Showing posts with label Traveling. Show all posts

Jalan-jalan ke Nurul Hayat

Emangnya Nurul Hayat itu tempat rekreasi ya?

 

Gak ada juga yang bilang kan kalau jalan-jalan itu harus ke tempat rekreasi ataupun tempat wisata?

 

Nah, jalan-jalan kali ini begitu spesial karena akhirnya saya jadi juga menyambangi tempat ini, Yayasan Nurul Hayat Medan.

Nurul Hayat merupakan sebuah yayasan yang bergerak dibidang zakat, sedekah dan aqiqah. (Setahu saya ya). Nah, jadi kalau mau bayar zakat, mau jadi donatur, atau mau mengaqiqahkan anak, bisa banget melalui Nurul Hayat. Info lengkapnya bisa langsung saja ke bagian humasnya ya. :D

Nah, jadi balik lagi ke cerita kita. Jalan-jalan ke nurul Hayat ini bukan dalam rangka ingin jadi donatur sih. Lebih tepatnya karena wifi nya. Lah?

Jadi ceritanya, bebrapa waktu lalu, si Reza ngajakin buat diskusi kecil mau bahas-bahas blog katanya. Lalu dia menawarkan lantai 2 Nurul Hayat (NH) sebagai tempatnya berhubung akses wifi-nya kencang.

Akhirnya beberapa FLPers yang bisa hadir ada Ririn, Fitrah, Reza dan saya sendiri.

Maka, kemarin, sabtu 12 November, jadilah kunjungan perdana saya ke NH itu pun diwujudkan.

Cuaca tak begitu panas dengan di sebagian langit cerah meskipun sdi sebagian lain awan mengandung mendung. Sekitar jam 1 siang saya pun berangkat dengan supir dan BK kendaraan yang berbeda dengan yang kemarin. Yups, karena kali ini saya naik angkot bernomor 46 yang akan melewati jalan setia budi. FYI, NH berlokasi di Jl. Ringroad yang tak ada angkot melintas di sana. Jadi sudah diantisaipasi kalau saya akan harus naik angkot dua kali dan pastinya akan pakai acara jalan kaki lagi menuju NH. :D

By the way, sebelumnya saya belum pernah benar-benar mengunjungi tempat yang berlokasi di Jl. Ringroad ini dengan sengaja dan sendiri pula, karena biasanya jika ke daerah ini, kalau tak dibonceng ya diberi tumpangan (sama aja kali ya bahasanya). Nah, jadi sebelum berangkat nge-google map dulu. Mencari jalanan terdekat dari lokasi yang dilewati angkot. Dan kelihatanlah ada Jl. Bunga Asoka.

Sebelumnya saya pernah punya riwayat sejarah dengan Jl. Bunga Asoka ini. apalagi kalau bukan sejarah kesasar yang disasarkan secara tidak sengaja oleh sang penunjuk jalan. Tak lain dan tak bukan sang penunjuk jalan itua adalah Kyo.

Waktu itu, sekitar sebulan lalu, kami terpilih sebagai peserta TFT Internet Baik dari Telkomsel. Lokasi TFT di LPMP di jl. Bunga Raya. Nah, Bagaimana tidak percaya, karena waktu itu si Kyo meyakinkan sekali ucapannya bahwa angkot 67 lewat depan LPMP. Jadilah saya menaiki si 67 dan sukses disasarkan hingga ke hampir ke pinang baris. Dan saya ingat sekali angkot 67 ini melintas di jalan Bunga Asoka. Ah, ternyata ini salah satu hikmah kesasar :D

Jadi setelah turun dari angkot 46 di depan Mawar Setia Budi, saya pun menunggu si 67. Ternyata Ririn dan Fitrah sudah sampai di NH. Kalau Reza gak usah ditanya. Telat? Ya enggak mungkin la, secara dia tiap hari ngetem di sana sedari pagi. :D

Si 67 pun tiba, dan saya pun naik. Memasuki jl. Bunga Asoka, ada panggilan masuk.

“Dimana, Kak?”

“Di Bunga Asoka. Ada yang bisa jeputkah?”

“Tenang Kak, ini kami gerak ke sana”

Assek, gak jadi jalan kaki :D.

Lima menit kemudian muncul Ririn. Loh, perasaan tadi pakai kata “kami” . Oh ternyata Reza muncul di belakangnya .

Berasa tuan putri. Yang jeput mesti dua kereta. Aha. Bukan kok. Ternyata mau sekalian beli bakso. Lebih tepatnya dibelikan dan dibayarkan. Alias ditraktir. Yeay.
Asli Dari Solo
Menunya banyyaaak :D

Jadilah kami singgah dulu ke Bakso Urat ADS (Asli Dari Solo) di jl. Bunga Asoka. Menunya tak hanya bakso, ada banyak menu lain seperti ayam penyet, tom yam, nasi goreng, capcay, gurami asam manis, kentang goreng, nasi goreng dll. Kalau kata abang-abang pramusajinya, rekomendasi menu utama yang dikedepankan adalah baksonya.

