung jadi anggota, bagaimana cara daftarnya?”, karena malas membaca tuntas pengumuman info kegiatan yang padahal telah dibuat mendetail lengkap dengan infografisnya.

Atau tipe generasi membeo alias ikut-ikutan tanpa paham benar apa yang diributkan.

Atau tipe generasi yang cerdas berliterasi, yang tak gampang terprovokasi oleh informasi, yang tidak langsung panik oleh narasi sedetik, yang tidak buru-buru ikut-ikutan sebelum paham konteks yang sedang dipersoalkan, Namun menelisik, mencermati dan mengonfirmasi keabsahannya dari sumber yang autentik. Karena sejatinya anak-anak merupakan peniru handal.

Menurut hasil survey yang dikeluarkan oleh CSSU (Central Connecticut State University) pada 2016, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara pada studi World’s Most Literated Nation”. Indonesia masih unggul dari satu Negara, yaitu Botswana. Di peringkat teratas ada Finlandia, disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman. Maka agaknya negeri kita sedang berupaya kembali membangkitkan budaya literasi di setiap sisi kehidupan.
Literasi bukan hanya sekedar mengenai minat baca. Dilansir dari Wikipedia, literasi merupakan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian sehari-hari. Jadi literasi berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan berbahasa.

Dengan kata lain, literasi merupakan mental. Ia tak dapat dibangun sekadar dengan sekolah dan buku-buku belaka. Minat baca saja tidak cukup untuk membangun masyarakat cerdas literasi, namun antusiasme membaca merupakan dasar untuk itu. Karena dengan kemampuan membaca, penyerapan informasi dan proses berpikir akan lebih mudah dan terarah.

Maka membentuk generasi yang cerdas literasi tentunya harus dimulai dari keluarga lebih dahulu.

Berikut ini beberapa tips dalam mengenalkan dan mengembangkan literasi dalam keluarga di era milenial yang dapat kita lakukan.

- Pastikan buku-buku bacaan anak aman dari infiltrasi berita hoaks. Dengan kata lain orang tua telah lebih dahulu membaca buku bacaan yang akan disajikan. 

- Membuat perpustakaan keluarga di rumah. 

- Membuat jadwal membaca dan mendongeng bersama. 

- Membudayakan kegiatan diskusi dalam keluarga. 

- Melakukan permainan edukatif dan interaktif seperti scrabble, monopoli, teka-teki, dsb.

- Membudayakan memberikan buku sebagai hadiah. 

- Menjadikan toko buku sebagai salah satu destinasi tamasya keluarga. 

- Membudayakan menulis buku harian dalam keluarga. 

- Membatasi penggunaan gawai di keluarga, khususnya ketika berkumpul bersama keluarga. 

- Membiasakan menggunakan bahasa yang bersifat positif dalam berkomunikasi. 

Bagaimanapun juga menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Maka sebagai orangtua dan calon orangtua, sudah sewajibnyalah kita membekali diri sedini mungkin. Karena zaman terus berubah dan tantangan pasti bertambah.

Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka bukan hidup di zamanmu. (Ali Bin Abi Thalib).

Maka berbahagialah anak-anak yang memiliki orangtua yang cerdas literasi. Karena otak mereka hanya akan terpapar informasi yang sehat dan bergizi tinggi. Sehingga nanti mereka menjadi generasi yang sehat emosi.

Artikel ini diikutsertakan pada lomba kemendikbud #SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga


Referensi:
sahabatkeluarga.kemendikbud.go.id
wikipedia.com
detik.com
eramuslim.com
muslim.or.id

Artikel terkait : Cara Mendeteksi Berita Hoaks dan Penipuan

Duhai Ukhti, Jangan Biarkan Hijab Panjang Membahayakan Nyawamu dan Saudaramu

Tren mode kerudung panjang ternyata juga bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain ketika si pengguna mode kurang penuh tingkat kesadarannya. Seperti halnya penggunaan mode khimar panjang dan lebar yang sedang tren saat ini.

