Blogger Medan, MPR-RI dan 4 Pilar: Bicara Baik-baik

1:02 am Pertiwi Soraya 2 Comments

"Kak, Tanggal 20 ada agenda?"


Berawal dari undangan via Line dari Bambang di sebuah sore di bulan April. Dan berakhir dengan kesediaanku menghadiri undangan tersebut setelah mengonfirmasi beberapa hal yang menurutku krusial. Seperti topik yang akan dibahas, karena yang mengundang adalah MPR-RI, agenda acara, dan yang juga tak kalah penting adalah lokasinya, berhubung acaranya berlangsng pada malam hari. Alhamdulillah, lokasinya di pusat kota. Artinya tak terlalu jauh dan mengkhawatirkanku yang pasti akan pulang larut.

Oh iya, Bambang, begitu aku dan beberapa teman menyapanya sejak hari pelantikan jabatannya, tak lain dan tak bukan adalah Arif, Ketua Blogger Medan periode 2018-2019.

Hari H pun tiba. Disebutkan bahwa registrasi acara dibuka sejak pukul 18.00 WIB. Aku berangkat sekitar pukul 16.40 dari rumah. Estimasi jarak dari rumah ke lokasi acara sekitar 15 menit dengan motor dan 40 menit dengan angkutan kota, sudah termasuk durasi kemacetannya jika tidak sedang hujan.

Sengaja ku berangkat lebih cepat karena memang bermaksud tiba lebih awal, berhubung seorang temanku bermaksud mengantarkan paket yang kupesan beberapa waktu lalu ke lokasi acara. Selain itu jalanan pasti akan tersendat di jam tersebut. Alasan lainnya adalah untuk mengantisipasi hujan yang  mungkin turun (tepat ketika aku akan berangkat) jika aku memilih untuk tiba tepat waktu. Yah, beberapa hari terakhir, hujan deras kerap turun setiap sore dan malam hari.

Dan apakah aku berhasil tiba seperti yang kuperkirakan? Ternyata tidak. Manusia berusaha sebaik-baiknya, Tuhan yang menentukan yang terbaik. Perjalananku cukup bergenre drama sore itu. Butuh beberapa lama bagiku untuk menanti angkutan kota yang menuju lokasi. Akhirnya yang ditunggu tiba. Begitu naik, aku disambut dengan asap rokok dari dua orang penumpang dan sang supir. Aku baru sadar kalau aku lupa membawa masker di jaketku, sedangkan masker cadangan berada di ransel yang satu lagi.

Drama berlanjut. Tiba di pertamina Yos Sudasro, Pak supir mengomandokan agar semua penumpangnya menyambung angkutan yang lain, karena ia akan berbalik arah. Padahal perjalanan belum sampai seperempatnya. Jadi aku menunggu selama itu hanya untuk diturunkan dan menunggu lagi?

Hujan mulai turun dan angkutan yang ditunggu tak kunjung tiba. Memesan Gojek pun tidak efektif karena derasnya hujan. Waktu terus berlalu. Hujan mulai reda namun masih belum kondusif untuk memesan gojek, hingga akhirnya angkutan yang langka itu muncul. Sebelumnya ku pastikan pada pak supirnya jika ia benar-benar akan menyelesaikan rutenya.

Baru tiga menit berada kembali di dalam angkutan umum, sang angkutan pun terjebak kemacetan sampai tingkat yang menjemukan. Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB. Hujan telah reda, dan aku telah membuang banyak waktu dengan hasil terjebak di kemacetan. Oke, aku membuka Google map, mencari posisiku dan mengira-ngira titik pemberhentian terdekat ke lokasi. Dan aku memesan Gojek.

Aku turun dari angkutan, dan mendapati satu menit kemudian jalanan lancar, sangat lancar malah. Hingga ketika sang pengendara Gojek tiba dan sepanjang perjalanan ke Hotel Grand SwissBell, aku hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat hal-hal yang telah kulalui. Kira-kira apakah hikmah dibalik semua drama sore ini?

Pintu lift lantai dua terbuka. Aku disambut  oleh beberapa teman Blogger Medan yang hendak turun ke lantai area parkir untuk sholat maghrib. Aku menuju meja registrasi. Sepertinya banyak yang terjebak hujan sore itu sehingga para peserta juga baru tiba. Apa mungkin cerita mereka sore itu juga bergenre drama?

Baiklah mari kita akhiri pembukaan panjang bergenre curhat ini.

Apa yang dibahas MPR RI dan Blogger Medan sebenarnya?