Tapi ya dasar tipe yang setia ini, kalau ke warung bakso manapun, walau katanya baksonya yang recommended, selagi ada menu mie ayam bakso, tetap mie ayam bakso yang dipesan. :D

“Bungkus ya, Bang”.

Dan memang meskipun tanpa bilang dipisahkan kuah dan mie nya, ternyata cara mengemasnya memang begitu, selalu di pisahkan antara mie, kuah, dan pernak-perniknya.

Lalu akhirnya kami (tepatnya SAYA) pun tiba di NH. Jadi ini toh tempatnya. Waktu pintunya dibuka dan saya masuk, aura keademannya menyergap. Adem AC nya :D. Tapi emang beneran adem kok.

“Kami ijin merusuh ya bang” Gumam saya sambil menaiki tangga ke lantai dua. Di sana ada Fitrah yang telah menggelar lapak dengan nyamannya. Begitu tiba langsung ambil mangkok. Yuhu, kamu lapar, kecuali Ririn yang sudah makan siang. Namun apa daya ketika alam bawah sadar generasi ini memang telah tersugesti; meski lapar, pamer tetap harus dikeduluankan. Ups, hanya pamer di grup saja, yang katanya no pics means hoax. Ampuni kami ya Rabb.
Bakso Ringroad
Kalau gak terkontaminasi efek pamer gak akan ada foto ini
Sembari makan, diskusi-diskusi kecil yang lompat-lompat pun berjalan.

Di lantai 2 NH ini, bisa dikatakan fasilitasnya untuk kami cukup lengkap. Wifi ada, ruangan lumayan luas, ada kamar mandi, ada perlengkapan masak, adem (padahal gak ada AC nya, hanya sebatang kipas angin), dan nyaman pastinya. Kurang apa lagi coba.

“Enak juga ni keknya kalau dijadikan sekret” Celutuk Fitrah.

Wedeee, baru dikasih wifi gratis sekali, trus mau ngasi proposal buat minta lapak.

“Itu namanya, dikasi wifi mintak sekret. Gak sopan” kata Ririn.

Selesai makan, bahasan mulai lebih fokus seputar blog. Sementara Ririn yang tak ikut makan sudah lebih dulu tenggelam pada deadline mendesainnya untuk flyer pengumuman grup tetangga. Sengaja tak diperjelas karena agak mengandung rahasia yang diketahui segelintir pihak. (Apasih).

Berdasarkan yang diajari oleh mentor ngeblog saya, yaitu Rudi Hartoyo, katanya pertama-tama pastikan domain blog itu mudah diingat, simpel dan gak ribet. Seperti saya dulu yang saya sendiri saja pun tak jarang terkilir lidah dan saraf otaknya untuk menyebutkan dan mengingat domain sendiri (hello-dr-owl.blogspot.com, ribet kan ya). Atau mau keren-kerenan pakai huruf besar huruf kecil atau berencana hurufnya diganti pakai anga-angka gitu, misalnya mangga.com jadi m4n99a.com. Aiiiii, gak usah deh. Bukannya keren, itu mah alay bin njelimet bin susah diingat.

Atau opsi lain dengan menggunakan nama sendiri. Oiya, sebaiknya semua nama akun sosmednya juga sama, jadi mudah diingat orang. Misalnya seperti punya saya, Nama akun Facebook: Pertiwi Soraya, twitter: @pertiwi_soraya, Instagram: @pertiwi_soraya dan blog: pertiwisoraya.com

Nah, setelah selesai dengan nama domain, selanjutnya cari dahulu template blog yang kamu suka. Template-nya wajib SEO friendly dan responsive. Ada 2 rekomendasi yang saya ingat, yaitu template dari Arlina Desain dan Mas Sugeng. Cari aja di Google.

Kalau sudah ketemu template yang nyaman, lanjutkan dengan edit templatenya. Buang aja fitur-fitur yang gak perlu seperti label, kalender, de el el yang sebenarnya hanya membuat penuh tampilan dan memberatkan blog saja.

Itu saja sih sebenarnya yang kami bahas kemarin.selanjutnya praktek deh.

Sekitar jam 5 Ririn pamit duluan karena ada yang mau dikejutkan, eh, maksudnya ada yang mau ditemui buat diberi kejutan. Saya termasuk yang suka untuk memberi kejutan, tapi kalau yang berhubungan dengan ultah, saya sudah memutuskan untuk pensiun muda :D. Gak mau ikutan dan gak mau ikut-ikutan. Gomennasai.

Diskusi dan workshop bertiga ini pun kami lanjutkan hingga selesai sholat magrib. Padahal hanya ganti template dan mengedit beberapa bagiannya saja sih, tapi sampai segitu lamanya. Mungkin pengaruh wifi yang bisa dibilang tak selancar yang kami bayangkan. Ternyata memang benar sih, kecepatan yang dilantai 2 jauh lebih lambat dibandingkan di lantai 1. Buktinya setelah magrib ketika kami semua di lantai 1 akses wifinya bisa dikatakan 3-4 kali lebih cepat. Berarti kami yang salah setting tempat. :D

Menjelang setengah delapan, kami pun beranjak pulang. Tapi ternyata saya masih belum diijinkan untuk pulang. Fitrah lalu diantarkan Mbak Marni hingga ke jalur yang ada angkot menuju Tanjung Morawa, sedang saya akhirnya resmi diculik NH untuk ikut serta undangan walimahan salah satu donatur NH ke Mabar. Aiii, jauh nian.

