Showing posts with label Culinary. Show all posts

Kuliner Medan Ala Al Nazwa Cafe yang Instagramable

Anak kampus UMSU pastinya familiar dong ya dengan Al Nazwa Cafe? Tempat nongkrong yang berlokasi hampir tepat di depan kampusnya.


Nah, ini adalah pengalaman pertama saya mengnjungi Al Nazwa. Seusai kegiatan pembekalan calon anggota FLP Medan angkatan VII, kami diserbu rasa lapar yang datang tepat pada waktu makan siang. Oleh Kyo, direkomendasikanlah Al-Nazwa Cafe ini. Kata Kyo makanannya enak-enak dengan harga standar kafe.
Suasana outdoor dengan nuansa hitam putih

Asriiiii....
Maka kami berempat – Imam, Ririn, Iyik, Kyo dan pastinya saya –pun menyambangi tempat ini. Pertama kali menginjakkan kaki, tata dekorasi tempatnya terasa unik. Ada nuansa cafe, taman, vintage, dan modern dipadu-padankan sedemikian rupa hingga terasa seperti di taman halaman rumah yang asri. Begitu kesan pertama saya ketika melewati lokasi outdoornya dengan tenda khas kafe yang bernuansa hitam putih.

Photo booth nya itu looo....
Saya mengikuti Iyik dan Kyo yang langsung menju ke lantai dua. Di antara tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua ada tempat yang sengaja disediakan untuk spot foto  yang bernuansa tanaman hijau menjalar. Berasa ada  di taman belakang rumah.  Banyak spot untuk membingkai kenangan sepertinya di sini, pikir saya.
Say cheeseeeee...
Dan benar saja, di lantai dua juga ada. Sepertinya Cafe ini sengaja menyediakan semacam photo booth dengan aneka tema. Di lantai dua ada photo booth tepat di depan tangga dan juga di dekat toilet. Hmm... Mungkin filosopinya agar tak membuat bosan pengunjung yang sedang mengantri kali ya :D. Mengantri jadi menyenangkan dengan foto-foto :D.
Kamu mau foto di mana? Di mana-mana instagramable kok
Para penggemar foto pasti tak kan melewatkan tiap spot di sini. It seems that every spot is designed for instagramable photo spot.

Kami memilih ruang VIP yang ber-AC (Ngadem sejenak setelah berpanas-panas tadi :D.).  Di ruangan ini ada pilihan  meja dengan kursi atau dengan sofa. Coba tebak kami pilih kursi atau sofa? Tentunya kami pilih yang ada mejanya. Hehe.. dan juga sofanya :D
Smoking area di lantai 2
Tak lama kemudian pramusajinya memberikan kami buku menu. Kami pun mulai menjelajahi aneka pilihan menu. Saya dan Kyo memilih Nasi Cah Jamur Daging, Imam dan Ririn memesan Nasi Ikan Bakar Dabu-dabu Manado, sedangkan Iyik menjatuhkan pilihannya pada Chicken Curry Ramen. Minumanya apa lagi kalau bukan teh manis dingin (Mandi), minuman kebangsaan orang Medan. Oh iya, Imam mencoba Choco Orange Shake.
Agak ditahan dulu hausnya ya, Mam 😁
Kurang lebih lima menit kemudian, pesanan kami akhirnya mendarat di meja. Nah, selapar-laparnya anak instagram zaman sekarang, mengabadikan foto hidangan sebelum di santap hukumnya wajib. Meminjam kata Ririn, “Kalau belum di foto, sepertinya ada rasa yang hilang”.
Nasi Cah Jamur Brokoli Daging Sapi

Nasi Ikan Bakar Dabu-dabu
Selesai sesi memotret, saatnya menimkati sajian. Dan ternyata rasanya Cah jamurnya itu gimana membahasakannya ya, kuahnya gurih, terus ada hati sapinya yang lembut, dan jamurnya itu berasa jamurnya.Kyo juga mengatakan redaksi kata yang sama. Bersamaan dengan itu Ririn dan Imam yang mencicipi Ikan bakar Dabu-dabu juga berkomentar serupa. Enak. Terus saya pun mencomot menu mereka. Daging ikannya empuk dan gurih, asinnya pas, dipadukan dengan acar rasanya jadi mau mencomot lagi😄. Lalu bagaimana dengan Iyik beserta Ramennya? Dia sudah duluan tenggelam dalam sensasi rasa karenya ternyata :D
Chicken Curry Ramen
Nah, orang bilang, kesan pertama itu tak terlupakan. Dan kesan pertama di Al Nazwa ini adalah kulinernya enak. Sebuah kenangan yang menyenangkan. Jadi ingin untuk mencoba menu-menu lainnya. I would visit this place again and try another taste.
Ada diskonnya juga weeee😄
Nah, kalau kamu jalan-jalan ke Medan dan berniat untuk wisata kulineran, Al Nazwa Cafe bisa jadi referensi. Apalagi jika suka fotografi. Berlokasi di Jl. Kapt. Muchtar Basri No 1 A. Hotel di Medan atau penginapan di sekitar daerah ini juga banyak kok.  Akses ke lokasi juga cukup mudah, ada angkot 125 dan 74 yang melewati jalur ini. Atau kalau tak mau ribet naik angkot bisa pakai jasa sewa mobil di Medan.

