Biasanya yang namananya berbagi itu berakhir dengan indah. Iyakan? Tapi tidak untuk kali
ini.
Pernahkah
Anda menjadi anak kos? Atau anda menyandang status itu sekarang?
Nah, ini
adalah kisah anak-anak kos yang sedang menjalani masa paceklik dengan segala dilema keuangan
dan emosi jiwa. Selamat membaca dan
berimajinasi.
Pada
suatu hari yang sangat miskin, kami akhirnya memutuskan untuk berbelanja bahan
makanan untuk stok selama 1 minggu kedepan. Menggunakan sisa-sisa pundi
simpanan. Di akhir bulan seperti ini, kami memutuskan untuk memasak gulai ikan.
Dengan budget seadanya, akhirnya terbelilah 3 ekor ikan seharga Rp.
15.000,-. Masing-masing ikan dipotong jadi 4 bagian. Biar banyak...Sahaha.
Jadi biarpun
uang tak lagi bisa dikatakan uang, makanan harus tetap di jaga bro. Soalnya kalau sampai sakit bisa
bahaya bro. Mau dari mana budget untuk menebus ini itu. sudah tak
ada uang, sakit pulak...wkkk...bisa-bisa langsung pulang kampung ke kampung akhirat.
Belum siap adek bang...dosa betumpuk, amalan masih minim.
Nah,
kembali lagi,
Dan taraaa...gulai
ikan pun selesai. Prinsip kami, jadi anak kos itu wajib irit, tapi jangan
pelit-pelit. Kalau mau berkah, maka bagi-bagilah. (well, bukan prinsip yang kami buat sih sepertinya, lebih tepatnya
memang sudah seperti itu prakteknya ketika kami bertiga bertemu. Yaa...sukur
dah, punya pemikiran yang sama akan hal berbagi).
Si gulai
ikan yang seadanya itu pun kami comot 2
potong untuk diantarkan ke tetangga
sebelah. Ada 2 personil di kamar sebelah. Yang satu, Si Bunga memang tak begitu
suka olahan makanan berkuah santan. Jadi ya biarlah si Bika yang
menghabiskannya. (Untuk kisah si Bunga dan si Bika sila cek di sini dan di sini
Sesampainya
di rumah tetangga, gulai ikan pun langsung kami letak di tudung saji. Dengan pesan,
“Ini ada ikan gule. Habiskan ya...”
Dan kami
pun kembali ke markas. Makan bro. Lapar. Nikmat nian santapan malam itu.
Nah,
keesokan harinya, si tetangga, Si Bunga betandang pagi-pagi. Tak bisa dikatakan
pagi, karena saat itu sudah jam 11. Tapi akhir-akhir ini jam 11 mendekati jam
bangun nya...haha...maklum, malamnya keseringan begadang.
Nah,
dalam celotehannya, ternyata si ikan gulai yang kami antar tadi malam telah di
temani buih-buih dengan jumlah masih utuh 2 potong ikan. Basi. Tak terusik
sedikitpun. Whaattt???
Padahal
ditengah ketidakberadaan, kami masih rela bagi-bagi. Tapi ternyata malah
diabaikan. Kalau tak mau bilang dari awal. 2 potong bisa untuk kami sekali
waktu makan lagi lho. Hhh...kesal ...sebal...dan sebutkan saja segala rasa
sejenis yang ada di dunia.
Mungkin
hanya kami yang merasakan masa paceklik. Mungkin Cuma kami yang merasa jika
tetangga kami juga butuh makanan, mungkin cuma kami yang mengkhawatirkan kalau tetangga
kami kelaparan dan sedang kesusahan untuk makan. Mungkin hanya kami saja yang
berfikir untuk ikut memikirkan tetangga kami. Mungkin cuma kami yang peduli. Sementara
yang dipedulikan tak ingin dan tak peduli dipedulikan. Waaa...baper dah. Sakit rasanya.
Yaa...sudahlah,
sejak saat itu. kami putuskan kami tidak akan mengantar dan membagi makanan
apapun lagi ke kamar sebelah. Titik.