Setelah kembali dari mengantar Fitrah, Mbak Marni pun dengan senang hati membonceng saya. Jadilah kami berempat, Mbak Marni, Saya, Reza, dan Abang-abang yang saya tak yakin siapa namanya, berparade menuju Mabar. Sepanjang jalan saya ingat, sejak dari NH, Ringroad, hingga ke Mabar, jalanan kami adalah jalan yang lurus. Maksudnya tak ada belok-beloknya.:D Terus saja. Dan itu jauuuhhh. Barulah kami berbelok kanan ketika di simpang Kayu Putih. Dan gak ada pakai acara kesasar, padahal belum pernah ada yang ke rumah yang punya hajatan. Alhamdulillah.

Tiba di lokasi pesta, setelah mengisi buku tamu, kami bukannya mengambil piring, tapi langsung menuju kedua mempelai, salaman. Padahal waktu itu pengantinnya sedang diarahgayakan sama fotografernya. Tapi kami berhasil curi waktunya di sela-sela fotografernya mondar-mandir. Setelah itu barulah kami makan. Dan siap makan pulang :D Mengingat sudah malam dan perjalanan pulang masih jauuh.

Perjalanan pulang tak selurus perjalanan pergi. Kami berbelok beberapa kali. Melewati jalan Krakatau, Cemara lalu Pancing. Nah ternyata jalur cemara-pancing diambil karena dua lelaki teman seperjalanan kami ini akan mampir menghadiri pengajian di salah satu masjid di Jl. Bhayangkara yang katanya dimulai jam 10. Waa keren juga mereka ini, malam mingguannya pengajian. :D

Nah, tinggallah saya dan Mbak Marni. Beliau tinggal di Mandala. Tapi berbaik hati mengantarkan saya ke Hm. Yamin. Yeay. Jadi dari Pancing kami mengambil jalur Jl. Gurilla – Sentosa Baru – M. Yakub – Umar Ibrahim – Hm. Yamin. Dan taraa...sampailah saya di depan gang.

Sebuah jalan-jalan Sabtu yang luar biasa bagi saya. Tersadarkan oleh hikmah nyasar, hikmah silaturahim yang kadang terlupakan, nikmat berbagi sesuatu yang kita anggap biasa namun ternyata bermanfaat buat orang lain sehingga sering diabaikan untuk tak dilakukan,  rejeki yang tak disangka-sangka dari mana datangnya, dan kemudahan-kemudahan yang sering lupa untuk disukuri. Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimus shalihat.

Terima kasih banyak-banyak Mbak Marni, untuk tumpangan yang nyaman dan diantarkan pula lagi. Terima kasih banyak-banyak juga Reza untuk traktirannya, dan terimakasih banyak-banyak juga buat Abang yang saya tak yakin siapa namanya. Semoga kalian dilimpahkan kesehatan, kemudahan rezeki, dan disegerakan jodohnya. Khusus buat Reza, redaksi yang ketiga diubah menjadi semoga dihilangkan galau-galau meilih calaon istri yang akan diproses itu biar tak lama-lama dan tak ada acara gantung-menggantung. Amin.


Menikmati Lokalitas Semarang

Bagi siapapun yang memiliki acara dan kepentingan di luar kota, sebuah akomodasi yang nyaman dan menyenangkan adalah hal yang sangat didambakan. Apalagi jika kita memiliki kepentingan di kota yang aktif seperti Semarang. Banyak yang harus dipertimbangkan. Tentu selain urusan yang harus diselesaikan, kita ingin memaksimalkan waktu yang ada untuk menghilangkan penat dan menikmati lokalitas yang bisa membuat badan dan pikiran menjadi lebih segar.

Ada banyak hotel murah di Semarang dengan tawaran banyak fasilitas dan akomodasi yang menarik. Quest Hotel Semarang misalnya. Hotel ini terletak di Semarang Tengah dengan lokasi yang cukup strategis dan merupakan salah satu hotel yang terdekat dari bandara Achmad Yani, dengan jarak 5,45 km. Dengan rate harga 300-500rb, kamu bisa mendapatkan suasana nyaman dan juga beberapa spot wisata yang menarik. Penasaran dengan Simpang Lima Semarang? Hanya 1.37km dari hotel. Kita bisa melanjutkan jalan-jalanuntukmelihat-lihat Masjid Agung Jawa Tengah yang bisa ditempuh dengan jarak 2.84kmsaja.
sumber: traveloka.com
 
Selain itu, jaraknya yang hanya sekitar 1,99 km dari Universitas Diponegoro memiliki daya tarik tersendiri khususnya bagi calon mahasiswa yang sedang mencari referensi pendidikan sekaligus memanjakan diri dengan aneka tempat wisata dan kuliner yang ada. Kita bisa menemukan salah satu tempat yang menarik, yakni Lawang Sewu yang hanya berjarak 1,5km. Menarik, bukan? 