Jadi, kapan kamu main-main ke Medan? :D

Gara-gara #MedanBlogFest : Kuliner Medan ini (Ternyata) Terkenal

Kok Bisa? Emang #MedanBlogFest itu apaan, Kak? Kayak Medan Fashion Week Gitu ya?

Ahai, bukan bukan. #MedanBlogFest itu sejenis festival buat para blogger di Medan. Kegiatan ini merupakan gawean Blogger Medan sebagai rangkaian acara anniversary Bloger Medan yang ke 2. Mengusung Judul “BLOG FEST 2 YOU” pada Medan Blog Fest ini, Blogger Medan atau akrabnya disapa BLOG-M berupaya untuk mengenalkan  Medan ke seluruh penjuru dunia.

Wew...Dunia deng. Emang kegiatannya ngapain aja Kak?

Nah, kegiatannya buanyak. Rangakaian acaranya dimulai sejak Desember 2016 hingga puncaknya Februari 2017. Di bulan Desember Blogger Medan Jalan-jajan. Jalan-jalan sambil menyambangi kuliner Medan (yang ternyata) antik, dan juga Jalan-jalan sambil belajar di wisata Mangrove.

Sedangkan di bulan Januari, Blogger Medan featuring beberapa komunitas akan mengunjungi beberapa sekolah di Medan untuk edukaasi seputar internet, menulis, doodling dan juga blog. Nah, kamu kemarin katanya mau belajar doodling ya kan?        

Waaa....Ke sekolah aku juga dong Kaaaak. Plis Plis Pliiis.

Kamu kan 4 tahun lalu udah tamat Dek Manis. --_--

Aiiyaa Kakak, Kan jadi ketauan range umur Awak. Yaudah la, Awak mengalihkan pembicaraan aja. Jadi gimana tadi ceritanya kok bisa gara-gara Medan Blog Fest ini, ada kuliner Medan yang jadi terkenal?

Well, sebenarnya sebelum ada Medan Blog Fest, kuliner yang akan kita bahas ini emang udah terkenal sih. Tapi ya gara-gara ada Medan Blog Fest, pasti menyebabkan mereka tambah terkenal, secara yang ikutan acaranya bakal nulis di blog atau di sosial media. Ya Kan?

Tapi bedanya buat saya adalah, that I don’t even know that they are this famous. Sama sekali tak tahu kalau para makanan ini ternyata seterkenal ini. Jadi gara-gara ikutan Medan Blog Fest inilah baru tahu. (A..Ha..Ha..) Satu lagi bukti nyata benarnya  artikel saya sebelumnya bahwa Blogger Medan Membunuhmu Pelan-Pelan.

Waa... ternyata Kakak katrok juga ya (Kok Awak merasa agak-agak bahagia ya.)

Ehem... Mau gelar “Dek Manis” nya di pensiunkan dini ya?

Waa...ampun Kak. Hehe. Tapi Awak jadi penasaran, Jangan-jangan kuliner yang yang bagi Awak nge-hits banget sejak dulu ini, Kakak juga belum pernah coba, or worse, belum pernah dengar.  OMG.

Apaan Emang?

Maidanii Pancake Durian


Aha, Maidanii rupanya. Yang di samping Bandrek Sahib kan? Kalau ini mah, udah sering dengar, udah beberapa kalai nongkrong di kafenya malah, lewat depan kafenya pun bisa dibilang hampir tiap hari. Secara angkot Kakak pasti lewat. Kan kosan Kakak berada di jalan yang sama, Jl. HM Yamin. Dekat Pula. Jalan kaki juga nyampek ^_^.

Hmm, Jadi bagi Dek Manis Maidanii Pancake Durian ini ngehits ya?

Iya Kak. Pertama kali ke Kafenya bahkan ketika masih di Jl. Perjuangan. Waktu itu Ramadhan, dan kami bareng temen kantor bela-belain jam 5 reservasi tempat, takut gak dapat tempat. Nah di situlah pertama kali nyobain pancake duriannya.