Sejatinya, penggunaan hijab syari bertujuan agar wanita muslim merasa nyaman, aman dan terlindungi dari segala hal yang membuatnya tidak nyaman dan tidak aman di luar rumahnya.

Nah, jadi jangan sampai terbalik. Jangan sampai penggunaan hijab syari ini malah membahayakan nyawa si penggunanya. Kok bisa?

tips aman berkendara wanita berhijab


Pernah gak ketika kamu sedang berkendara di jalanan, tiba-tiba di sebelahmu lewat driver ojek online yang sedang membawa penumpang wanita berkerudung panjang, duduknya menyamping, sedangkan ujung kerudungnya menari-nari di bibir jari-jari ban belakang motor tersebut?

Atau ketika sedang di persimpangan lampu merah, di depanmu ada sepasang suami istri berboncengan. Sang istri mengenakan gamis lebar yang dirangkap dengan celana panjang, sehingga ia bisa duduk dengan nyaman. Kerudung lebar sang istri berbahan kaos tak tembus pandang yang menjuntai dan menutupi lampu sen belakang motornya. Pengendara di belakangnya tak akan tahu apakah si suami menghidupkan lampu sen kanan atau kiri.

Atau di pagi hari saat jalanan sedang padat, dan orang-orang sedang ingin cepat. Di depanmu melintas pengendara wanita mengenakan helm, dengan kerudung panjangnya yang berkibar-kibar diterpa angin. Kau pun jadi khawatir untuk mengambil jalur di sebelahnya, khawatir jilbabnya tersangkut setangmu atau menutupi wajahmu saat mendahuluinya. Dan kau hanya bisa merutuk dalam hati karena usahamu untuk cepat jadi terhambat.

Syukurnya yang di belakangnya adalah kamu, kalau orang lain yang tak sabar mungkin akan tetap menyalip. Dan bukan tak mungkin apa yang kau khawatirkan terjadi. Di keramaian jalan seperti itu, kecelakaan beruntun adalah hal yang mengerikan.

Wahai ukhti, hijabmu seharusnya membuat orang-orang di sekitarmu menjadi tenteram bukan terancam.

Gunakan fesyen di tempat yang tepat. Fesyen yang baik adalah yang tak membahayakan dan membuat nyaman penggunanya.

Nah, berikut 9 tips aman berkendara bagi wanita berhijab.

1. Gunakan jaket saat berkendara. Selain melindungi tubuh dari angin dan terik matahari, melindungi pakaian dari debu jalanan, jaket juga melindungi tubuh jika terjatuh. Selain itu jaket juga akan mengamanan kerudung yang diterpa angin sehingga tidak berkibar kemana-mana saat berkendara.

2. Jika terlanjur lupa membawa jaket ketika berkendara, pastikan kamu menduduki ujung kerudung panjangmu, sehingga ia tidak akan terlalu berkibar, dan juga mengurangi kemungkinan kerudungmu terlilit jari-jari saat sedang bersepeda motor, atau menutupi lampu sen belakang ketika dibonceng.

3. Jika kamu menggunakan gamis atau pakaian yang memiliki fitur tali yang cukup panjang untuk diikatkan (biasanya di bagian pinggang), pastikan kamu mengikatnya/melilitnya hingga tak ada yang menjuntai ketika kamu duduk di motor.

4. Jika model rok atau gamis yang kamu pakai adalah jenis yang memiliki kelok bawah yang sangat lebar, sehingga ketika berkendara sangat memungkinkan untuk masuk ke jari-jari, ada bebera opsi yang bisa dilakukan, yaitu: sebaiknya dipakai saat tiba di tempat saja, atau ujung-ujungnya digulung lalu diikatkan ke pinggang (tapi bajunya pasti jadi lusuh :D), atau ya naik roda empat saja :D

5. Gunakan helm yang memenuhi standar keamanan. Jangan lupa untuk mengaitkan tali/sabuk helm yang di bawah dagu. Sejujurnya seorang kawanku selalu cerewet tentang hal ini. :)