Bagi para pelancong yang tertarik dengan budaya Tiong Hoa yang juga merupakan unsur penting dari lokalitas Semarang, Quest Hotel Semarang adalah pilihan yang tepat. Letaknya yang berada di area Pecinan Semarang, memudahkan kita untuk berjalan-jalan di obyek wisata populer sepertiKuil Wie Hwie Kiong dan Oen Restaurant.

Bagi yang suka, bisa bisa menghirup aroma hio dan dupa di klenteng-klenteng Kampung Pecinan seperti Kuil Wie Hwie Kiong. Huruf-huruf Mandarin yang klasik terdapat di berbagai sudutnya. Suasana makin terasa syahdunya saat terdengar sayup lagu-lagu Mandarin yang diputar di ruang yang dihiasi dengan lilin-lilin menyala, lampion, altar atau meja persembahan dengan suasananya yang hening. Kita bisa melihat satu dua orang yang datang untuk sembahyang. Sangat menarik dan eksotis.

Secara umum, Quest Hotel Semarang memiliki fasilitas penunjang bisnis bagi pengunjung. Pelayanannya sangat menarik dengan berbagai kenyamanan yang ditawarkan seperti kolam renang dan juga fasilitas spa dengan harga terbaik. WiFi yang tersedia di seluruh spot dan resepsionis yang siap 24 jam akan membuat pengunjung selalu terhubung dengan pelayan internal dan juga kolega atau teman di luar. Jangan lupa ya untuk mencoba restorannya. Ada banyak makanan nikmat yang bisa dicicipi.
 
sumber: traveloka.com

Kurang puas dan masih ingin mencoba kuliner Semarang dengan cita rasa lokal? Ada banyak area di sekitar Quest Hotel Semarang yang bisa Anda kunjungi. Hanya dengan berjalan kaki Anda bisa  menemukan kuliner ringan hingga berat yang bisa membuat kita tidak akan melupakan Semarang.
sumber: traveloka.com
 
Untuk makanan ringan, Anda bisa mencoba Lunpia Express yang berjarak sekitar 0.2km. Lumpia yang berisi rebung dengan campuran seafood ini adalah makanan khas Semarang yang disajikan dengan cita rasa masa kini. Gerainya berkonsep fastfood dan nyaman untuk dijadikan tempat ngobrol yang santai.

Untuk makanan berat kita bisa mencoba Krabe Seafood Resto. Resto ini terletak bersebelahan dengan Super Penyet yang berjarak sekitar 0.2km dari Quest Hotel Semarang. Makanan yang disajikan memiliki rasa yang enak dengan aneka menu seafood yang menggoda. Resto ini juga menyediakan kepiting ukuran jumbo dengan harga yang terjangkau. 

Kuliner lain? Banyak. Beberapa pilihan resto yang menyajikan Lunpia khas Semarang, Mie Jaya, Soto Sapi Gajah Mada, Nasi Ayam Bu Wido, Warung Asem-Asem Koh Liem, Warung Soto Bagong, Shabu Auce, dll. Rupanya makanan seafood cukup mendominasi di daerah ini yang juga memang merupakan selera khas daerah Semarang. Namun demikian, makanan nonseafood juga bukan berarti sukar untuk didapatkan. Semuanya menantang!

Nah, bagi yang berencana untuk menghabiskan waktu dan melakukan perjalanan ke Semarang, bisa mencoba menantang lidah sekaligus menikmati indahnya suasana di sekitar Quest Hotel Semarang yang ramai baik siang maupun malam. karena Semarang adalah kota yang layak  dikenang.

Happy traveling ^_^

Sabang, Parwisata Aceh yang Buat Ketagihan

Akhir-akhir ini kata”Sabang” gemar sekali singgah ke telinga. Sebentar-sebentar ada saja yang melayangkan kata “Sabang”. Apalagi tiap akhir pekan. Rekan kerja senyum-senyum udah pesan tiket. Ketika ditanya tujuannya, Sabang. Dari sekolah buat acara studi tur tujuannya Sabang. Di media sosial teman-teman dunia maya pada bicarakan Sabang. Di televisi, salah satu liputannya juga Sabang. Eh, di Instagram, saya malah menemukan lomba tentang Pesona Wisata Bahari Sabang.

Sudah pernah ke Sabang? Saya pernah sekali. Dulu sekali. Januari 2010. Saya ingat waktu itu kami nekat pergi di tengah carut –marut skripsi. Setelah pengajuan judul skripsi diterima, kami pun langsung cabut ke Sabang. Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini.

Nah, segala sesuatunya di Sabang itu ngangenin banget deh. Sekembali dari sana langsung ingin kembali ke Sabang lagi.
Pantai Sabang

Laut yang airnya benar-benar biru hingga ke tepiannya
Berawal dari Banda Aceh. Laut di Aceh memang luar biasa indah. Ketika di pelabuhan Ulele, saya sontak melongo melihat pemandangan di sekeliling saya. Saya kira pemandangan tepi laut yang benar-benar berair biru sampai ke tepi-tepinya hanya ada di foto-foto majalah travel saja. Yang telah diedit sana-sini. Namun pemandangan yang biasanya hanya bisa dinikmati di majalah kini terbentang dihadapan saya.