Sebelumnya Awak gak suka pancake durian Kak, karena pernah nyobain ntah di mana (lupa) dan rasanya aneh menurut Awak. Tapi waktu nyobain pancake duriannya Maidanii, barulah Awak ngerti kenapa tag linenya “Lumer di Mulut Pecah di Lidah”, karena pas dimakan emang begitulah sensasi rasanya.        

Photo by Maidanii Pancake Durian
Sejak itu, Maidanii Pancake Durian jadi makanan kesukaan Awak no 2 setelah makanan kesukaan Awak no 1 yaitu durian.  Hehe. Rasanya juga ada yang coklat, strawberry, dan  pandan. Tapi Awak lebih suka yang original. Lebih terasa duriannya.

Menurut Awak sih, di Medan ini yang ngaku penyuka durian, kayaknya gak ada yang belum pernah dengar Maidanii Pancake sih Kak. Kalau pun aksenya jauh, kayak temen Awak di Martubung sana, Ia pakai jasa layanan Go Food waktu semua orang di timelinenya pada ngomongin tentang Sop Durian Maidanii. Mungkin gara-gara tulisan Kakak tentang Sop Durian Muliner Khas Medan ini. 

Iya terakhir kali Kakak ke sana, emang bener banyak abang-abang Gojek yang bolak balik ngantri. Kebetulan waktu itu duduk dekat bagian kasir, jadi terdengar juga yang dipesan para abang Gojek itu. Selain menu durian banyak juga yang pesan nasi goreng, ayam penyet dan ifu mie. Karena di Maidani Pancake Durian gak hanya jual yang ada duriannya.

Nah, Kalau Maidanii Pancake Durian kan udah terkenal, Awak udah kenal lama dan Kakak juga udah lama kenal. Lalu gimana cerita si para kuliner yang gara-gara Kakak ikut Medan Blog Fest, Kakak baru tau kalau mereka ternyata terkenal? Makanan apa sih mereka itu? Jangan-jangan emang cuma Kakak aja yang gak tahu? (evil)

Ahai...bisa jadi :D. Bisa jadi kamu juga gak tahu kalau mereka-mereka ini terkenal. Baiklah siap-siapin pop corn atau camilan ya. Pintu teater 4 telah dibuka. :D

Jadi begini, Minggu Sore, 4 Desember 2016, tepat jam 2, Kakak menginjakkan kaki di samping Masjid Raya. Berdasarkan pengummannya sih titik Kumpulnya di sana jam 2. But I saw no sign of Blogger Medan there. Tak ada tanda-tanda adanya wajah anak Blog M. Jadi Kakak pun jalan-jalan lah dulu. Tak lama ada sosok yang penampakannya seperti Wina berkelebat dengan motonya. Aih, ternyata memang Wina. Singkat cerita, Kakak pun diangkut ke TPA (Titik Perkumplan Awal) sebenarnya. Ternyata beberapa personil udah ngetem di dekat tempat yang entah apa disebutnya ini. Dekat tempat orang-orang berjualan di samping Masjid Raya.

“Rujaknya di mana?”

Pertanyaan yang pertama kali Kakak tanya ketika tiba. Karena sore itu agendanya adalah menyambangi Rujak Kolam dan Bika Padang. Nah, ini dia 2 kuliner legendaris yang Kakak baru tahu kalau mereka ternyata terkenal.

Satu-persatu peserta tiba di lokasi, makin lama makin ramai, seramai gumpalan awan kelabu di atas kepala kami, makin lama makin hitam memberat. Mendung menggantung dan angin mulai membawa aroma hujan.

Setelah daftar hadir terisi, name tag telah terdistribusi, dan tiba saat untuk pergi beraksi, saat itu pula rinai hujan memilih untuk memeluk bumi, hingga kami pun mengungsi ke tenda-tenda yang telah tersedia bukan untuk kami.

“Kami numpang teduh ya, Pak”

Allahumma Soyyaban Naafi’an

Bika Padang (Tek Bika)


Mungkin sekitar sepluh menit berlalu dan hujan telah reda. Konvoi pun dimulai. Tujuan pertama adalah Bika Padang.

Loh Kok konvoi kak? Kakak kan tadi naik angkot?

Iya, dibonceng Kak Ririn. Sukurnya sore itu Ia tak naik angkot juga berhubung SIM-nya sedang diurus.

Baiklah, kembali lagi ke Bika Padang. Sesampainya di lokasi yang dimaksud, kembali hujan menyapa kami di sana. Kami pun berteduh kembali sambil bercengkrama dan kemudian secara tak sengaja mewawancarai yang patut diwawancarai.