6. Gunakan sarung tangan dan masker debu yang nyaman.

7. Gunakan sepatu yang nyaman. Jikalau mau ke kondangan atau acara yang mengharuskan memakai heels, sebaiknya heels-nya dipakai sesampainya di lokasi saja. Jangan jadikan 'ribet' sebagai alasan berkendara dengan heels ya guys :)

8. Gunakan celana panjang yang nyaman untuk dirangkap dengan gamis atau rok. Dengan begitu kita akan lebih leluasa dalam berkendara, baik posisinya sebagai pengendara maupun penumpang. Walau pun sebenarnya celana panjang merupakan item wajib bagi wanita berhijab meskipun tidak sedang berkendara. Kenapa? Karena kalau gamis atau rok tidak dirangkap dengan celana panjang itu rasanya kemerdekaan untuk bergerak berkurang 75%. Akhwat tangguh pasti paham rasanya :)

9. Tertiblah dalam berlalu lintas. Lampu kuning berati mengurangi kecepatan bukan menambah kecepatan. Kala mau belok ke kiri ya jangan hidupkan lampu sen kanan. Bertelepon saat berkendara tetap melanggar aturan berlalu lintas walaupun kedua tangan tetap pada setang dan handphone-nya nempel di helm, karena selain mengalihkan konstrentrasimu, perilaku ini sangat mungkin mengalihkan konsentrasi pengendara di sebelahmu, misalnya dia jadi berkonsentrasi untuk membegal hape-mu. :)

Nah, itu dia tadi tips aman ketika bermotor untuk wanita berhijab. Semoga bermanfaat. 

tips aman berkendara wanita berhijab

Your choice of fashion shows who you are or who you want to be seen.

May Day, Mayday

Hari ini tepat dua tahun telah berlalu menurut kalender Masehi. Aku ingat ketika itu aku pikir angkot yang kunaiki akan terjebak dalam antrian panjang di jalanan kota. Mengingat hari itu adalah hari "besar" para pekerja yang sebagian besar merayakannya dengan turun ke jalan, untuk menyuarakan keadilan.
Anehnya, aku sadar kalau hari itu adalah hari libur nasional, namun aku baru sadar bahwa jalur angkot yang kunaiki akan melalui titik-titik "perayaan" beberapa saat setelah menjalani statusku sebagai penumpang. Ah, lagi-lagi pasokan oksigen ke otakku butuh dipacu dengan olahraga yang kian enggan kulakukan.
Ternyata perkiraanku meleset. Angkot yang kutumpangi mengalami rekayasa lalu lintas. Ia mengikuti perubahan jalur seperti instruksi pak polisi, hingga sama sekali tak terjebak euforia perayaan tersebut. 

