Pengalaman Menyelamatkan Mint Terserang Hama

4:10 pm Pertiwi Soraya 3 Comments

Bertahun-tahun lalu, aku pernah punya puluhan pot tanaman mint. Dari yang kecil hingga yang jumbo. Wujudnya dijejerkan di teras, dijadikan hiasan di meja kamar, atas kulkas, hingga dipajang jadi tanaman gantung.
Tanaman spearmint yang difoto dalam frame polaroid

Awal menanam mint gara-gara masuk angin tak sembuh-sembuh sebulanan. Disertai batuk macam orang teruk. Waktu itu akhirnya (terpaksa jugalah) aku kusuk di Aek Loba, masih kawasan rumah tetangga lah ceritanya. Terpaksa? Iya. Karena dulu pas masih ngekos di Tuasan, pernah sekali nyoba ikut kusuk bareng si Dahlia yang hobi kali kusuk. Habis itu besakitan semua badanku rasanya. Kapok lah gak mau kusuk-kusuk lagi.

Nah, tetanggaku tadi (salah satu tukang kusuk di Aek Loba), ternyata punya tanaman mint di rumahnya. Disarankannya untuk minum rendaman daun mint juga untuk meringankan masuk anginku tadi. Jadilah dikasinya beberapa batang, disuruh tanam sebagiannya.

Tak sampai sebulan, pertumbuhan daun mintku luar biasa pesat. Yang buatku heran daunnya pun jadi besar-besar. 3-4 kali lipat besarnya dari ukuran ketika dikasi bibitnya. Apa karena tanahnya? Batinku.
Daun mint besar spearmint yang dipegang dengan tangan kiri dibingkai dalam frame polaroid



Ketika Hama Menyerang


3 bulan merawat mint, mulailah satu persatu hama datang. Paling tidak ada 3 jenis hama mint yang pernah ku perangi.

 

1. Ulat

Tanaman mint yang kena serangan ulat ditandai dengan daunnya yang bolong-bolong. Sungguh ulat ini enggak kelihatan wujudnya macam apa, dicari-cari susah kali ketemunya. Padahal sudah diperiksa daunnya satu-satu. Tapi yang nampak hanya jejak kotorannya si ulat. Pelakunya enggak pernah dapat. 

Karena tujuanku menanam mint untuk dipanen daunnya dan dijadikan teh, yang kupilih pastinya daun yang bagus ya kan. Daun yang ada bolongnya tentu segan aku memilihnya. Tapi karena hampir semua daunnya ada jejak bolong ulah para ulat, ya cemana ya kan. 

Bentuk perlawananku pada serangan hama ulat ini waktu itu ya rajin-rajin membuangi daun yang ada bolongnya, dan diperiksa satu-satu alias cari ulatnya tiap pagi dan sore. Cara Ini sungguh menguras energi.  Akhirnya, karena lelah dan muak juga sepekanan lebih kerjaan itu-itu saja tiap hari, tanaman mint yang ada tanda kena ulatnya ku gundul sekalian. Yang parah kali ku bakar sak tanah-tanahnya. Potnya ku cuci pakai deterjen, lalu isi tanah dan tanam lagi dengan bibit yang sehat. Oiya, bibitnya ku celupkan terlebih dahulu dengan air deterjen  lalu diguyur dengan air bersih mengalir. Barulah ditanam. Jangan lupa jauhkan tanaman sejauh-jauhnya dari tanaman yang dicurigai kena ulat. Barulah aman. 

2. Si Lalat Putih

Si lalat putih ini entah dari mana ini datangnya. Satu, satu, lama-lama beribu. Perjuangan menyelamatkan tanaman daun mint ku yang kena lalat putih ini, selain menyita energi juga menyita emosi. Dibanding ulat, lalat putih lebih cepat tingkat penyebarannya. Gimana enggak... Ulat merayap, lalat terbang cuy. Walau pun lalat putih ini kelihatan sementara ulat enggak, tapi karena kelihatan inilah jadi makin palak awak ngeliatnya. Selain itu pandai kali dia milih sasaran, tahu saja dia daun yang gemuk-gemuk. 

Tanaman mint yang kena lalat putih makin lama akan makin menciut, selain itu lalat putihnya pun makin banyak. Oiya, waktu itu aku anti dengan pestisida kimia. Pernah coba dengan air rendaman daun bawang, tapi gak mempan. Jadi langkah terakhir yang kulakukan mirip dengan cara penanganan ulat. Ku bakar. Gak pakai acara digunduli karena lalat putih yang tak kebakar bakal balik lagi ke situ. Atau ya mana tahu entah ada telurnya yang ketinggalan di tanah ya kan. Jadi ya bakar saja sekalian semuanya. Tanam lagi yang baru di lokasi yang jauuuuuuh dari lokasi awalnya. Menghindari radius jangkauan si lalat putih.


3. The Unknown and invisible (Si Enggak Tahu Apa) 

The Unknown and Invisble ini nama yang kubuat sendiri ya, bukan nama hama aslinya, karena aku juga tak tahu nama si hama ini karena dia tak kelihatan wujudnya, entah apa. Hanya saja kelihatan di daun mint nya. Tanaman mint yang kena hama ini ditandai dengan bagian bawah daun ada bercak kuning kecoklatan. Daun ini lama-lama akan menguning dan gosong. Daun mint yang sehat sangat jarang menguning walau pun sudah tua sekali. Dan sejauh ini belum pernah ku jumpai. Jika ada daun mint yang menguning (seperti daun-daun pada umumnya yang sudah tua lalu layu), bisa dicurigai kalau tanaman mint itu kena hama jenis ini. Selain itu daun yang terkena hama ini jadi gampang terpotel, kalau disenggol saja bisa lepas. Aslinya daun mint yang sehat agak susah dipetik loh, walaupun sudah tua sekali. 

