#BahagiadiRumah = Saling Berbagi dan Menyayangi
Kebiasaan scrolling-scroling ke bawah timeline
Facebook, saya nemu link yang sharing tentang NOVAVERSARY ke 28. Wow untuk
wanita itu adalah suatu usia yang lagi cantik dan produktif banget kalau menurut saya. Semoga Tabloid Nova juga semakin cantik dan semakin produktif menginspirasi Indonesia ya.
Cantik dan produktifnya seorang wanita pastinya tak
lepas dari tempat kediamannya yang nyaman yang menyebabkannya bahagia. Atau mungkin
sebaliknya, cantik dan produktivitasnya tercermin pada rumah tinggalnya.
Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel yang kurang
lebih menyatakan bahwa orang yang bahagia
biasanya lebih produktif dan kreatif.
Kecuali pada orang yang sedang jatuh cinta. Bahagianya sih iya, namun lebih
banyak senyum-senyum sendiri dan melamunnya dari pada aktifitasnya. Begitu katanya.
Nah, kembali ke topik. Kalau menurut saya yang anak
kos-an ini, #BahagiadiRumah itu sederhana. Namanya juga anak kos, kalau ada
makanan di kos itu ya Alhamdulillaaaah banget. Bahagia.
Biasanya banyak saja yang berbagi, dari teman satu
kamar yang baru pulang kampung, dari teman sebelah kamar yang baru dapat
kiriman dari kampung, dari ibu kos di sebelah rumah, dari teman-teman dan
temannya teman yang datang berkunjung, atau dari teman yang lagi berhajat mau
traktir satu kos-an.
It's traktiran time....Alhamdulillah |
#BahagiadiRumah kos-an kami itu pas-pasan. Pas lagi
masa paceklik ada saja kejutan-kejutan traktiran. Pas lagi kepingin maka sate,
eh, pulang-pulang si teman bawa sate. Pas lagi kelaparan pulang kampus, eh, si
kawan masak lodeh daun katu lengkap dengan sambal balado ikan tenggirinya. Pas
lagi kepingin makan bakso, teryata ibu kos lagi wiritan d irumahnya. Makan
gratis lagi. Memang rejeki anak soleh. Pas-pasan itu memang nikmat.
Selain nikmat yang pas-pasan itu, rasa #BahagiadiRumah
kos itu ternyata juga bisa terasa nikmat kala sedang susah lho. Pernah, ketika
musim paceklik melanda, ketika semua stok makanan sudah habis, kiriman dari
kampung belum waktunya tiba, sehingga harus pintar-pintar mengelola pundi-pundi
rupiah yang tersisa, namun apa daya perut kami dilanda kelaparan, dan hanya ada
nasi di rice cooker, itu pun untuk porsi satu orang.
Ternyata sekumpulan anak kos yang dilanda kelaparan
bisa menghasilkan ide-ide yang cukup kreatif. Kami bongkar-bongkar rak tempat
kami menyetok sumber makanan. Hanya ditemukan tepung terigu, garam, kecap dan
seunit bumbu dapur. Dari kamar sebelah kami berhasil menemukan sebungkus mie
instan, sepiring nasi, sis-sisa sambal teri dan minyak goreng. Jadilah malam
itu kami bereksperimen membuat makanan yang tak diketahui akan seperti apa wujud
dan rasanya.
Adonan pun siap untuk di goreng. Namun berhubung kami
berlima (kalau tak salah) waktu itu lapar sangat, khawatir tak akan cukup dengan
porsi yanga ada, akhirnya kami putuskan untuk menambahkan seluruh tepung terigu
yang tersisa lalu menambahkan garam dan air lagi. Jadi banyak deh (^_^).
Dan taraaa, ternyata rasanya ketika dinikmati
bersama-sama, maknyus tiada tara. Bonusnya kami malah kekenyangan.
Alhamdulillah, kami terselamatkan malam itu dari kelaparan oleh kejeniusan yang
singgah dengan ajaib.