Hanya kecepatannya yang melambat. Bahkan waktu  tempuh untuk melewati Jalan Adam Malik ke bundaran SIB hingga Plaza Medan Fair hari itu lebih cepat dari biasanya. Tanpa macet lampu merah yang berarti.
Sebuah awal hari yang mengesankan sebagai pemulai awal-mulamu.
Akhirnya tiba juga kami yang memiliki waktu luang dan yang meluangkan waktu. Lalu mengumpulkan diri di ruang tamu kediaman saudari kami di Jalan Sewindu.
Setelah menikmati empuknya sofa, akhirnya kami merasakan bahwa lantai lebih menggoda. Ditemani papan tulis kecil dan seperangkat alat coret-coretnya, es pentol warna warni dan bayi-bayi kucing manja yang hendak beranjak remaja. Kompilasi yang sempurna untuk merancang penampilan dan gaya berpakaianmu bukan?
Pertama-tama kami mendesain pakaianmu. Perpaduan klasik dan mode masa kini namun tetap sesuai tuntunan syariat. Begitulah kesepakatan kami. Kemudian kami memilih jenis kain yang enak untuk kau gunakan, warna yang akan kau sukai dan menunjukkan kepribadianmu, serta beberapa aksesori yang pantas untuk pakaianmu.
Selanjutnya kami menyeleksi penjahit-penjahit terbaik yang kami miliki. Mereka harus paham dengan selera yang kami inginkan dan yang paling penting bersedia dan berkomitmen untuk menyelesaikan pesanan. Menjahit pakaianmu sampai tuntas. Karena pakaian-pakaian itu yang akan kau gunakan selama 2 tahun.
Terakhir, kami memilihkan binatu terbaik untuk pakaian-pakaianmu nanti. Setelah semuanya setuju, kami menyerahkan bagian masing-masing kepada penjahit dan binatu.
Seiring berjalannya waktu, satu-persatu unit pakainmu selesai dijahit. Di bulan pertama, pesanan kami tiba tepat waktu. Lalu di bulan-bulan setelahnya ada beberapa pakaianmu yang di antar ke kediaman kami. Namun ternyata ada sebagian kancingnya yang belum terpasang. Mungkin penjahit kami melewatkannya.
Bulan selanjutnya, bagian lehernya tidak dijahit pinggir sehingga benangnya menjuntai keluar. 
Sepertinya beberapa penjahit kami sedang banyak pesanan hingga mereka cukup sibuk dan melupakan bagian tersebut.
Dan bulan-bulan selanjutnya kian banyak bagian yang tak selesai dijahit. Hingga akhirnya sebagian penjahit kami tak lagi datang mengantarkan pakaianmu. Sedangkan beberapa penjahit lain ada yang menyelesaikan beberapa pakaian yang tidak sesuai dengan gayamu, bahkan sangat jauh dari kepribadianmu, sehingga kau tak sanggup untuk memakai pakaian tersebut. Begitu pula halnya yang terjadi pada bagian binatu.
Beberapa penjahit dan binatu kami menyarankan solusi untuk mencari penjahit dan binatu yang lain. 
Kami pikir itu adalah sebuah jalan keluar yang masuk akal. namun, pencarian kami tak membuahkan hasil memuaskan, sampai akhirnya kami yang tersisa memutuskan untuk mengerjakannya sendiri. 