Allahumma Soyyaban Naafi’an
Lokasi Tek Bika

Dan saya baru sadar ternyata tempat Bika Padang ini sering dilewati, bahkan baru saja di lewati, berhubung angkot 41 yang membawaku dari Aksara ke Masjid Raja memang lewat jalur ini. Jl. Amaliun. Letaknya disebelah Gg. Damai. Dan Kakak ingat pernah beli kue di sini sekitar setahun lalu bersama rekan kerja ketika kami lewat. Ya ampuunn... ternyata udah pernah makan, tapi tak tahu yang di makan itu adalah sesuatu yang antik :D

Maksudnya antik  Kak?  

Antik karena makanan ini aslinya bukanlah dari Medan, tapi Padang. Antik Karena makanan ini sudah ada sejak puluhan tahun, kurang lebih 25 tahun di Medan. Antik karena resepnya turun-temurun. Antik karena cara pembuatannya benar-benar antik, masih menggunakan cara memasak secara tradisional. Antik karena alat masaknya juga antik. Alat masaknya pasti tak ada di jual dipasaran, melainkan dimodifikasi sendiri.
Atas bawah pakai sabut kelapa euy 

Selain itu bahan bakarnya juga antic. Tak banyak yang memakai sabut kelapa sebagai bahan bakar. Bahkan untuk yang dikatakan cara memasak tradisional pun, orang lebih sering memakai arang dan kayu bakar. Tapi sabut kelapa, benar-benar mengingatkanku pada acara masak-masak jaman dulu.

Waa...pantesan dikatakan antik. Be Te We Kak, namanya memang Bika Padang?
Bu Normalis (yang kanan pastinya ^_^)

Kalau kata Buk Normalis (pemilik usaha Kue Bika) di Padang, tepatnya di Kutabaru, Bika ini disebut Bika Mariana. Kalua di Medan Namanya Bika Normalis, sesuai nama penjualnya, tapi orang lebih mengenalnya dengan Tek Bika.

Ooo... Terus bahan dan cara pembuatan Bika Padang gimana Kak?
Penampakan Bika Padang

Bika Padang baik wujud maupun rasanya sangat berbeda dengan bika yang biasa kita kenal, Bika Ambon. Bika Padang ini terbuat dari tepung beras, kelapa, gula, air, vanili, sedikit pengembang dan garam. Perbandingannya untuk 1 kg tepung adalah 1 kg gula, dan 3 kg kelapa (Oiya, kelapanya harus bebas dari yang hitam-hitam kulit kelapanya ya). Bisa untuk 80 porsi.

Cara memasaknya juga sangat mudah. Buk Normalis bilang, campurkan saja semua bahan lalu aduk hingga rata. Setelah itu bagi-bagi adonan ke wadah yang dialasi daun pisang yang telah dibentuk mangkok. Panggang selama 15 menit. Panas api dari atas dan bawah belanga harus sama kuat agar tak ada yang gosong atau kurang masak.
Cara Makannya disarankan seperti Kakak ini ya... Sambil duduk dan pakai tangan kanan :D

Aseek...Ntar lagi kan Kakak pulang kampung. Buat yok Kak?

Ayok...Bahannya lengkap di rumah. Soal rasanya dijamin lah. Dijamin beda dengan aslinya. Hehe. Secara yang buat beda tangannya :D

Nah, kalau ingin rasa aslinya langsung aja ke tempatnya Tek Bika di Jl. Amaliun di samping Gg. Damai. Harga per porsinya Rp. 2000,- saja. Buka mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Kalau mau pesan juga bisa dengan Bang Ilham (085358959042).

Hmmm...Awak ngerasa aslinya dulu atau ngerasa buatan Kakak dulu ya? :D Baiklah...sudah diputuskan. Awak akan dengerin cerita lanjutan Kakak dulu aja tentang kuliner yang satu lagi. Rujak Kolam ya kan?

Gitu pun boleh.

Rujak Kolam Takano Juo


Setelah pamit dengan Buk Normalis, Bang Ilham dan para bapak yang duduk bareng tadi, Kami Lajut ke TKP selanjutnya, Rujak Kolam Takano Juo, setelah sebelumnya menitipkan motor di garasinya Amel lalu Jalan kaki Ke Masjid Raya buat menunaikan sholat Ashar. Jadi ceritanya Lokasi Rujak Takano Juo ini di antara Masjid Raya dan Rumah Amel dan di belakang kolam yang dulunya merupakan tempat mandi para keluraga kerajaan Deli.

Di deretan jalan itu ada beberapa penjual rujak. Rujak Takano Juo ini berada di paling pinggir persimpangan, yang pertama kali ketemu kalau dari persimpangan Masjid raya.
Buahnya buanyaak

Takano Juo itu bahasa padang ya kan Kak? Kalau diartikan satu-satu jadinya terkenang juga.Hehe.