Dan semakin terpana ketika tiba di pulau Weh. Semakin saya mengeksplorasi tempat-tempat wisatanya, semakin tak bisa berkata-kata saya dibuatnya. Pemandangan-pemandangan yang begitu memanjakan mata.
budget ke sabang

Exploring Sabang ^_^
Perpaduan pesona alamnya yang luar biasa indah itu buat pengunjungnya ketagihan untuk kembali lagi ke Sabang. Lautnya yang biru, kontur alamnya yang membuat saya kehabisan kata mendeskripsikannya, dan pesona baharinya yang menurut saya mengagumkan.

pantai sabang
Finding Nemo Mission

Niat ingin menyelam (diving) namun apa daya, karena tak bisa berenang, akhirnya kami berpuas diri dengan snorkling di pulau Rubiah. Banyak ikan-kan kecil warna warni, lalu ada juga bulu babi, bintang laut dan mahkluk laut lainnya yang tak kami ketahui namanya di sela-sela karang. Dan kami terobsesi mencari Nemo. It was all finding Nemo mission.

Pemandangannya cukup keren buat kami yang tak bisa berenang ini. Yang ikut diving pasti dapat pengalaman yang lebih keren.

Padahal waktu kami berkunjung ketika itu, para penduduk setempat mengatakan bahwa keindahan bawah air yang kini kami lihat adalah sisa-sisa keindahannya akibat tsunami di 2006. Sabang masih dalam pemulihan kala itu.

Lah, jika pesona yang kami nikmati kala itu adalah “sisa-sisanya”, bagaimana pula keindahan aslinya? Ah jadi benar-benar ingin sekali ke Sabang segera.

Selain pesona bawah airnya, pantai-pantai di Sabang tak kalah eksotiknya. Ada beberapa pantai yang kami kunjungi. Yang saya ingat namanya diantaranya Iboih, Anoi Hitam dan Tiga Sumur.
pantai sabang
@Anoi_Hitam
Ombak di pantai Iboih cenderung agak tenang kala itu. Di pantai anoi hitam, sesuai dengan namanya, pantainya berpasir hitam berpadu dengan birunya air, dan bebatuan besar di sepanjang pantai. Sedangkan di pantai tiga sumur, perpaduan pepohonan kelapa, birunya air, dan gulungan ombak putih benar-benar membut anda ingin berteriak lepas sejadi-jadinya.
pantai tiga sumur sabang
My Favourite Tiga Sumur Beach
Tak hanya wisata alam, Sabang juga kaya akan wisata sejarah. Ada Lubang jepang, dan benteng pertahanan yang lengkap dengan meriam-meriamnya. Letaknya yang ditepi lautan, ada yang di dataran tinggi, ada pula yang di dekat pantai.

benteng jepang sabang
Benteng Jepang
Lalu tempat yang wajib dikunjung jika ke Sabang, yaitu O Kilometer Indonesia atau Kilometer Nol. Belum ke Sabang kalau belum ke sini. Biasanya banyak yang sengaja datang di sore hari untuk berburu matahari terbenam alias sunset.

kilometer nol indonesia sabang
Seunset at Kilometer 0 Indonesia


Nah itu tadi foto-foto zaman dimana kamera digital masih susah diakses, apalagi kamera handphone dengan resolusi sebagus sekarang. Jadi salah satu alasan ke Sabang selain rindu dengan segala keindahan dan pesona Sabang, juga mau mengabadikan momen dengan teknologi yang ada. Apalagi ada Sabang Marine Festival 2016. Pasti keren banget.

Jadi siapa yang mau ikut ke Sabang?



Keunikan Orang yang Ditemui Saat Traveling


Siapa sih yang gak suka jalan-jalan. Baik traveling solo atau barengan ada plus minusnya masing-masing. Tinggal bagaimana menyikapi dan niatnya saja. Karena sering kali banyak kejutan yang muncul saat traveling. Mulai dari fakta unik tempat yang kita kunjungi, masyarakatnya, orang-orang yang ditemui, bahkan mungkin teman seperjalanan kita.
traveling yuk
Mau dikasi caption apa ya... :D
Nah, ini adalah beberapa keunikan orang yang saya temui saat traveling ke beberapa tempat. Ada yang tahu di mana?

1. Mas-mas pengendara motor besar berhelm Hello Kity


Jadi ceritanya sore itu lagi di angkot. Lagi asik amat-mengamati. Angkot yang ditumpangi berjalan beriringan dengan si motor besar yang dikendarai oleh Mas-mas keren berhelm putih. Namun karena ia buru-buru sepertinya, ia pun mendahului angkot kami. Dan eh, barulah kelihatan ternyata helmnya si Mas bercorak Hello Kity di bagian belakangnya. Dan di bagian boncengannya ada satu lagi helm pink yang juga bercorak Hello Kity. Pantesan si Mas-nya buru-buru. Waktunya jemput.