Beberapa dari kami memang pernah ikut kursus menjahit, sedangkan binatu, kami terbiasa mencuci sendiri. Ada yang menggunakan mesin ada juga yang manual. Menyetrika, Insya Allah kami cukup terlatih.
Dan akhirnya kami yang tersisa menangani penampilan dan gaya berpakaianmu, hingga kini. Sering ketika musim hujan tiba, kau harus bersabar menunggu sepatumu kering, atau ketika listrik sedang dipadamkan bergilir dan kami lupa menyetrika pakaianmu, kami akhirnya memilihkan pakaian yang tingkat kusutnya minimalis. Ya, beberapa bahan pakaianmu anti kusut. Hingga teman dan kenalanmu tak ada yang tahu kalau pakaianmu tidak disetrika.
Memang tak bisa dipngkiri bahwa banyak pihak yang juga ingin ambil alih melayanimu karena mereka juga adalah bagian dari keluargamu dan mereka juga memilikimu. Tak jarang yang berfikir kenapa mereka tidak dilibatkan dalam melayanimu atau mengapa mereka hanya diajak untuk sekedar menemanimu dan berbincang-bincang denganmu saja.
Yang sesungguhnya, dari lubuk hati yang paling dalam, kami selalu mengajak kalian untuk turut serta berbakti padanya. Namun sadarkah kalian kalau kalian sering mengabaikan undangan-undangan yang tak pernah alfa kami berikan sejak awal mula bahkan hingga kini? Mulai dari jenis pengabaian dengan tidak berkabar sama sekali, berkabar tiba-tiba tidak bisa membersamai, hingga yang kerap berjanji meluangkan waktu namun selalu mengingkari.
Kami, ah tidak, lebih tepatnya aku. Aku sadar dan paham bahwa tiap-tiap kita pasti memiliki prioritas dalam hidup. Mereka punya prioritas, begitu pula aku. Pun kami dan kamu.
Ketika kami memprioritaskan meraka namun ternyata kami bukanlah prioritas mereka, bukankah kami melakkan hal yang sia-sia? Sementara ada mereka-meraka lain yang ternyata memprioritaskan kami. Artinya kami telah melakukan hal yang sia-sia dengan menyia-nyiakan mereka-mereka yang lain ini. Bukankah menurtmu juga begitu?
Maka, ketika menemui masa senang, wajar jika yang kami ingat adalah mereka-meraka yang sama berjuang di masa sulit bukan?
Masa senangmu, mungkin begitu mereka menyebutnya.
Percayakah kamu, bahwa jika kita fokus mengabdikan diri pada sesuatu, baik itu hobi, kesenangan, pekerjaan, atau apapun bentuknya, akan ada saat-saat ketika kita mendapatkan sesuatu  yang bentuknya akan kita anggap sebagai bonus?
Orang lain akan melihatnya sebagai sesatu yang mewah atau luar biasa, sedangkan kita akan menganggapnya sebagai bonus. Dan ketika kita menggunakan bonus itu atas namamu, saat itulah mereka akan berkata bahwa mereka tidak diajak turut serta atau redaksi serupa hanya untuk kalangan tertentu saja atau yang itu-itu saja.
Coba pikir, apakah wajar ketika sebuah bonus ekslusif mewakili namamu diberikan kepada mereka yang memiliki catatan cacat pada penepatan janjinya? Atau pada mereka yang hanya terlihat di saat-saat kita bahagia?
Apakah kalimat-kalimatk cukup jahat sebagai manusia?
Aku hanya berusaha berpikir logis, realistis dan humanis di saat yang bersamaan. Aku yakin jika mereka berada di posisiku, sebagai manusia yang punya hati, mereka kurang lebih akan melakukan hal yang sama. Dan aku bisa mengerti cara pandang mereka karena aku juga pernah berada di posisi mereka. Maka, maukah kalian mengambil posisiku agar kalian tahu bagaimana rasanya?
Karena mau tidak mau, kami harus beregenerasi. Dengan begitu, barulah kau dikatakan hidup. Dan dua tahun adalah masa ideal untuk berganti penerus. Kami akan terus berada bersamamu, namun giliran anggota keluargamu yang lain yang akan mendesainkan gaya dan penampilanmu untuk 2 tahun kedepan.
Maka, kuralat kembali petanyaanku di atas. Maukah kalian mengambil posisi kami untuk meneruskan perjuangan dakwah Ia yang kita cinta?
May Day. Mayday.

1 Mei 2018. Dua tahun FLP Medan.


Aku dan FLP
2 Tahun FLP Medan:Apakah kepala dan kaki kita masih sehat(i)?

Blogger Medan, MPR-RI dan 4 Pilar: Bicara Baik-baik

"Kak, Tanggal 20 ada agenda?"


Berawal dari undangan via Line dari Bambang di sebuah sore di bulan April. Dan berakhir dengan kesediaanku menghadiri undangan tersebut setelah mengonfirmasi beberapa hal yang menurutku krusial. Seperti topik yang akan dibahas, karena yang mengundang adalah MPR-RI, agenda acara, dan yang juga tak kalah penting adalah lokasinya, berhubung acaranya berlangsng pada malam hari. Alhamdulillah, lokasinya di pusat kota. Artinya tak terlalu jauh dan mengkhawatirkanku yang pasti akan pulang larut.

Oh iya, Bambang, begitu aku dan beberapa teman menyapanya sejak hari pelantikan jabatannya, tak lain dan tak bukan adalah Arif, Ketua Blogger Medan periode 2018-2019.

Hari H pun tiba. Disebutkan bahwa registrasi acara dibuka sejak pukul 18.00 WIB. Aku berangkat sekitar pukul 16.40 dari rumah. Estimasi jarak dari rumah ke lokasi acara sekitar 15 menit dengan motor dan 40 menit dengan angkutan kota, sudah termasuk durasi kemacetannya jika tidak sedang hujan.