Yups, benar, emang ini rujaknya yang punya orang Padang. Kalau kata ibu pemiliknya, Takano Juo itu kalau dibahasa-Medan-kan jadinya “Teringat Aja” alias gak lupa-lupa a.k.a tak terlupakan.

Entah kenapa sore itu ungkapan Inggris ini terasa banget. Pick up the rain. Yang kalau dibahasa-Indonesiakan jadi panjang kali lebar artinya. Pas pergi cuaca aman-aman walaupun udah mau hujan, dan pas udah sampai tempat tujuan barulah hujannya turun sederas-deranya. Kira-kira begitu artinya. Pas balik dari Masjid Raya aman, pas udah nyampek di Rujak Takano Juo barulah hujan kembali melepas rindnya pada kami. Deras.

Allahumma Soyyaban Naafi’an
Hujan tetap setia menemani yang setia mengantri kok

Makin hujan malah makin ramai

Namun derasnya hujan tak menyurutkan ramainya antrian untuk mendapatkan rujak legendaris ini.

Kok segitunya ya ngantri rujak Kak. Enak kali apa sih?

Hmm...Kakak pun penasaran. Apakah sebanding perjuangan mendapatkannya dengan rasa yang didapatkan? Dan jawabannya I, Ye, A. IYA. It’s worth it. Sepadan. Kalau Kakak sih ya, suka sama bumbunya. Enak. Baru kali ini mau mengganyang bumbunya doang. Biasanya kalau makan rujak pasti request ke penjualnya agar bumbunya dikiiiit aja, atau gak usah pakai bumbu sekalian.

Kalau gak pakai bumbu rujak namanya ya bukan rujak kali Ka’e...
Bumbunya khas bentuk dan rasanya

Bumbu rujak ini dibuat dari cabai, bawang, terasi, kacang tanah, gula aren, garam dan pisang batu, yang digiling dengan batu gilingan. kuahnya kental, terus kacangnya ada yang digiling halus ada yang agak kasar dan ada yang tak digiling sama sekali. 
Ini Enak. Udah Itu aja :D
Buahnya apa aja Kak?

Buahnya macam-macam. Ada jambu kelutuk, jambu air, kedondong, mangga, timun, nenas, bengkoang, belimbing dan papaya. Rasa buah yang paling disukai saat itu rasa jambu air dan nenasnya. Manis. Mood waktu itu lagi tertarik dengan yang berair dan manis. Dan ketika Mood bertemu dengan kesempatan yang berbalut ranumnya cuaca, inginnya jadi berlama-lama. Maka, ketika teman-teman yang lain udah pada selesai makan dan mulai ikutan games buat mendapatkan stempel, Kakak masih asik melicinkan daun pisangnya dari bumbu rujaknya.

Games-nya ngapain Kak?
Lupa nanya nama Ibu penjualnya siapa. Gomen.

Para peserta tur harus mengambil satu gulungan kertas yang berisi pertanyaan seputar Rujak Takano Juo. Peserta dipersilahkan menanyakan jawabannya pada Ibu pemilik usaha rujak Takano Juo. Pertanyaannya beda-beda. Dan pertanyaan yang Kakak dapat adalah “Buah apa yang paling diminati pelanggan?” Coba tebak apa.

Apa ya, Kalau  Awak liat fotonya yang paling banyak jambu air dan nenas. Hehe.

Sihiy...Dek Manis cerdas ^_^. Yap benar. Ibu penjualnya juga bilang begitu.

Siapa dulu Kakaknya :D. Oiya Kak, harga seporsinya berapaan?

Untuk 1 porsi dibandrol Rp. 18.000,- dan itu porsinya banyak kalau untuk 1 orang. Kalau mau ke sana baiknya selain hari Jum’at, tutup. Buka mulai jam 10 pagi sampai jam 11 malam.
2 saja ikhlas :D

Teringatnya kok Kakak dapat 2 stempel? Kan gamesnya 1 kali?

Jadi harusnya diakhir acara dapat 3 stempel kalau mengikuti selurh rangkaian kegiatan. Dapat 1 stempel karena ikut ke Tek Bika, dapat 1 stempel lagi kalau jawaban gamesnya benar, dan dapat 1 stempel lagi kalau upload foto (selfie) di lokasi yang ditentukan panitia di akun instagram. Dan Kakak ikhlas dua saja cukup, berhubung sedang fakir kuota saat itu. Lagian kalau pun dapat zakat wifi, pasti bukan foto selfi diriku yang terupload. Never.
Everyone looked happy

Jadi acara Blogger Medan Jalan-jajan hari itu ditutup dengan foto bareng menjelang magrib.
Perjuangan dapat scene ini puanjang. Akhirnya... :D

Dan kakak-Kakak ini berhasil menemukan kesenangannya di penghujung senja.

