Man Shabara Zhafira

3:20 pm Pertiwi Soraya 0 Comments



Man Shabara Zhafira.  Siapa bersabar akan beruntung, begitu kira-kira artinya pepatah arab ini.

Sabar juga ada batasnya. Begitu sering kata orang. Namun benarkah sabar ada batasnya?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita mendefinisikan sabar terlebih dahulu.

Menurut aplikasi KBBI yang saya download, sabar berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati); tabah; tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu.

Jika kita telaah definisi sabar di atas, tidaka ada indikator yang pasti akan batasan sabar. Seperti pada “Tidak lekas marah”. Berapa lama waktu yang dikatakan “lekas” dan “tidak lekas”? tiap orang mempunyai standard waktu yang berbeda untuk hal “lekas” dan “tak lekas” ini. Bagi sebagian orang mungkin 1 jam adalah waktu yang cukup lama untuk menunggu seseorang, namun bagi sebagian lain, waktu 1 jam adalah waktu yang masih normal untuk menoleransi keterlambatan.

Mungkin kebanyakan kita mendefinisikan sabar sebagi diam saja tanpa melakukan apa-apa. Menoleransi, maklum, membiarkan, menunggu, memberi kesempaatan kedua atau mungkin memaafkan.

Misalnya ada yang ngutang tapi gak dibayar-bayar. ^_^, sementara Anda butuh. Ditunggu-tunggu tak kian dibayarkan. Dikode-kode tak di terge. Akhirnya jatuh masa dimana Anda menganggapnya sebagai batas kesabaran. Lalu mulai bergerak nyata. Menagih. Ternyata ketika di tagih cuma di read doang. ^_^. Selanjutnya terserah Anda mau diapain ya.
 
Man Shabara Zhafira
Judul dan Gambar gak nyambung? Coba lihat tatapan matanya ^_^
Nah saya dulu juga setuju dengan sabar itu ada batasnya. Namun akhir-akhir ini saya menganut paham bahwa sabar tidaklah mempunyi batasan. Pasalnya sampai saat ini saya belum menemukan ukuran apa yang digunakan untuk mengukur kesabaran. Jika dengan menggunakan perbandingan manusia paling sabar di dunia, kondisi yang paling sabar yang pernah saya lakukan belumlah ada apa-apanya.

Kalau hanya hutang yang tak kunjung dibayar, mengeluh kala rasa sakit tak tertahankan menyerang, merasa seakan orang paling teraniaya di dunia hanya karena disuruh mempelajari mata pelajaran yang paling tidak disukai (padahal belajar itu menambah ilmu ya kan), atau hal lainnya yang membuat kita mengeluh, sebandingkah dengan orang yang kehilangan seluruh hartanya karena bencana namun tak mengeluh sedikitpun? Sebandingkah dengan orang yang semua anaknya meninggal karena sakit namun masih ikhlas? Sebandingkah dengan orang yang terkena penyakit kulit menahun yang membuat orang yang melihatnya muntah seketika, namun ia masih giat beribadah pada tuhannya dari pada memilih bunuh diri?

Masih banyak orang yang lebih teraniaya dari pada yang kita alami namun mereka tak mengeluh sedikitpun. Maka mengeluh bukanlah suatu pembenaran. Menegeluh hanya menyebarkan aura negative pada sekeliling si pengeluh.

Sabar menurut versi saya adalah kita berusaha untuk tidak teraniaya dan tidak dianaiaya. Jadi sabar bukan berarti pasrah teraniaya tanpa melakukan apapun. Justru kita melakukan sesuatu untuk mengubahnya, sabar pada prosesnya dan ikhlas dengan hasilnya. Jika pun hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa kita akan mendapatkan yang jauh lebih baik, bahkan diluar yang kita bayangkan. 

Man Shabara Zhafira. Siapa sabar akan beruntung. Maka kita takkan pernah tahu seberapa beruntungnya kita jika membatasi sabar itu sendiri. Mungkin dalam menghadapi suatu situasi, kita menganggap sampai disitulah batas kesabaran kita. Namun percayalah, tuhan tak memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan kita. Jadi untuk mengetahui sampai mana batas kemampuan, maka sabar itu tak ada batasnya.

Jadi jika ingin beruntung, bersabarlah. Dimulai dengan berhenti mengeluh. Stop whining.

Kalau Kamu, sabar itu ada batasnya gak sih?

You Might Also Like

0 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