Sengaja ku berangkat lebih cepat karena memang bermaksud tiba lebih awal, berhubung seorang temanku bermaksud mengantarkan paket yang kupesan beberapa waktu lalu ke lokasi acara. Selain itu jalanan pasti akan tersendat di jam tersebut. Alasan lainnya adalah untuk mengantisipasi hujan yang  mungkin turun (tepat ketika aku akan berangkat) jika aku memilih untuk tiba tepat waktu. Yah, beberapa hari terakhir, hujan deras kerap turun setiap sore dan malam hari.

Dan apakah aku berhasil tiba seperti yang kuperkirakan? Ternyata tidak. Manusia berusaha sebaik-baiknya, Tuhan yang menentukan yang terbaik. Perjalananku cukup bergenre drama sore itu. Butuh beberapa lama bagiku untuk menanti angkutan kota yang menuju lokasi. Akhirnya yang ditunggu tiba. Begitu naik, aku disambut dengan asap rokok dari dua orang penumpang dan sang supir. Aku baru sadar kalau aku lupa membawa masker di jaketku, sedangkan masker cadangan berada di ransel yang satu lagi.

Drama berlanjut. Tiba di pertamina Yos Sudasro, Pak supir mengomandokan agar semua penumpangnya menyambung angkutan yang lain, karena ia akan berbalik arah. Padahal perjalanan belum sampai seperempatnya. Jadi aku menunggu selama itu hanya untuk diturunkan dan menunggu lagi?

Hujan mulai turun dan angkutan yang ditunggu tak kunjung tiba. Memesan Gojek pun tidak efektif karena derasnya hujan. Waktu terus berlalu. Hujan mulai reda namun masih belum kondusif untuk memesan gojek, hingga akhirnya angkutan yang langka itu muncul. Sebelumnya ku pastikan pada pak supirnya jika ia benar-benar akan menyelesaikan rutenya.

Baru tiga menit berada kembali di dalam angkutan umum, sang angkutan pun terjebak kemacetan sampai tingkat yang menjemukan. Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB. Hujan telah reda, dan aku telah membuang banyak waktu dengan hasil terjebak di kemacetan. Oke, aku membuka Google map, mencari posisiku dan mengira-ngira titik pemberhentian terdekat ke lokasi. Dan aku memesan Gojek.

Aku turun dari angkutan, dan mendapati satu menit kemudian jalanan lancar, sangat lancar malah. Hingga ketika sang pengendara Gojek tiba dan sepanjang perjalanan ke Hotel Grand SwissBell, aku hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat hal-hal yang telah kulalui. Kira-kira apakah hikmah dibalik semua drama sore ini?

Pintu lift lantai dua terbuka. Aku disambut  oleh beberapa teman Blogger Medan yang hendak turun ke lantai area parkir untuk sholat maghrib. Aku menuju meja registrasi. Sepertinya banyak yang terjebak hujan sore itu sehingga para peserta juga baru tiba. Apa mungkin cerita mereka sore itu juga bergenre drama?

Baiklah mari kita akhiri pembukaan panjang bergenre curhat ini.

Apa yang dibahas MPR RI dan Blogger Medan sebenarnya?

 

Blogger Medan Mpr-ri
Sang pewara (tebak namanya), Ibu Siti Fauziah (Kepala Biro Humas MPR-RI), dan Pak Andrianto Majid (Kepala Pengolahan Data dan Sistem Informasi, Setjen MPR-RI)

Pertanyaan ini telah mondar-mandir sejak aku mengiyakan undangan waktu itu. Informasi yang ku dapat adalah topik yang dibahas seputar media. Apakah akan membahas tentang etika bermedia sosial? Atau MPR sedang menyosialisaikan program kerjanya dan mereka butuh menggandeng blogger sebagai pendukung progjanya?

Ternyata prediksi keduaku tepat. MPR-RI menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng  Warganet memang merupakan salah satu bentuk pengaplikasian program kerjanya dalam menyosialisasikan penerapan 4 Pilar. Kegiatan ini rencananya akan dilakukan di kota-kota besar seluruh Indonesia, dan Medan adalah kota pertama.

