Keunikan Orang yang Ditemui Saat Traveling

8:36 pm Pertiwi Soraya 32 Comments


Siapa sih yang gak suka jalan-jalan. Baik traveling solo atau barengan ada plus minusnya masing-masing. Tinggal bagaimana menyikapi dan niatnya saja. Karena sering kali banyak kejutan yang muncul saat traveling. Mulai dari fakta unik tempat yang kita kunjungi, masyarakatnya, orang-orang yang ditemui, bahkan mungkin teman seperjalanan kita.
traveling yuk
Mau dikasi caption apa ya... :D
Nah, ini adalah beberapa keunikan orang yang saya temui saat traveling ke beberapa tempat. Ada yang tahu di mana?

1. Mas-mas pengendara motor besar berhelm Hello Kity


Jadi ceritanya sore itu lagi di angkot. Lagi asik amat-mengamati. Angkot yang ditumpangi berjalan beriringan dengan si motor besar yang dikendarai oleh Mas-mas keren berhelm putih. Namun karena ia buru-buru sepertinya, ia pun mendahului angkot kami. Dan eh, barulah kelihatan ternyata helmnya si Mas bercorak Hello Kity di bagian belakangnya. Dan di bagian boncengannya ada satu lagi helm pink yang juga bercorak Hello Kity. Pantesan si Mas-nya buru-buru. Waktunya jemput.

2. Teman seperjalanan yang wajib foto di setiap tempat yang ada bacaannya


Untuk traveler yang gila foto, saya mah maklum-maklum saja. Bagi traveler yang satu ini semua foto harus ada wajahnya dengan kacamata hitamnya.

Waktu itu, setelah seharian sudah kami berputar-putar (dengan motor pinjaman) mengunjungi semua tempat wisatanya, foto sana-sini hingga baterai kamera low dan memori full, kami bertiga mengunjungi salah satu pantai di kawasan Sumatera dengan motor. Bersantai mengilangkan lelah seharian. Senja. Kami pun pulang. 

Di tengah perjalanan pulang, si Kakak ini akhirnya memaksa kami untuk balik lagi. Katanya ia harus foto di batu yang ada bacaan nama pantainya tadi. (Tepok jidat). Akhirnya kami balik lagi ke sana pemirsa. Demi bisa foto, ia rela menghapus beberapa fotonya. Seccara 3 kali jepret gak cukup.

3. Maskot berbayar

Dari awal sih tujuannya selain mau mengunjungi, pastinya mau foto dan mencari foto di situs wisata sejarah ini. Pas lihat banyak yang foto dengan maskot-maskot berkarakter Mickey Mouse, Doraemon, Sponge Bob dan teman-temannya, dua teman seperjalanan yang hobi foto ini pun tak mau ketinggalan.

Nah setelah puas beraneka gaya, kami pun beranjak. Eh tiba-tiba saja si maskot tadi menarik ujung baju teman saya. Si maskot pun akhirnya berbicara. “Yuk, bayarannya?” (Yuk, baca: Kakak). Lha, kirain gratis.

4. Abang-abang supir pick up yang baik hati


Hampir senja. Kami baru saja turun dari dari makam yang letaknya di ketinggian kurang lebih 700 anak tangga. Ketika pergi tadi pagi, kami menyewa dua becak motor. Janji akan dijemput kembali petangnya. Hampir 15 menit menunggu, sang becak tak kunjung datang.

Dalam penantian, kami lesehan di pinggir jalan. Duduk-duduk pada kanan-kiri undakan titi. Meskipun jalan beraspal mulus dan bagus, kota ini tidaklah memiliki angkot.

Hampir magrib. Becak yang ditunggu tak kunjung datang. Lalu sebuah mobil pick up berwarna hitam melewati kami. Tak lama kemudian mobil itu kembali lagi, mundur. Sang sopir mengatakan sesuatu dalam bahasa daerahnya. Teman saya yang asli orang sana meladeninya berbicara.