Selain itu, jika terkena hama ini, tanaman mint makin lama akan makin kerdil, baik batang maupun daunnya. Apalagi daunnya makin lama makin kecil. Dan kalau sudah parah tunas barunya pun gosong. 

Berdasarkan pengamatanku, kecepatan penyebaran hama ini tiap hari meningkat minimal 2 kali lipat dari hari sebelumnya. Dan biasanya pas pertama kali diketahui, sudah meyebar banyak, karena memang tak kelihatan. Kalau tak rajin-rajin tiap hari cek satu-satu bagian bawah daunnya, dah lah. Yang sayangnya, ketika kita mau tanam kembali, mencari batang yang masih sehat daunnya sungguh sangat langka. 

Dan ini lah salah satu penyebab tanaman daun mint ku musnah bertahun-tahun lalu. Selain karena waktu itu tak ada lagi yang mengurusnya (padahal sudah kena hama pula), juga karena ditinggal hampir 2 bulan di masa jadi penghuni RS waktu itu. 

Nah, tahun ini, awal Februari, aku kembali punya tanaman mint karena memanfaatkan voucher tokopedia. Beli online bibit mint ceritanya. Tapi alangkah dilemanya aku ketika paketnya kubuka. Bibit mint nya kerdil. Tanpa perlu cek daunnya pun sudah yakin aku kalau bibit yang datang ini  kena hama The Unknown and Invisible.

Karena pengalaman sebelumnya aku gagal melawan hama ini, dan menimbang kalau makin lama diselamatkan akan makin tinggi tingkat kemusnahannya, jadi tujuan utamaku adalah menyelamatkannya dulu, prioritas untuk dikonsumsi pun digeser. Maka, jadilah aku pakai decis, sejenis insektisida kimia. Di rumah memang selalu ada stok Decis ini. Di sini harganya 20 ribuan ukuran 50ml. Biasa kami gunakan sebagai racun semut, dan juga untuk menyemprot lembu. Maksudnya menyemprot koreng pada kulit para lembu biar tak dirubungi lalat. 

Jadi beberapa tangkai yang paling baik kondisi daunnya ku bilas dan ku rendam air yang telah diberi Decis tadi. Barulah ku tanam dalam 2 pot berbeda. Sedangkan sisanya, yang sudah parah ku gunduli, lalu sisa batangnya dan akarnya ku celupkan ke air campuran Decis. Baru lah ditanam. Tak lupa ketiga pot tadi ku jauhkan sejauh-jauhnya supaya tak berpindah hamanya. Alhamdulillah, yang 2 pot berhasil. Tanaman baru yang muncul subur dan daunnya besar-besar.
 
Yang satu pot lagi, yaitu pot si tanaman awal, tampaknya Decis tak mampu menghilangkan hama ini, hanya mengurangi dan melambatkan penyebarannya saja. Padahal tiap hari kucek satu-satu daunnya, dan ku buangi daun yang ada tanda-tanda bercaknya. Sempat ku gunduli pun. Tapi tunas  barunya tetap saja masih gosong-gosong. Ya Allah. Karena palak walaupun sudah tiap hari ku perlakukan dengan ekstra tapi ya tetap saja makin parah, akhirnya pot ini ku gunduli lagi hingga hanya tersisa akar dan batang tuanya saja. Ku semprotkan decis, lalu ku timbun tanah. Tak sampai sepekan, tunas-tunas yang tumbuh terlihat jauh lebih sehat. Alhamdulillah. Oooh begitu rupanya caranya🥲. 
Tanaman spearmint rimbun dalam pot


Oiya, tanaman mint yang ku tanam ini berjenis spearmint kalau kata PlantApp, padahal kalau lihat fotonya lebih mirip mojito mint. Ingin juga tanam bermacam jenis mint lainnya tapi belum nemu yang punya, seperti apple mint, pepermint, chocolate mint, pineaple mint, mojito mint dan ada juga katanya orange mint. Tujuan ditanam kembali si daun mint ini sebagai stok obat alternatif pereda asam lambung. Selain daun mint, ada juga beberapa tanaman herbal untuk asam lambung yang sengaja ku tanam. Lengkapnya bisa dibaca di Pertolongan Pertama Pada Asam Lambung. Ada juga yang salah tanam tapi eh rupanya malah jadi obat asam lambung😅. 

Hingga artikel ini ditulis, kurang lebih ada 10 pot tanaman mintku yang telah dipanen berkali-kali. Next, mau coba tanam lagi rosemarry dan thyme yang mati karena kayaknya salah cara perawatannya. Ada yang punya bibitnya? 

You Might Also Like

3 comments:

  1. Menarik, ternyata banyak juga ya manfaat daun mint, selama ini pikirku biar bikin minuman seger aja. Btw kalo yg hama lalat putih itu, apakah daunnya masih bisa dikonsumsi?

    ReplyDelete
  2. Aku juga pernah pakai PlantApp, buat bantu solusi tanamanku yang kuning. Tapi tetep ngga selesai masalahnya hahahaha.. ngga tau kayaknya aku yang ngga bisa

    ReplyDelete
  3. Daun mint, jadi teringat ketika ikut pengajian disuguhi teh manis dengan daun mint, rasanya semakin segar.

    ReplyDelete

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