4 Pilar? Apa itu?


Bukan kamu saja yang mulai mengerutkan wajah, aku juga. Sama sekali tak punya bayangan apa itu 4 Pilar ketika Ibu Siti Fauziah, Kepala Biro Humas MPR-RI menyebutkannya pertama kali. Ah, atau jangan-jangan hanya aku saja yang tak punya gambaran sama sekali?

Lebih lanjut dipaparkan bahwa 4 Pilar terdiri dari : Pancasila, UUD '45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Sampai di sini, aku masih mencoba menerka-nerka arah pembahasan. Sepertinya akan jadi pembahasan yang cukup serius dengan slide-slide yang membosankan. pikirku.

Tapi ternyata dugaanku meleset. Diskusi berlangsung santai dan menyenangkan. Malah sama sekali tidak ada slide-slide menjemukan seperti yang ku prediksi. Layar slide hanya berisi tampilan unggahan Instagram para peserta diskusi malam itu.

Pembahasan lebih menyangkut bagaimana selayaknya dan sebaiknya etika berinteraksi dalam menjalankan kehidupan di dunia siber. Mengingat belakangan ada banyak pihak berkepentingan yang sengaja menyebar berita-berita hoaks, sedangkan pengguna media sosial dengan mudah terpapar dan dibuat bingung dengan isu-isu yang ada.

Maka warganet dihimbau untuk cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. Jangan mudah percaya pada suatu berita atau langsung terhasut pada suatu isu. Teliti juga sumber lainnya. Karena jika berita yang sama dari satu sumber berbeda dengan dari sumber lainnya, maka bisa dipastikan ada yang tidak benar dengan berita tersebut. Semakin banyak referensi maka semakin baik. Begitu kira-kira inti yang disampaikan Bu Siti Fauziah.

4 Pilar
Ciee...ada yang yang terkena candid murni

Nah, mengenai bahasan 4 Pilar tadi, aku baru ngeh dan mendapatkan benang merahnya tentang apa itu sebenarnya ketika Pak Andrianto Majid, yang merupakan Kepala Bagian Pusat Data dan Informasi Setjen MPR-RI, menyinggung kata P4.

Tadinya aku berpikir kalau Istilah dan bahasan 4 Pilar ini dibuat karena kekisruhan politik yang belakangan ini kian memanas. Ternyata bukan. Pokok bahasan 4 pilar ini sudah ada sejak dahulu yang kita (kalau kamu memang seangkatan denganku), ayah ibu, dan juga kakek nenek kita, mengenalnya dengan istilah P4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

Kalau kamu juga tidak familiar dengan P4, mungkin kamu adalah generasi yang mengenalnya dengan PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) atau PKN (Pendidikan Kewarganegaraan). Nah, bukankah itu merupakan mata pelajaran di sekolah?

Dengan kata lain 4 Pilar bukanlah hal yang asing bagi kita bangsa Indonesia. Nilai-nilainya pun sebenarnya telah tertanam dalam darah daging kita. Namun tak dapat dipungkiri bahwa sesuatu yang mendarah daging sekali pun, jika tak dibiasakan untuk diingat secara sadar, dan ditanamkan dalam pola pikir dan laku juga secara sadar, hal tersebut akan tertimbun oleh kebiasaan dan pengaruh lingkungan dari pemilik darah dan daging itu sendiri. Analoginya seperti tokoh Blu dalam film Rio, burung yang lupa caranya terbang karena ia terbiasa menggunakan kakinya.

Lebih jauh, Pak Andrianto Majid juga menekankan bahwa sebagai penduduk siber, kita sebaiknya berlaku bijak dalam membagikan informasi pribadi di media sosial, mengingat semakin bervariasinya bentuk kejahatan siber.