Saya mengerti setengah-setengah. Intinya ia menawarkan untuk ikut naik pick up nya. Kami pun akhirnya diantar ke tujuan.

Di perjalanan terlihat di sebelah barat, matahari berbentuk aneh. Ternyata sedang ada gerhana parsial.  Ada-ada saja memang kejutan di kota ini. Rekomendasi dah buat semua manusia penggemar jalan-jalan. Wajib kunjung lokasi ini.

5. Warga (se)kampung yang gak ngasi pulang sebelum makan di rumahnya


Enak banget kan. Seccara sang mahluk yang datang ke rumah mereka itu statusnya ada yang sebagai keponakan, cucu, sepupu, pariban, teman dari ibunya, teman dari ayahnya, temannya, apalagi tetangganya. Satu kota bagaikan semua penduduknya itu saudaranya semua dari ujung ke ujung. Tiap berkunjung, atau sekedar sapa, pasti di-stop, disuruh masuk dulu ke rumahnya, lalu disuruh ke dapur. Makan.

Di jam sarapan ada saja yang mengantarkan kue-kue khas daerah ini ke rumah si kawan ini. Makan siang tinggal pilih mau makan di mana. Makan malam, camilan, tinggal tunjuk. All is free. Yang (gak) enaknya, hari pertama mendarat di sana. Makanan aneka rupa berjibun berdatangan. Kami sampai sesak nafas karena kekenyangan.

Pengalaman ini bukan hanya karena penduduk daerah sana yang ramah-ramah, tapi juga karena siapa teman perjalanannya juga. Taklah lebay jika dikatakan si teman kami ini cukup populer di kota kelahirannya. Hampir tak ada warga sana yang tak kenal dengan si Dahlia ini di masanya. 

6. Mbak-mbak yang suka buat nyasar


Beberapa tahun lalu, ketika masih unyu-unyusmartphone masih langka dan internet masih mahal di tangan mahasiswa, kami nekat jalan-jalan dengan info yang kami ingat setelah baca di internet berkali-kali dan sekumpulan catatan kecil yang kami bawa.

Sayangnya tak satupun catatan kami memuat info rute metro di sana. Alhasil, setelah beli kartu di mesin penjual kartu otomatis, kami pun membaca lekat-lekat rute mana saja yang akan kami lewati untuk sampai ke tempat tujuan.

Kami pun naik, sambil tak henti memperhatikan lampu rute pada layar dinding metro. Mungkin karena hanya kami berempat yang begitu tertarik dengan rute si metro, seorang mbak-mbak berambut pendek  iseng menyapa.

Butuh beberapa saat agar kami mengerti apa yang dikatakannya. Intinya dia bilang jika ingin ke tujuan kami, kami harus berhenti di stasiun selanjutnya, dan berganti metro di jalur sebelah, lalu berhenti di stasiun ke-3 yang merupakan pemberhentian terakhir. Kami pun langsung percaya saja, takut kelewatan lalu nyasar.

Di stasiun selanjutnya, kami bergegas turun. Saat pintu akan menutup, jelas-jelas kami melihat si mbak tadi tersenyum aneh. Langsung deh terbayang figur psikopat yang sering nampil di film holywood saat itu juga. Perasaan kami tak enak. Namun pauknya saat itu, kami turuti juga petunjuk si mbak. Kami lebih percaya dengan si mbak daripada kata hati kami. Hah.

Kami menyeberang ke jalur sebelah. Lalu naik metro dengan arah berbeda. Di stasiun ketiga, kami turun. Dan ternyata itu bukan nama stasiun yang kami tuju. Kami lihat lagi papan keterangan lekat-lekat. Ternyata rute yang kami pilih pertama tadi sudah benar. Barulah benar-benar sadar kalau kami dikerjai psikopat.