2. Teman seperjalanan yang wajib foto di setiap tempat yang ada bacaannya


Untuk traveler yang gila foto, saya mah maklum-maklum saja. Bagi traveler yang satu ini semua foto harus ada wajahnya dengan kacamata hitamnya.

Waktu itu, setelah seharian sudah kami berputar-putar (dengan motor pinjaman) mengunjungi semua tempat wisatanya, foto sana-sini hingga baterai kamera low dan memori full, kami bertiga mengunjungi salah satu pantai di kawasan Sumatera dengan motor. Bersantai mengilangkan lelah seharian. Senja. Kami pun pulang. 

Di tengah perjalanan pulang, si Kakak ini akhirnya memaksa kami untuk balik lagi. Katanya ia harus foto di batu yang ada bacaan nama pantainya tadi. (Tepok jidat). Akhirnya kami balik lagi ke sana pemirsa. Demi bisa foto, ia rela menghapus beberapa fotonya. Seccara 3 kali jepret gak cukup.

3. Maskot berbayar

Dari awal sih tujuannya selain mau mengunjungi, pastinya mau foto dan mencari foto di situs wisata sejarah ini. Pas lihat banyak yang foto dengan maskot-maskot berkarakter Mickey Mouse, Doraemon, Sponge Bob dan teman-temannya, dua teman seperjalanan yang hobi foto ini pun tak mau ketinggalan.

Nah setelah puas beraneka gaya, kami pun beranjak. Eh tiba-tiba saja si maskot tadi menarik ujung baju teman saya. Si maskot pun akhirnya berbicara. “Yuk, bayarannya?” (Yuk, baca: Kakak). Lha, kirain gratis.

4. Abang-abang supir pick up yang baik hati


Hampir senja. Kami baru saja turun dari dari makam yang letaknya di ketinggian kurang lebih 700 anak tangga. Ketika pergi tadi pagi, kami menyewa dua becak motor. Janji akan dijemput kembali petangnya. Hampir 15 menit menunggu, sang becak tak kunjung datang.

Dalam penantian, kami lesehan di pinggir jalan. Duduk-duduk pada kanan-kiri undakan titi. Meskipun jalan beraspal mulus dan bagus, kota ini tidaklah memiliki angkot.

Hampir magrib. Becak yang ditunggu tak kunjung datang. Lalu sebuah mobil pick up berwarna hitam melewati kami. Tak lama kemudian mobil itu kembali lagi, mundur. Sang sopir mengatakan sesuatu dalam bahasa daerahnya. Teman saya yang asli orang sana meladeninya berbicara.

Saya mengerti setengah-setengah. Intinya ia menawarkan untuk ikut naik pick up nya. Kami pun akhirnya diantar ke tujuan.

Di perjalanan terlihat di sebelah barat, matahari berbentuk aneh. Ternyata sedang ada gerhana parsial.  Ada-ada saja memang kejutan di kota ini. Rekomendasi dah buat semua manusia penggemar jalan-jalan. Wajib kunjung lokasi ini.

5. Warga (se)kampung yang gak ngasi pulang sebelum makan di rumahnya


Enak banget kan. Seccara sang mahluk yang datang ke rumah mereka itu statusnya ada yang sebagai keponakan, cucu, sepupu, pariban, teman dari ibunya, teman dari ayahnya, temannya, apalagi tetangganya. Satu kota bagaikan semua penduduknya itu saudaranya semua dari ujung ke ujung. Tiap berkunjung, atau sekedar sapa, pasti di-stop, disuruh masuk dulu ke rumahnya, lalu disuruh ke dapur. Makan.

Di jam sarapan ada saja yang mengantarkan kue-kue khas daerah ini ke rumah si kawan ini. Makan siang tinggal pilih mau makan di mana. Makan malam, camilan, tinggal tunjuk. All is free. Yang (gak) enaknya, hari pertama mendarat di sana. Makanan aneka rupa berjibun berdatangan. Kami sampai sesak nafas karena kekenyangan.

Pengalaman ini bukan hanya karena penduduk daerah sana yang ramah-ramah, tapi juga karena siapa teman perjalanannya juga. Taklah lebay jika dikatakan si teman kami ini cukup populer di kota kelahirannya. Hampir tak ada warga sana yang tak kenal dengan si Dahlia ini di masanya. 

6. Mbak-mbak yang suka buat nyasar


Beberapa tahun lalu, ketika masih unyu-unyusmartphone masih langka dan internet masih mahal di tangan mahasiswa, kami nekat jalan-jalan dengan info yang kami ingat setelah baca di internet berkali-kali dan sekumpulan catatan kecil yang kami bawa.

Sayangnya tak satupun catatan kami memuat info rute metro di sana. Alhasil, setelah beli kartu di mesin penjual kartu otomatis, kami pun membaca lekat-lekat rute mana saja yang akan kami lewati untuk sampai ke tempat tujuan.

Kami pun naik, sambil tak henti memperhatikan lampu rute pada layar dinding metro. Mungkin karena hanya kami berempat yang begitu tertarik dengan rute si metro, seorang mbak-mbak berambut pendek  iseng menyapa.