  

Blogger Medan Mpr-ri FLP Medan
Agen Ganda (FLP Medan dan Blogger Medan ) bersama Ibu Siti Fauziah

4 Fakta keren dari acara MPR-RI ngobrol bareng Blogger Medan

 

Sedikitnya ada 4 hal yang menurutku keren dari acara ini. Ini dia.

  1. Antusias peserta yang terdiri dari Blogger Medan, pegiat komunitas dan media ini luar biasa. Kalau Sang pewaranya tak pintar-pintar memotong dan mengondisikan diskusi, bisa-bisa diskusi tetap berlanjut sampai dini hari.
     
  2. Waktu tanya jawab jauh lebih panjang dari pada waktu untuk dua narasumber menyampaikan materi. Jujur, aku selalu angkat topi ketika ada acara yang berhasil memberikan waktu diskusi lebih banyak dari pada waktu penyampaian materi. Apalagi kalau nama acaranya diskusi.
     
  3. Narasumber menrutku berhasil menjawab dan menaggapi pertanyaan dan tanggapan para peserta diskusi dengan sangat baik. Meminjam redaksi bahasanya Bibeh, "Jawabannya nyambung, Kak". begitu kira-kira. Pasalnya berdasarkan pengalaman mengikuti banyak acara seminar dan diskusi, jawaban pemateri cenderung lari dari pertanyaan sebenarnya. Entah karena efek berada di depan umum, atau karena terlalu asik berbicara, atau salah menangkap maksud si penanya. Terlepas sang pematerinya menyadarinya atau tidak.
     
  4. Kesadaran dan proses meralat bahasa yang kerap dilakukan oleh Pak Andrianto Majid itu menurutku keren. Beliau mulai dan berusaha mengoreksi bahasanya secara sadar selepas seorang peserta meralat redaksi bahasa pada latar belakang panggung. Peserta itu tak lain dan tak bukan adalah Bang Anugrah Roby, ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Sumatera Utara. Bang Roby menyinggung perihal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai salah satu wujud nyata dari penerapan nilai 4 Pilar. "Utamakan bahasa nasional, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing", begitu kutipnya.

Beberapa penggunaan bahasa yang beliau ralat misalnya kata online (dalam jaringan), offline (luar jaringan), netizen (warganet), dan mainstream (arus utama). Dan aku senyum-senyum sendiri ketika beliau sesekali mengoreksi dan hati-hati menggunakan pilihan kata tersebut dalam tutur katanya.

Begini sepertinya cara Allah menegurku, dengan dipertemukan pada sosok seorang Pak Andrianto Majid malam itu. Bahwa ketika diingatkan dan merasa satu kritikan dan masukan itu benar dan baik, maka adalah bijak pula untuk tak menunda-nunda memperbaikinya, apalagi sampai mengabaikannya.

Semoga saja tiap-tiap wakil rakyat kita memiliki jiwa dan laku yang seperti itu.

Tak bisa dipungkiri bahwa untuk memulai sesuatu memang tidak mudah. Namun percayalah bahwa untuk tetap konsisten itu jauh lebih sulit.


FLP Medan MPR RI 4 Pilar
FLP Medan dan Pak Andrianto Majid. Si Kyo dan Andre masih sibuk jadi juru foto di ruang sebelah

Saat ini kita menjadi penduduk di dua dunia, dunia nyata dan dunia maya. Cerdaslah dalam bermedia, bijaklah dalam berbudaya. Jika terbentur jangan langsung bertempur. Karena kita bukan hakim. Peran kita menyeru bukan memburu, merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek. Bicara baik-baik dan baik-baik berbicara.

"Bangga sebagai bangsa yang mampu berbicara baik-baik serta baik-baik dalam berbicara, adalah Indonesia". (Randiaputra)

Tak lupa, terima kasih untuk Bambang yang telah repot-repot mengundangku. Sesungguhnya diringankan langkah menghadiri undangan ini adalah berkah untukku. Semoga menjadi amal jariyah buatmu.

Blogger Medan Mpr-ri 4 pilar
Foto bersama usai acara. Ada banyak kamera. Yang mana ka(mera)mu?