Ke Mangrove Kakak ikut?

Inginya turut. Tapi udah keburu dicarter buat jadi Tim Amin FLP ke binjai  di waktu yang sama. Semoga lain kali bisa ikutan wisata bareng Medan Wisata :D

Berarti selanjutnya rangkaian acara Medan Blog Fest 2 You adalah Blogger Medan Road to School. Akankah kita bertemu di sekolah Kamu? :D

Catatan: Dek Manis di cerita ini tidak sama dengan Dek Manis nya FLP Medan ya :D

Berani Terima Tantangan Mie Boxing?

Percayakah kamu jika menerima suatu tantangan akan membuat kamu mendapatkan tantangan lainnya? Sama seperti jika kamu menerima menerima suatu undangan kamu akan menerima undangan-undangan lainnya yang lainnya. Minggu ini dapat unangan nikahan, minggu depannya dapat lagi, dua malah, dan minggu depannya dapat lagi :D

Yaudah..yang belum ngundang gak usah baper. Karena kita bukan mau bahas undangan yang itu. kita mau bahas tentang tantangan Mie Boxing ni. Mie yang ngajak brantam :D
Mie Boxing
Belum di pesan aja ni mie udah ngajak berantam. Yang mau pesan dilemma, mau pilih yang mana. Nanti pilih yag ini ternyata kurang pedas, pilih yang itu ternyata terlalu pedas :D. Ya, dilemma itu terjadi pada kami yang bingung mau pesan yang mana. Lagi ingin makan yang pedas-pedas tapi khawatir kepedasan :D. Mau Tanya referensi kawan, kawan belum ada yang pernah coba.

Berhubung ini menu terbaru di Mie Ayam Jamur Mahmud, di depan Mesjid Al-Jihad tepatnya. Jadi bisa dikatakan para undangan yang hadir Kamis malam kemarin adalah salah beberapa dari para pencoba pertama serial Mie Boxing :D

Jadi Mie Boxing ini hadir dalam beberapa tingkat kepedasan. Mulai dari Hangat, Panas, Demam, Step, dan yang paling tinggi Stroke.

Dan akhirnya, semua jenis tingkatan pun terpesan. Ada beberapa yang pesan Stroke. Are we going to be like what we’ve ordered?

Tada..Dan tibalah pesanan di atas meja. Yang duduk di kanan dan kiri saya, Ririn dan Lily pesan jenis yang sama dengan saya. Kami pesan yang Panas. Sedang yang di depan saya, Iyyah, pesan yang Demam. Di sebelahnya Iyyah pesan yang Stroke. Wopp.

Jika diperhatikan seksama, tak ada beda tampilan pada masing-masing tingkat. Warna mie nya juga sama. Dan ketika saya memakan mienya saja,  ternyata rasa mie nya cukup pedas.

“Jangan lupa diaduk ya Mie nya”. Celutuk seseoarang dari sebelah.
Ekspresi "before" -nya kagak sabar, ekspresi "after"-nya kagak nahan

OO pantas...ternyata cabainya (baca: Sambalnya) ada di bawah mie nya :D. Iseng, saya cobain sambalnya doang, tanpa mie. Daann...untuk 5 detik saya terdiam. Pedaaasss... teh manis mana teh manis :D. Mendadak mata pun berair :D

Aslinya sih saya suka pedas, tapi bukan pedas cabai. Pedas merica. Kalau cabai tak kuat lidah dan mata ini. Eee.. dan ini malah sok-so’an nantangi cabai rawit pulak.

Setelah teh manis hangat berhasil menenangkan hati dan pikiran, saya pun lanjut mengaduk rata cabai dan mie nya. Kapok dah.

Setelah dicampur, ternyata saya mendapatkan rasa yang sesuai dengan keinginan saya, sangat pedas namun pedas yang masih dalam batas toleransi buat saya. Alhamdulillah.

Tergiur untuk mencoba rasa dari yang Demam dan Stroke, kami pun bergantian mendaratkan sumpit dari piring ke piring.
Suapan baru satu, tegukan entah yang keberapa :D
Bersyukur karena tak memesan yang Demam, karena pasti takkan kuat menghabiskannya. Apalagi yang Stroke. Pesan yang Stroke bagi saya sama dengan makan sepiring cabai rawit tumbuk dengan Mie sebagai toppingnya :D. Ampuun.