Rumah
Kedua, Jum’at 30 okt, 02.30 pm
Coretan Kala Galau II (Edisi Kelaparan Tengah Malam)
2:55 pm
Pertiwi Soraya
0 Comments
2:55 pm Pertiwi Soraya 0 Comments
Pas lagi
ngumpul-ngumpul, malam, di kamar kos-kosan tercinta, bareng tetangga ekstrim sebelah
kamar yang tak lain dan tak bukan adalah Si Bunga (masih ingatkan pemirsa tokoh
saya yang satu ini. Si Bunga di edisi ini ), Ngegosip gak lengkap kalau gak ada kunyahannya.
Liat jam
eee... udah hampir jam 12 malam aja. Dan mata masih terang. Tapi perut
lapaaaarrr. Mana bulan tua lagi. Lirik-lirik rak tempat nyetok makanan adanya
Coretan Kala Galau (Edisi Tentang Tetangga)
10:18 pm
Pertiwi Soraya
0 Comments
10:18 pm Pertiwi Soraya 0 Comments
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Hmm...malam ini lagi cari-cari bahan buat nulis opini. Eee....bahan yang
dicari tak dapat-dapat. Perasaan pernah baca tu hadis entah di mana. Tetiba di cari di Google, tak satupun muncul hadis yang dimaksud. Ada sih yang agak mendukung. Tapi tetap aja
bukan itu yang dimaksud.
Yaasudahla. Jadinya ngalor ngidul nggak
jelas. Apalagi tetangga yang ekstrim ini datang berkunjung dan menetap di sini pake bawa-bawa laptopnya yang
hmm...susah mengetikkan ekspresinya ^_^.
Maksud dan tujuannya sih baik. Dia mau bantu mencarikan hadis yang
dimaksud di applikasi yang ada di laptopnya. Tapi ya tetap saja tidak ketemu. Ujung-ujungnya
dia malah main game. Wedeeehhh.
Wokelah. Kali ini saya mau mengulas tentang hati.
Walaaa...kok nggak nyambung ya. Panjang lebar dari atas bahas
hadis, ee..kandasnya ke hati bro. Tapi boleh la ya.
Ehem...jadi begini. Sebenarnya ada hubungannya dengan tetangga yang saya
jelaskan di atas tadi. Jadi ceritanya ia sedang galau. Masalah hati yang
kompleks.
Masalah cintakah? Bukan. Bukan tentang cinta atau asmara. Lebih tepatnya tentang uang dan
hubungan keluarga. Kali ini saya bahas tentang hubungan keluarga lebih dulu
ya. Masalah keuangan akan disambung di lain cerita. Insyaallah.
Jadi ceritanya si tetangga ekstrim ini punya anak ayam, eeee...maksud saya anak asuh. Dari curhat-curhatannya
si tetangga (kita sebut saja namanya Bunga). Nah dari curhatannya si Bunga,
anak asuhnya ini (kita sebut saja namanya Bika), si Bika orangnya pendiam dan
cenderung peduli dengan dirinya sendiri. Dikatakan egois sih tidak juga,
mungkin lebih tepatnya kurang perhatian dengan lingkungan sekitar, hmm...terlalu
cuek sih iya juga.
Si Bunga ini tipe manusia bergolongan darah O yang rameeeee banget, cerewet iyaaaa banget, humoris, ceria (pas lagi bahagia ceria, pas lagi sedih
pun iya bisa ketawa ketiwi), unik, pintar? Kadang pintar, kadang malah genius
sangat, namun kalau udah lemot, nggak ketulungan. Ampun dah. Tapi secara keseluruhan si Bunga ini
muslimah yang baik lah ahklahnya. Cieee
Nah, sedangkan si Bika, ia adalah tipe golongan darah B, yang cuek,
(cuek banget malah pun), tipe anak mami, baik budi, pelupa tingkat hampir tinggi,
penakut, tipe yang segan ini segan itu. dan pendiam tingkat dewa. Ceritanya ini
tahun pertamanya bersalaman sama bangku kuliah.
Si Bunga adalah kakak sepupunya Si Bika. Jadi Emaknya si Bika menitipkan
buah hati kesayangannya ke Si Bunga yang sudah berpengalaman menjaga anak-anak
labil yang masih dalam masa pencarian jati diri. Hehe. Si bunga ini sudah beberapa kali dititipi amanah menjaga
adik-adik kandung dan sepupunyadi kota medan ini. Ada yang baru masuk SMA,
sampai kuliah. Emak-emak banget dah
si Bunga ini.