7. Penduduk yang rata-rata gak bisa bilang “er”


Jika traveling ke manapun, sebisa mungkin pelajari dahulu kebudayaan, dan kebiasaan sehari-hari penduduknya. Apa lagi traveling  ke beda negara. Nah, inilah yang pada saat itu masih kami amalkan setengah-setengah. Kurang research. Yang di-research tempat-tempat wisatanya saja sih.

Beginilah jadinya. Supir taksi yang kami tumpangi tak bisa mengidentifikasi tujuan kami ketika kami mengatakan nama tempat tujuan dengan bahasa inggris yang baik dan benar. Kami mengucapkan “road” (jalan) dengan fasih. Sampai 20 kali, sang supir tetap tak mengerti. Kami pun bingung. Sukur waktu di bandara kami sempat nyaplok peta wisata gratis. Kami pun akhirnya pakai bahasa tarzan sambil nunjukin tuh peta. Sampai di sana, kami lihat plang marka jalan. Jelas-jelas ditulis pakai bahasa Inggris “ROAD”.

Esoknya setelah lelah berkeliling situs wisata dan berbelanja souvenir, kami hendak pulang dengan jasa sejenis becak la kalau di Medan. Hal yang sama terjadi, sang supir juga tak tahu di mana tempat yang kami maksud. Akhirnya kami sebutkan saja nama jalannya tanpa pakai kata “ROAD”.

Aha ia langsung faham. Dan ia mengulang-ulang tujuan kami. Yang kami tangkap ia mengucapkan kata “ROAD” menjadi “LOAD” (seperti orang Medan mengucapkan “lut” pada kata “mulut”. Pakai logat Medan ya, bukan pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar😁).

Kami pun akhirnya ngomong pakai bahasa Indonesia dengan uwak itu sambil pakai bahasa tarzan. Uwak itu pun ngoceh-ngoceh dengan bahasanya sambil bareng-bareng kami ketawa-ketawa gak jelas. Akhirnya sah sudah bahwa bahasa Inggris memang tak berguna di sana.  

8. Cowok-cowok pada pakai pink mah biasa


Kalau adik laki-laki saya, ada corak warna pink-nya sedikit saja, mau tas, sepatu, apalagi baju dan celana, pasti takkkan dipakainya. Kalau di Medan, lelaki juga rata-rata pada ogah pakai sesuatu yang ada nuansa pink-nya.

Paling sering sekarang ini lihat lelaki pakai pink pas nikahan. Ehm, maksud saya si pengantin pria. Bisa jadi karena terpaksa, mau tak mau, atau yang 'ya udah la ikhlas saja'.

Yang datang ke pesta pakai pink pastinya wanita. Kalau lelaki...? Sepertinya pernah jumpa sekali, kemeja soft pink yang hampir kelihatan putih. Lagi pula wanita cenderung bilang “Iii...cowok pake pink” (maknanya agak-agak gimanaaa gitu).

Nah, kalau di sini, pertama kali jumpa pasangan muda lelaki dan perempuan di satu bus. Mereka kompakan pakai kaos pink ngejreng. (Mungkin mereka lagi bulan madu ya).

Selanjutnya ketika sampai di tempat tujuan. Saat itu kami ngobrak-ngabrik pasar dulu pagi-pagi, cari sarapan. Eh, banyak yang pake kaos dan baju berwarna pink. Dan rata-rata yang pakai adalah lelaki.

Kemudian waktu kami keliling kotanya, tak hanya manusianya saja ternyata yang ber-pink ria. Banyak bangunan, rumah, jembatan layang, mall, bus kota, taksi, becak, bahkan nasi gorengnya pun berwarna pink ngejreng. Oh
My God. Sepertinya negara ini pecinta pink. Entah kenapa bendera negaranya tak ada nuansa pink-pink-nya. 


Nah, itu dia beberapa keunikan orang yang saya temui saat traveling. Ada yang bisa tebak di mana-mana lokasi dari 8 poin di atas?

32 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