Butuh beberapa saat agar kami mengerti apa yang dikatakannya. Intinya dia bilang jika ingin ke tujuan kami, kami harus berhenti di stasiun selanjutnya, dan berganti metro di jalur sebelah, lalu berhenti di stasiun ke-3 yang merupakan pemberhentian terakhir. Kami pun langsung percaya saja, takut kelewatan lalu nyasar.

Di stasiun selanjutnya, kami bergegas turun. Saat pintu akan menutup, jelas-jelas kami melihat si mbak tadi tersenyum aneh. Langsung deh terbayang figur psikopat yang sering nampil di film holywood saat itu juga. Perasaan kami tak enak. Namun pauknya saat itu, kami turuti juga petunjuk si mbak. Kami lebih percaya dengan si mbak daripada kata hati kami. Hah.

Kami menyeberang ke jalur sebelah. Lalu naik metro dengan arah berbeda. Di stasiun ketiga, kami turun. Dan ternyata itu bukan nama stasiun yang kami tuju. Kami lihat lagi papan keterangan lekat-lekat. Ternyata rute yang kami pilih pertama tadi sudah benar. Barulah benar-benar sadar kalau kami dikerjai psikopat.

7. Penduduk yang rata-rata gak bisa bilang “er”


Jika traveling ke manapun, sebisa mungkin pelajari dahulu kebudayaan, dan kebiasaan sehari-hari penduduknya. Apa lagi traveling  ke beda negara. Nah, inilah yang pada saat itu masih kami amalkan setengah-setengah. Kurang research. Yang di-research tempat-tempat wisatanya saja sih.

Beginilah jadinya. Supir taksi yang kami tumpangi tak bisa mengidentifikasi tujuan kami ketika kami mengatakan nama tempat tujuan dengan bahasa inggris yang baik dan benar. Kami mengucapkan “road” (jalan) dengan fasih. Sampai 20 kali, sang supir tetap tak mengerti. Kami pun bingung. Sukur waktu di bandara kami sempat nyaplok peta wisata gratis. Kami pun akhirnya pakai bahasa tarzan sambil nunjukin tuh peta. Sampai di sana, kami lihat plang marka jalan. Jelas-jelas ditulis pakai bahasa Inggris “ROAD”.

Esoknya setelah lelah berkeliling situs wisata dan berbelanja souvenir, kami hendak pulang dengan jasa sejenis becak la kalau di Medan. Hal yang sama terjadi, sang supir juga tak tahu di mana tempat yang kami maksud. Akhirnya kami sebutkan saja nama jalannya tanpa pakai kata “ROAD”.

Aha ia langsung faham. Dan ia mengulang-ulang tujuan kami. Yang kami tangkap ia mengucapkan kata “ROAD” menjadi “LOAD” (seperti orang Medan mengucapkan “lut” pada kata “mulut”. Pakai logat Medan ya, bukan pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar😁).

Kami pun akhirnya ngomong pakai bahasa Indonesia dengan uwak itu sambil pakai bahasa tarzan. Uwak itu pun ngoceh-ngoceh dengan bahasanya sambil bareng-bareng kami ketawa-ketawa gak jelas. Akhirnya sah sudah bahwa bahasa Inggris memang tak berguna di sana.  

8. Cowok-cowok pada pakai pink mah biasa


Kalau adik laki-laki saya, ada corak warna pink-nya sedikit saja, mau tas, sepatu, apalagi baju dan celana, pasti takkkan dipakainya. Kalau di Medan, lelaki juga rata-rata pada ogah pakai sesuatu yang ada nuansa pink-nya.

Paling sering sekarang ini lihat lelaki pakai pink pas nikahan. Ehm, maksud saya si pengantin pria. Bisa jadi karena terpaksa, mau tak mau, atau yang 'ya udah la ikhlas saja'.

Yang datang ke pesta pakai pink pastinya wanita. Kalau lelaki...? Sepertinya pernah jumpa sekali, kemeja soft pink yang hampir kelihatan putih. Lagi pula wanita cenderung bilang “Iii...cowok pake pink” (maknanya agak-agak gimanaaa gitu).

Nah, kalau di sini, pertama kali jumpa pasangan muda lelaki dan perempuan di satu bus. Mereka kompakan pakai kaos pink ngejreng. (Mungkin mereka lagi bulan madu ya).

Selanjutnya ketika sampai di tempat tujuan. Saat itu kami ngobrak-ngabrik pasar dulu pagi-pagi, cari sarapan. Eh, banyak yang pake kaos dan baju berwarna pink. Dan rata-rata yang pakai adalah lelaki.

Kemudian waktu kami keliling kotanya, tak hanya manusianya saja ternyata yang ber-pink ria. Banyak bangunan, rumah, jembatan layang, mall, bus kota, taksi, becak, bahkan nasi gorengnya pun berwarna pink ngejreng. Oh
My God. Sepertinya negara ini pecinta pink. Entah kenapa bendera negaranya tak ada nuansa pink-pink-nya. 


Nah, itu dia beberapa keunikan orang yang saya temui saat traveling. Ada yang bisa tebak di mana-mana lokasi dari 8 poin di atas?