Nah, menurut si Bunga, Si Bika ini kurang banget perhatiannya sama
kondisi kos-kosan yang mereka tempati bersama. Dia juga akhirnya merasa tidak
enak sendiri jika harus tiap hari menyuruh si Bika untuk melakukan ini dan itu.
Ya, misalya saja buang sampah, masak sarapan, beres ini beres itu. “Kan udah
dewasa. Masak tiap hari mesti dibilangi. Ya sadar sendiri aja la. Toh ini kan
rumah bersama, ya angga aja la rumah sendiri, kalau ada yang kotor di
bersihkan, kalau lapar masak, toh fasilitas lengkap kok. Kan sayang kiriman
paket bahan makanan dari maminya kalau gak diolah.” cerocosnya.
Nah, di lain pihak, Si Bika ini ngakunya
(ketika kami wawancarai,...ceritanya tetangga sebelahnya ini mau mendamaikan
masalah tak enak hati si Bunga dan Si Bika ini ), segan menggunakan peralatan
yang ada di kamar mereka. Alasannya karena ini kan kamar nya si Bunga, bla bla bla.
Trus dia juga ngakunya takut sama si Bunga. Ketika kami Tanya takut kenapa, dia
jawabnya “Yaa takut aja” hedeeehhh...
Sudah lelah deh, tetangga sebelah yang berbaik hati ini menjelaskan ke
kedua belah pihak akan keinginan dan perasaan masng-masing. Ya, paling tidak
ada lah perbaikan dari keduanya setelah ini. (Pikir para tetangga yang baik
hati nya ini).
Eee....gak taunya si Bunga ini curhat lagi, ada sih perubahannya, udah
mau si Bika masak. Namun dari segi sosialisasi dan empati masih sama aja. Dan akhirnya iya baper
lagi deh hati nya yang kemaren-kemaren tu. Cape deh para tetangga ni. (tepok jidat)
Nah, Kini dari persfektinya tetangga dulu ya.
Hari-berganti minggu, minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. (belum
la...belum sampai 1 semester kok si
Bika di sini). Ehem...para tetangga
yang baik hati nya ini pun juga punya pandangan yang tak jauh beda rupanya
terhadap si Bika. Imbang-imbang la
sama si Bunga.
Berdasarkan pengamatan lensa tetangga, si Bika ini memang kurang
perhatianya terhadap keberlangsungan dan kebersamaan hidup di area lingkungan
kos (berat bahasanya bro). Nah, pernah suatu hari, token
listrik sudah hampir habis, waktu itu hanya ada 3 orang saja di kos. Beberapa
anggota kos sedang di luar kota. Ciee..
Nah, jadi si Bika SMS minta nomor
token karena mau diisi. (Jadi sistem pembayaran listrik kami dengan sistem pulsa.
Biasanya kalau mengisi token bareng-bareng
biar lebih ekonomis). Ada seorang lagi yang menghubungi via BBM. Berhubung intenet lola saat itu, jadilah hanya si Bika yg
di respon. Nah, SMS pun dibalas. Nomor
token diberikan, dengan pesan tambahan minta diduluankan saja skalian untuk seluruh
penghuni kos. Entah si Bika ini lupa atau tidak ada uangnya, akhirnya ia hanya
mengisi untuk 2 orang saja.
Nah, tetangga bingung. Tak tau mau bilang apa. Padahal ada 3 orang yang
saat itu menghuni kos. Kenapa hanya diisi untuk 2 orang saja. Berarti yang 1
lagi tidak ditanyai. Kalaupun uangnya tidak cukup untuk menduluankan, paling tidak
Si Bika bisa balas SMS. (Susah bilang la tetangga ni kalau sudah
begini.)
Nah, semingu kemudian tokennya hampir habis lagi. Jadi, sisa yang belum
jadi mengisi ini pun beraksi. Salah seorang mengajak si Bika keluar untuk menemaninya.
Tapi nasib si kawan lagi tak beruntung. Ia ditolak si Bika, dengan alasan tidak
ada baju. Ya sudah la...