Jadi produktif dan kreatif tak hanya muncul ketika
bahagia saja ternyata (seperti yang disebutkan di atas tadi), kala dilanda
lapar juga bisa kreatif. Asal situasinya mendukung, yaitu teman yang juga sama-sama
lapar. ^_^
Pakai nasi biar kenyang ^-^ |
#BahagiadiRumah kos itu, selain soal makan dan makanan,
juga soal kebersamaan. Ketika semua penghuni kos pada sibuk dengan aktivitasnya
amasing-masing, ada yag sibuk dengan kampusnya, kerjaannya, dan organisasinya,
kami sepertinya menyadari bahwa waktu untuk kumpul bersama atau bahasa kerennya
Quality Time itu perlu.
Selain Quality time pada waktu traktiran satu kos-an,
tak jarang sebagian dari kami rela melambatkan waktu tidur kami hanya untuk menunggu
seorang kawan pulang dari rutinitas mengajar les privatnya, untuk curhat. Sering
aktivitas curhatan ini pun berlanjut tanpa disadari hingga lewat tengah malam.
^_^.
Curhatan kami tak hanya sekedar ketika galau-galauan
saja, atau sekedar bergosip ria, kami sering bercerita tentang mimpi-mimpi yang
kami punya, mengevaluasi diri, membicarakan masalah-masalah politik (loh? Yang
ini enggak ding :D), maksud saya membicarakan masalah-masalah yang terjadi di
rumah kos kami dan mencari solusinya.
Namanya juga kehidupan, pasti ada saja lika-likunya. Seperti
halnya kos-an kami yang dihuni bermacam ragam pribadi dengan latar belakang kehidupan
yang berbeda.
#BahagiadiRumah kos itu juga kami rasakan saat bisa sering-sering
sholat berjamaah. Terlepas dari masing-masing kami yang sibuk dengan rutinitas,
ketika sedang dalam kondisi bisa untuk berjamaah, ya dibisa-bisakan. Pun terlepas
dari kondisi kos-an kami yang sempit, kalau di lapang-lapangkan bisa kok.
Ada satu bagian dari hal ini yang takkan pernah bisa di
lupakan. Pasalnya kami suka sekali menunggu sang imam. Karena biasanya kami
sudah mengambil posisi masing-masing, dengan mengosongkan tempat imam. Jadi yang
datang paling akhir otomatis menjadi imamahnya. Bagian yang ini pasti takkan
bisa dilupakan. Diamana-mana yang terakhir datang itu ya masbuk bukan malah
jadi Imam. (^_^).
AKhir kata, #BahagiadiRumah kos kami itu sederhanya. Ketika
kami dari latar belakang yang berbeda-beda bisa hidup di bawah satu atap
sebagai keluarga. Saling menghargai, saling berbagi kala senang dan susah,
saling peduli dan saling menjaga. Berusaha untuk tidak mengganggau yang lain
atas hal-hal yang kami lakukan. Ketika semuanya merasa aman, nyaman dan tentram
untuk kembali ke rumah kos kami, di situlah kami merasa #BahagiadiRumah.
Inget pas zaman kuliah dulu, jadi anak kost juga. Tapi zaman dulu tahun 90an keknya ga sekreatif sekarang penghuni2 kost nya, yg sekarang pada rajin2 hihihi. Bikin ini ono dan kadang bisa nambah penghasilan ;).
ReplyDeleteAhaha...dan nambah berat badan juga kak Molly. Dunia berubah semenjak negara api menyerang kak..😄
DeleteKreatif ya tiwi. Hahahaha itu apa nama masakannya. Gado2 ala anak kos
ReplyDeleteNamanya Cruchy Crazy Noodle Crispy kak...ahaha
DeleteWhen we from different backgrounds can live under one roof as a family. Respect, share when happy and difficult, care for each other and care for each other.
ReplyDelete