Iyyah saja yang baru sampai suapan ke beberapa (saya gak hitung pastinya), sudah pesan teh manis dingin lagi sama Mbak-Mbak itu. Dengan berbagai ekspresi yang dihasilkan orang yang mengunyah-ngunyah cabai rawit tapi tetap berniat menghabiskan kunyahannya. Sampai menodong irisan timun dan selada tetangga, demi menghabiskan porsi pesanannya. Saluut sama Iyyah.

Tapi ya namanya juga rasa, ia memiliki suatu kesamaan dengan waktu. Re-la-tif. Pedas kata awak, belum tentu pedas kata dia.
"Belum ada yang benar-benar pedas" Kata Uwak ini. Widiii...
Seperti Uwak satu ini. Saat kami lagi berjuang menghabiskan suapan yang kebeberapa, Uwak ini lagi berjuang dengan sumpitnya untuk menyapu bersih sisa-sisa mie di piringnya. Awak setengah pun belum. Padahal ia pesan yang Stroke loh. Dan gelas tehnya masih penuh. Trus keringatan juga enggak (Hmm...gak bisa ngomong lah).

Oiya, ternyata ada juga yang pesan yang Hangat. Lalu setelah makan dia cerita. Dia bilang, tadi ketika dia ikut mengaduk-aduk mie yang dipesannya, ia tak menemukan cabai di bawah mie nya. Meski sudah dibolak-baliknya. Ahaaa...ternyata yang Hangat memang tidak ada tambahan cabainya lagi.
Foto from Bang Dolly

Kalau kamu kira-kira bakal berani terima tantangan Mie boxing yang mana? Hangat, Panas, Demam, Step atau Stroke? Untuk semua porsi bisa dinikmati dengan harga yang sama kok, yaitu Rp. 18.000,-

Btw, terima kasih banyak undangannya Mimin @mieayamjamurmahmud :D.

All resized-watermarked photos were taken with Nikon D3200
(Semua foto ber-watermark dan sudah di resize diambil dengan Nikon D3200)

Mengulik Rasa Medan Napoleon

Semuanya sudah pada tahu lah ya kalau Medan itu surganya kuliner. Segala jenis makanan tumpah ruah di sini. Dari aneka kuliner khas Medan sampai yang khas dari luar Medan.


Nah kali ini ada satu jenis makanan yang asalnya jauh banget dari Medan namun bakal jadi salah-satu oleh-oleh kota Medan. Medan Napoleon namanya.

Wah ternyata Medan Napoleon itu adalah sejenis kue. Jadi ceritanya Medan Napoleon ini diadaptasi  (kayak cerita film) dari kue Napoleon, salah satu dessert khas di Eropa. Dan jujur, saya bahagia ketika tahu kalau Medan Napoleon ini adalah sejenis kue, bukan sejenis mie, sup, bakso, atau jenis makanan berat (versi saya) lainnya, karena kue adalah makan favorit saya, jadi bisa dinikmati berlama-lama :D.

Nah, lalu beberapa waktu lalu ketika diundang untuk icip-icip di acara soft-launching-nya, tentunya gak nolak secara yang mau dicobain adalah kueee :D. Jadilah saya browsing dahulu ttentang Napoleon Cake ini.

Jadi, kue Napoleon itu sendiri aslinya terdiri dari lapisan pastry tipis yang diselingi dengan selai atau cream manis. Rasanya bermacam-macam karena jenisnya juga banyak. Lalu bagaimana dengan kue Napoleon yang ada di Medan ini ya? Ntar saya kasih tahu :D

Nah, di acara soft-lanching tersebut, selain ketemu para teman media dan blogger, yang pastinya juga ketemu sama Irwansyah. Ya iya lah, kan nama acara di undangannya “Duduk Santai Bareng Irwansyah”. Nah, Abang ini adalah ambasador Medan Napoleon sekaligus pemiliknya. :D
Irwansyah dan Mas Suratno

Sebagai pemilik bisnis, Irwansyah juga menggandeng Mas Suratno sebagai bisnis partner. Beliau adalah salah satu pebisnis yang suskes mendulang bisnis kuliner di Medan. Joko Solo salah satunya. Gak tanggung-tanggung, selain Mas Suratno, Irwansyah juga merangkul pastry chef yang berada di Jakarta dan Batam.
"Jadi, Seebenarnya Medan Napoleon itu..."
“Di mana-mana, yang namanya krispi itu pasti di luar, tapi cuma di Medan Napoleon yang krispinya di dalam.” Begitu kata Irwansyah ketika menjelaskan tentang Medan Napoleon ini. Wah kok bisa?