Sebelumnya si kawaan sudah agak-agak main hati juga dengan si Bika. Pasalnya
dia sudah berulang kali mengajak si Bika untuk berbaur bersama ke kamar
sebelah. Tak enak juga rasanya, jika di kamar sebelah lagi tertawa-tawa ria
bersama, Si Bika yang menyendiri dan tak melakukan apapun di sana tak diajak
ikut bersama. Padahal induknya, Si Bunga juga ikut nimbrung di kamar sebelah. Dan
jawaban si Bunga ketika itu cuma “IYA Kak”, tapi sampai keesokan harinya tak
muncul-muncul juga batang hidungnya. Hhh....kebiasaaaaan
memang.
Oke. Balik lagi ke soal token tadi. Malamnya listrik mati. Karena tokennya
sudah habis. Kami para tetangga dan Si Bunga sengaja memang untuk tidak
langsung mengisi tokennya, hanya membeli vouchernya
saja. Maksudnya mau melihat respon si Bika. Peduli atau tidak. And we got nothing. Gak ada bro. Gak ada tanya2 malah. Hmmm...yaa..akhirnya semuanya
pada bawa-bawa hati la..mau tak mau. Hhhh.
So, ketika listrinya sudah mati pun dia Si Bika pun masih tak komen apa-apa. Normalnya seseorang pasti
bertanya bagaimana nasib listrik malam itu. tapi....tetap tidak ada respon
apapun. Si Bunga yang juga takut gelap pun akhirnya palak dan hijrah dari kamarnya ke kamar tetangga sebelah. Kesal setengah
mati. Dan dia pun merepet-repet dalam
bahasa Inggris. Ya... sudah naluri.. Tak sanggup lagi dia berdiam diri. Tetangga
juga deh yang kena semprot. Kami tunguuuu
juga responnya, tetap nihil.
Dan paling parahnya lagi, ketika kami beramai-ramai keluar, bermaksud
memasukkan nomor vouchernya, Si Bika
tetap tidak bergeming dari tempat tidurnya. Luar biasa P A R A H deh. Barulah Si
Bika akhirnya ikut keluar setelah si Bunga memanggilnya untuk PEDULI.
Sudah bisa ditebak jika diwawancarai kembali tentang waktu itu, Si Bika
akan bilang Kalau ia segan dan takut. TYPICAL.
Sifat cuek memang bawaan lahir, dan itu merupakan hak seseorang, dan itu
bukan lah sesuatu hal yang buruk. Bahkan sikap cuek merupakan hal yang sangat
keren. Namun jika terlalu cuek...?
Kita bisa saja berprinsip hidup sebagai seseorang yang mandiri dan tak
mau menyusahkan orang lain. Sangat bagus malah. Tapi bukan berarti kita bisa
hidup sendiri dan tak bersosialisasi. Mentang-mentang
bawaan lahir, bukan berarti sikap cuek tersebut tak bisa diubah. Tak perlu
bilang SUSAH. Hanya MAU atau TIDAK mengubahnya.
Rumah kedua, 10.00 pm
Waspada Penipuan Alfamart
5:36 pm
Pertiwi Soraya
19 Comments
5:36 pm Pertiwi Soraya 19 Comments
Anda
mungkin pernah mendengar atau membaca artikel tentang penipuan yang terjadi di
sejumlah mini market. Di medan, usaha mini market ini bagai jamur di musim
hujan. Hampir setiap 100 meter, kita
bisa menemukan minimarket seperti Alfamart, Indomaret, dan teman-temannya di sepanjang
jalan lintas.
Beberapa
hari lalu saya dan teman saya mengunjungi Alfamart yang berada di
Ke barus (Lagi) Yuk!
10:20 pm
Pertiwi Soraya
10 Comments
10:20 pm Pertiwi Soraya 10 Comments
Pernah dengar kata “barus”? Kalau “kapur barus”? Ya,
kedua kata itu berbeda. Namun punya kaitan.
Kalau saya tidak salah, di Sumatera Utara ada “marga
barus”, salah satu marga di suku batak (iya nya?). Namun yang saya maksud “barus”
di atas bukan itu, melainkan
sebuah tempat. Kota tepatnya.