 

Blogger Medan Mpr-ri
Sang pewara (tebak namanya), Ibu Siti Fauziah (Kepala Biro Humas MPR-RI), dan Pak Andrianto Majid (Kepala Pengolahan Data dan Sistem Informasi, Setjen MPR-RI)

Pertanyaan ini telah mondar-mandir sejak aku mengiyakan undangan waktu itu. Informasi yang ku dapat adalah topik yang dibahas seputar media. Apakah akan membahas tentang etika bermedia sosial? Atau MPR sedang menyosialisaikan program kerjanya dan mereka butuh menggandeng blogger sebagai pendukung progjanya?

Ternyata prediksi keduaku tepat. MPR-RI menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng  Warganet memang merupakan salah satu bentuk pengaplikasian program kerjanya dalam menyosialisasikan penerapan 4 Pilar. Kegiatan ini rencananya akan dilakukan di kota-kota besar seluruh Indonesia, dan Medan adalah kota pertama.

4 Pilar? Apa itu?


Bukan kamu saja yang mulai mengerutkan wajah, aku juga. Sama sekali tak punya bayangan apa itu 4 Pilar ketika Ibu Siti Fauziah, Kepala Biro Humas MPR-RI menyebutkannya pertama kali. Ah, atau jangan-jangan hanya aku saja yang tak punya gambaran sama sekali?

Lebih lanjut dipaparkan bahwa 4 Pilar terdiri dari : Pancasila, UUD '45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Sampai di sini, aku masih mencoba menerka-nerka arah pembahasan. Sepertinya akan jadi pembahasan yang cukup serius dengan slide-slide yang membosankan. pikirku.

Tapi ternyata dugaanku meleset. Diskusi berlangsung santai dan menyenangkan. Malah sama sekali tidak ada slide-slide menjemukan seperti yang ku prediksi. Layar slide hanya berisi tampilan unggahan Instagram para peserta diskusi malam itu.

Pembahasan lebih menyangkut bagaimana selayaknya dan sebaiknya etika berinteraksi dalam menjalankan kehidupan di dunia siber. Mengingat belakangan ada banyak pihak berkepentingan yang sengaja menyebar berita-berita hoaks, sedangkan pengguna media sosial dengan mudah terpapar dan dibuat bingung dengan isu-isu yang ada.

Maka warganet dihimbau untuk cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. Jangan mudah percaya pada suatu berita atau langsung terhasut pada suatu isu. Teliti juga sumber lainnya. Karena jika berita yang sama dari satu sumber berbeda dengan dari sumber lainnya, maka bisa dipastikan ada yang tidak benar dengan berita tersebut. Semakin banyak referensi maka semakin baik. Begitu kira-kira inti yang disampaikan Bu Siti Fauziah.

4 Pilar
Ciee...ada yang yang terkena candid murni

Nah, mengenai bahasan 4 Pilar tadi, aku baru ngeh dan mendapatkan benang merahnya tentang apa itu sebenarnya ketika Pak Andrianto Majid, yang merupakan Kepala Bagian Pusat Data dan Informasi Setjen MPR-RI, menyinggung kata P4.

Tadinya aku berpikir kalau Istilah dan bahasan 4 Pilar ini dibuat karena kekisruhan politik yang belakangan ini kian memanas. Ternyata bukan. Pokok bahasan 4 pilar ini sudah ada sejak dahulu yang kita (kalau kamu memang seangkatan denganku), ayah ibu, dan juga kakek nenek kita, mengenalnya dengan istilah P4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

Kalau kamu juga tidak familiar dengan P4, mungkin kamu adalah generasi yang mengenalnya dengan PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) atau PKN (Pendidikan Kewarganegaraan). Nah, bukankah itu merupakan mata pelajaran di sekolah?

Dengan kata lain 4 Pilar bukanlah hal yang asing bagi kita bangsa Indonesia. Nilai-nilainya pun sebenarnya telah tertanam dalam darah daging kita. Namun tak dapat dipungkiri bahwa sesuatu yang mendarah daging sekali pun, jika tak dibiasakan untuk diingat secara sadar, dan ditanamkan dalam pola pikir dan laku juga secara sadar, hal tersebut akan tertimbun oleh kebiasaan dan pengaruh lingkungan dari pemilik darah dan daging itu sendiri. Analoginya seperti tokoh Blu dalam film Rio, burung yang lupa caranya terbang karena ia terbiasa menggunakan kakinya.