Lalu, agar tak penasaran kami pun kemudian diberikan kesempatan untuk mencicipi dan merasakan sensasinya sendiri.

Nah, ini penyakit kali ya. Penyakit yang dianggap normal. Jadi ceritanya kue-kue yang ada di atas meja di sebelah kami kan kemudian di ambil sama Mas Suratno dan Irwansyah untuk disuguhkan langsung pada para media dan blogger.


Mas Suratno memegang yang rasa Green Tea, sedang Irwansyah yang rasa Durian. Tapi kok jadinya kue yang di pegang sama Mas Suratno ini kesannya kurang laris ya. Sebaliknya talam yang di pegang oleh Irwansyah malah ditunggu-tunggu. Apa para blogger ini suka banget sama durian? Jawabannya bukan. Itu karena Bang Irwansyah yang bakalan bagiin langsung satu-satu. Yang penting bukan rasa apa yang di pegang, tapi siapa yang pegang. Ahaii...Manusia :D

OK. Back to the topic. Jadi gimana rasanya Medan Napoleon?

Ini nih yang mau di icip-icip

Dan ternyata memang benar. Seperti yang terlihat di foto, Medan Napoleon merupakan perpaduan dari softcake, lapisan-lapisan pastry, dan krim manis, dan tak lupa toppingnya. Nah, sensasi krispinya itu ternyata berasal dari lapis-lapis pastry-nya. Jadi rasanya lembut diluar, dan krispi di dalam :D krimya juga pas rasa manisnya.

Yang telah mencicipi satu potong akan ketagihan untuk mencicip potongan selanjutnya. Yang sudah mencicipi dua potong akan merasa kenyang. (Kalau itu mah saya: Potongannya besar-besar sih :D) Yang sepotong pertama yang saya nikmati adalah yang rasa durian, sedang sepotong kedua rasa keju alias Cheese. Dari dua potong ini saya lebih suka yang rasa keju :D. Tapi yang paling saya suka dari semuanya adalah yang rasa Green Tea. Paduan rasa coklat, kacang dan cakenya enaaaak.

Medan Napoleon punya rasa apa saja sih?

Medan Napoleon tersedia dalam 5 varian rasa. Ada rasa Durian (yang merupakan rasa andalannya), Cheese, Green Tea, Banana Crezy dan Caramel. Kue ini dikemas dengan bentuk persegi panjang. Untuk saat ini masih tersedia satu ukuran saja yaitu 25 x 9 cm.

Durian Rp. 55000,-


Cheese Rp. 55.000

Green TeaRp. 55.000,-

Medan Napoleon dibuat secara home-made dari bahan-bahan berkualitas dan tanpa bahan pengawet. Untuk Caramel dan Green Tea bisa tahan sampai 4 hari, sedangkan Banana Crezy, Cheese, dan Durian tahan disimpan sampai 3 hari.

Outletnya di mana nih?

Medan Napoleon tersedia di Jl. Wahid Hasyim  No. 46/35 (Sebelah Chirurgie Cafe) Medan mulai tanggal 30 September 2016. Kabarnya di grand-opening-nya nanti Irwansyah akan turut serta juga. Jadi yang ingin mencoba sensasi oleh-oleh kota Medan langsung di outletnya nanti, juga bisa sambil menikmati segarnya sensasi ketemu sama Abang ini. :D Jadi #gaknyesallahklen.
Dan kami udah punyaaa...yeay :D

Oiya, Medan Napoleon punya member card juga lho. Kartu ini berlaku selama 1 tahun. Jadi setiap berbelanja di outletnya, pelanggan akan mendapatkan tambahan poin. Poin ini nantinya bisa ditukarkan dengan merchandise, selain itu juga mendapatkan penawaran istimewa di tiap promonya.
Sesi foto

Di penghujung acara, setelah para MC yang kece-kece ini bagi-bagi hadiah live-gram, ya apa lagi la kalau enggak foto bareng. Udah bisa dibayangkan lah ya para wanita yaitu para emak dan calon emak mengantri (baca: rebutan) untuk foto bareng.

Dan entah bagaimana para Blogger Medan yang awalnya mau foto bareng-bareng sama MC nya, eh MC nya berinisiatif untuk memanggil Irwansyah yang sebenarnya sudah masuk meninggalkan ruang acara. Si abang Balik lagi deh jadinya :D
Foto by Kak Molly's Camera

After all, Thanks a million for the tasty invitation Medan Napoleon. Terima kasih undangan lezatnya :D
Pulangnya di kasi bingkisan Medan Napoleon ...Aseek :D


All resized-watermarked photos were taken with Nikon D3200
(Semua foto ber-rwatermark dan sudah di resize diambil dengan Nikon D3200)