Masih di Sumut, Barus merupakan sebuah kota kecil di
pinggiran laut Sumatera. Kota ini merupakan saksi sejarah masuknya Islam
pertama kali di Sumatera. (Eits ,tolong dikoreksi jika keliru). Letaknya sekitar
2 jam dari kota Sibolga. (Oooo). Jika masih belum dapat gambaran juga silahkan
buka Google Map 8-).
Dan kapur barus itu ternyata ya asalnya dari Barus
ini. Makanya namanya kapur Barus.
Foto 8 tahun lalu (masih unyu-unyu) ^_^ |
Kota ini kaya akan wisata. Mau wisata sejarah, alam, budaya sampai kuliner ada. Kalau wisata malam...nanti kita pastikan lagi ya. (Yang Anda pikirkan sepertinya tidak sama dengan yang saya pikirkan ^_^).
Alamnya berupa laut, pantai, sawah dan gunung. Jadi, biarpun kota ini terletak di bibir pantai, hawa pengunungannya tetap kental. Dan air tanahnya jernih dan tidak berbau lho. Jadi bisa digunakan buat MCK.
Nah, Jadi ceritanya, rencana menjelajah Barus ini sebenarnya bukan rencana utama buat saya. Tujuan sebenarnya ke sana adalah menghadiri walimahan sahabat seperjuangan. (Yaelah)
Akhirnya ungkapan yang dicamkan dulu-dulu itu pun akan
kesampaian minggu depan. Waktu itu ketika diundang untuk liburan tahun baru ke kampung
halaman si kawan ini, saya ingat mengatakan “Nanti ya, pokoknya kali ketiga aku
ke Barus lagi, pas nikahanmu”. Dan tadaaa... Insya Allah minggu depan
terlaksana. Jadi eksplorasi lekuk-lekuk Barus dan berburu “Shots” adalah agenda
utama keduanya. Hehehe.
So, telah di tetapkan akan berangkat Jum’at malam 16
Oktober ’15. Mulanya akan menggunakan jasa Travel atau taksi. Tapi karena
beberapa hal, jasa angkutan yang akan digunakan adalah pesawat. Namun berhubung
belum ada bandara di Barus sana, jadilah SAMPRI angkutan yang paling efektif.
(Ahaha).
Salah beberapa alasan menggunakan SAMPRI diantaranya
karena bakal bawa banyak titipan kado (apa iya), lalu jumlah yang mau ikut ke
sana bejibun (secara markas besar fans nya si kawan di Medan), trus rute
perjalanannya yang tidak melalui Tebing Tinggi (soalnya bakal macet di
perbaungan bro, ini juga alasannya mau pakai jasa pesawat) melainkan lewat rute
Brastagi).
Lama perjalanan berkisar 11-12 Jam. Berangkat pukul 8
malam lalu pagi kira-kira pukul 7 sudah sampai di tujuan. Namun Magrib harus
sudah stand by di loket. Harga tiket Rp. 90.000. Info terbaru
yang saya dapat sih seperti itu dari si kawan ini. Karena dulu-dulunya tetap
setia dengan jasa travel karena lebih cepat sampai. Namun info dari nya bahwa lama
perjalanan sama saja dengan menggunakan taksi mengalihkan kesetiaannku. Yah,
semoga info ini bukan PHP ya. Soalnya saya sering kurang beruntung jika
berkendara dengan bus besar. Semoga niat yang baik membawa keberuntungan yang
baik pula.
Nah, singkat cerita, jika anda merupakan fans,
undangan, kerabat, sahabat, sanak keluarga (yang hilang, hehe) atau calon wisatawan/wati
yang ingin bepergian ke tujuan yang sama dengan waktu yang sama, Yuk, mari
ramaikan isi SAMPRI. Hehe.
I’ll See You Soon
Rumah kedua, 10 oct ’15 09.15 pm
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
- PERTIWI SORAYA -I am learning to be somebody I would like to meet
For mutual collaboration and partnership blogging, feel free to contact me via E-mail at [email protected], Whatsapp at 082365543309 or my social media below.
Popular Posts
Featured post
Cara Mendeteksi Berita Hoaks dan Penipuan
Hingga akhir Desember 2023, konten hoaks di Indonesia dalam kategori penipuan berada di peringkat kedua. Makin lama makin marak saja dunia p...
2 comments:
Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