Lebih jauh, Pak Andrianto Majid juga menekankan bahwa sebagai penduduk siber, kita sebaiknya berlaku bijak dalam membagikan informasi pribadi di media sosial, mengingat semakin bervariasinya bentuk kejahatan siber.

  

Blogger Medan Mpr-ri FLP Medan
Agen Ganda (FLP Medan dan Blogger Medan ) bersama Ibu Siti Fauziah

4 Fakta keren dari acara MPR-RI ngobrol bareng Blogger Medan

 

Sedikitnya ada 4 hal yang menurutku keren dari acara ini. Ini dia.

  1. Antusias peserta yang terdiri dari Blogger Medan, pegiat komunitas dan media ini luar biasa. Kalau Sang pewaranya tak pintar-pintar memotong dan mengondisikan diskusi, bisa-bisa diskusi tetap berlanjut sampai dini hari.
     
  2. Waktu tanya jawab jauh lebih panjang dari pada waktu untuk dua narasumber menyampaikan materi. Jujur, aku selalu angkat topi ketika ada acara yang berhasil memberikan waktu diskusi lebih banyak dari pada waktu penyampaian materi. Apalagi kalau nama acaranya diskusi.
     
  3. Narasumber menrutku berhasil menjawab dan menaggapi pertanyaan dan tanggapan para peserta diskusi dengan sangat baik. Meminjam redaksi bahasanya Bibeh, "Jawabannya nyambung, Kak". begitu kira-kira. Pasalnya berdasarkan pengalaman mengikuti banyak acara seminar dan diskusi, jawaban pemateri cenderung lari dari pertanyaan sebenarnya. Entah karena efek berada di depan umum, atau karena terlalu asik berbicara, atau salah menangkap maksud si penanya. Terlepas sang pematerinya menyadarinya atau tidak.
     
  4. Kesadaran dan proses meralat bahasa yang kerap dilakukan oleh Pak Andrianto Majid itu menurutku keren. Beliau mulai dan berusaha mengoreksi bahasanya secara sadar selepas seorang peserta meralat redaksi bahasa pada latar belakang panggung. Peserta itu tak lain dan tak bukan adalah Bang Anugrah Roby, ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Sumatera Utara. Bang Roby menyinggung perihal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai salah satu wujud nyata dari penerapan nilai 4 Pilar. "Utamakan bahasa nasional, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing", begitu kutipnya.

Beberapa penggunaan bahasa yang beliau ralat misalnya kata online (dalam jaringan), offline (luar jaringan), netizen (warganet), dan mainstream (arus utama). Dan aku senyum-senyum sendiri ketika beliau sesekali mengoreksi dan hati-hati menggunakan pilihan kata tersebut dalam tutur katanya.

Begini sepertinya cara Allah menegurku, dengan dipertemukan pada sosok seorang Pak Andrianto Majid malam itu. Bahwa ketika diingatkan dan merasa satu kritikan dan masukan itu benar dan baik, maka adalah bijak pula untuk tak menunda-nunda memperbaikinya, apalagi sampai mengabaikannya.

Semoga saja tiap-tiap wakil rakyat kita memiliki jiwa dan laku yang seperti itu.

Tak bisa dipungkiri bahwa untuk memulai sesuatu memang tidak mudah. Namun percayalah bahwa untuk tetap konsisten itu jauh lebih sulit.


FLP Medan MPR RI 4 Pilar
FLP Medan dan Pak Andrianto Majid. Si Kyo dan Andre masih sibuk jadi juru foto di ruang sebelah

Saat ini kita menjadi penduduk di dua dunia, dunia nyata dan dunia maya. Cerdaslah dalam bermedia, bijaklah dalam berbudaya. Jika terbentur jangan langsung bertempur. Karena kita bukan hakim. Peran kita menyeru bukan memburu, merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek. Bicara baik-baik dan baik-baik berbicara.

"Bangga sebagai bangsa yang mampu berbicara baik-baik serta baik-baik dalam berbicara, adalah Indonesia". (Randiaputra)

Tak lupa, terima kasih untuk Bambang yang telah repot-repot mengundangku. Sesungguhnya diringankan langkah menghadiri undangan ini adalah berkah untukku. Semoga menjadi amal jariyah buatmu.

Blogger Medan Mpr-ri 4 pilar
Foto bersama usai acara. Ada banyak kamera. Yang mana ka(mera)mu?

You Might Also Like

2 comments:

  1. 4 faktanya emang keran ya, terasa beitu juga sih :)
    \
    btw, beruntung juga yang kena candid murni itu, alhamdulillah.

    ReplyDelete

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