Ke barus (Lagi) Yuk!


Pernah dengar kata “barus”? Kalau “kapur barus”? Ya, kedua kata itu berbeda. Namun punya kaitan.

Kalau saya tidak salah, di Sumatera Utara ada “marga barus”, salah satu marga di suku batak (iya nya?). Namun yang saya maksud “barus” di atas bukan itu, melainkan
sebuah tempat. Kota tepatnya.

Masih di Sumut, Barus merupakan sebuah kota kecil di pinggiran laut Sumatera. Kota ini merupakan saksi sejarah masuknya Islam pertama kali di Sumatera. (Eits ,tolong dikoreksi jika keliru). Letaknya sekitar 2 jam dari kota Sibolga. (Oooo). Jika masih belum dapat gambaran juga silahkan buka Google Map 8-).

Dan kapur barus itu ternyata ya asalnya dari Barus ini. Makanya namanya kapur Barus.

Foto 8 tahun lalu (masih unyu-unyu) ^_^

Kota ini kaya akan wisata. Mau wisata sejarah, alam, budaya sampai kuliner ada. Kalau wisata malam...nanti kita pastikan lagi ya. (Yang Anda pikirkan sepertinya tidak sama dengan yang saya pikirkan ^_^). 

Alamnya berupa laut, pantai, sawah dan gunung. Jadi, biarpun kota ini terletak di bibir pantai, hawa pengunungannya tetap kental. Dan air tanahnya jernih dan tidak berbau lho. Jadi bisa digunakan buat MCK.



Nah, Jadi ceritanya, rencana menjelajah Barus ini sebenarnya bukan rencana utama buat saya. Tujuan sebenarnya ke sana adalah menghadiri walimahan sahabat seperjuangan. (Yaelah)

Akhirnya ungkapan yang dicamkan dulu-dulu itu pun akan kesampaian minggu depan. Waktu itu ketika diundang untuk liburan tahun baru ke kampung halaman si kawan ini, saya ingat mengatakan “Nanti ya, pokoknya kali ketiga aku ke Barus lagi, pas nikahanmu”. Dan tadaaa... Insya Allah minggu depan terlaksana. Jadi eksplorasi lekuk-lekuk Barus dan berburu “Shots” adalah agenda utama keduanya. Hehehe.

So, telah di tetapkan akan berangkat Jum’at malam 16 Oktober ’15. Mulanya akan menggunakan jasa Travel atau taksi. Tapi karena beberapa hal, jasa angkutan yang akan digunakan adalah pesawat. Namun berhubung belum ada bandara di Barus sana, jadilah SAMPRI angkutan yang paling efektif. (Ahaha).

Salah beberapa alasan menggunakan SAMPRI diantaranya karena bakal bawa banyak titipan kado (apa iya), lalu jumlah yang mau ikut ke sana bejibun (secara markas besar fans nya si kawan di Medan), trus rute perjalanannya yang tidak melalui Tebing Tinggi (soalnya bakal macet di perbaungan bro, ini juga alasannya mau pakai jasa pesawat) melainkan lewat rute Brastagi).

Lama perjalanan berkisar 11-12 Jam. Berangkat pukul 8 malam lalu pagi kira-kira pukul 7 sudah sampai di tujuan. Namun Magrib harus sudah stand by di loket. Harga tiket Rp. 90.000. Info terbaru yang saya dapat sih seperti itu dari si kawan ini. Karena dulu-dulunya tetap setia dengan jasa travel karena lebih cepat sampai. Namun info dari nya bahwa lama perjalanan sama saja dengan menggunakan taksi mengalihkan kesetiaannku. Yah, semoga info ini bukan PHP ya. Soalnya saya sering kurang beruntung jika berkendara dengan bus besar. Semoga niat yang baik membawa keberuntungan yang baik pula.

Nah, singkat cerita, jika anda merupakan fans, undangan, kerabat, sahabat, sanak keluarga (yang hilang, hehe) atau calon wisatawan/wati yang ingin bepergian ke tujuan yang sama dengan waktu yang sama, Yuk, mari ramaikan isi SAMPRI. Hehe.

I’ll See You Soon


Rumah kedua, 10 oct ’15 09.15 pm

Sepotong Mozaik di Banda


Hmmm…(^_^), sore ni tiba-tiba pengen nulis di laptop (Nah diary ku, hari ini kamu kamu aku kasi cuti ya).
Yah, barusan di kepala terlintas tentang pengalaman pertama backpacking di di Aceh, khususnya waktu di Banda Januari 2010 lalu.
Awalnya sih karena ngelamunin bakalan ditraktir ama somebody nya si kawan, ngak usah la disebutkan namanya ya. Nah, so, aku mikir (ngayal lebih tepatnya) bakalan pesennya martabak telur aja, secara pastinya gak akan abis kalau pesan mie Aceh. Dari situlah saraf-saraf otakku agak korslet (untung gak nyampek kebakaran yah, hehehe).
Wajah-wajah baru nyampek ^_^
Jadi gini, waktu di Banda, kami serombongan