Coretan Kala Galau III (Edisi Sakitnya Berbagi)

1:11 pm Pertiwi Soraya 2 Comments

Biasanya yang namananya berbagi itu berakhir dengan indah. Iyakan? Tapi tidak untuk kali ini.
Pernahkah Anda menjadi anak kos? Atau anda menyandang status itu sekarang?

Nah, ini adalah kisah anak-anak kos yang sedang menjalani  masa paceklik dengan segala dilema keuangan dan emosi jiwa.  Selamat membaca dan berimajinasi.

Pada suatu hari yang sangat miskin, kami akhirnya memutuskan untuk berbelanja bahan makanan untuk stok selama 1 minggu kedepan. Menggunakan sisa-sisa pundi simpanan. Di akhir bulan seperti ini, kami memutuskan untuk memasak gulai ikan.  Dengan budget seadanya, akhirnya terbelilah 3 ekor ikan seharga Rp. 15.000,-. Masing-masing ikan dipotong jadi 4 bagian. Biar banyak...Sahaha.

Jadi biarpun uang tak lagi bisa dikatakan uang, makanan harus tetap di jaga bro. Soalnya kalau sampai sakit bisa bahaya bro. Mau dari mana budget untuk menebus ini itu. sudah tak ada uang, sakit pulak...wkkk...bisa-bisa langsung pulang kampung ke kampung akhirat. Belum siap adek bang...dosa betumpuk, amalan masih minim.

Nah, kembali lagi,
Dan taraaa...gulai ikan pun selesai. Prinsip kami, jadi anak kos itu wajib irit, tapi jangan pelit-pelit. Kalau mau berkah, maka bagi-bagilah. (well, bukan prinsip yang kami buat sih sepertinya, lebih tepatnya memang sudah seperti itu prakteknya ketika kami bertiga bertemu. Yaa...sukur dah, punya pemikiran yang sama akan hal berbagi).

Si gulai ikan yang seadanya itu pun kami comot 2 potong untuk diantarkan  ke tetangga sebelah. Ada 2 personil di kamar sebelah. Yang satu, Si Bunga memang tak begitu suka olahan makanan berkuah santan. Jadi ya biarlah si Bika yang menghabiskannya. (Untuk kisah si Bunga dan si Bika sila cek di sini dan di sini

Sesampainya di rumah tetangga, gulai ikan pun langsung kami letak di tudung saji. Dengan pesan,
“Ini ada ikan gule. Habiskan ya...”

Dan kami pun kembali ke markas. Makan bro. Lapar. Nikmat nian santapan malam itu.

Nah, keesokan harinya, si tetangga, Si Bunga betandang pagi-pagi. Tak bisa dikatakan pagi, karena saat itu sudah jam 11. Tapi akhir-akhir ini jam 11 mendekati jam bangun nya...haha...maklum, malamnya keseringan begadang.

Nah, dalam celotehannya, ternyata si ikan gulai yang kami antar tadi malam telah di temani buih-buih dengan jumlah masih utuh 2 potong ikan. Basi. Tak terusik sedikitpun. Whaattt???

Padahal ditengah ketidakberadaan, kami masih rela bagi-bagi. Tapi ternyata malah diabaikan. Kalau tak mau bilang dari awal. 2 potong bisa untuk kami sekali waktu makan lagi lho. Hhh...kesal ...sebal...dan sebutkan saja segala rasa sejenis yang ada di dunia.

Mungkin hanya kami yang merasakan masa paceklik. Mungkin Cuma kami yang merasa jika tetangga kami juga butuh makanan, mungkin cuma kami yang mengkhawatirkan kalau tetangga kami kelaparan dan sedang kesusahan untuk makan. Mungkin hanya kami saja yang berfikir untuk ikut memikirkan tetangga kami. Mungkin cuma kami yang peduli. Sementara yang dipedulikan tak ingin dan tak peduli dipedulikan. Waaa...baper dah. Sakit rasanya.

Yaa...sudahlah, sejak saat itu. kami putuskan kami tidak akan mengantar dan membagi makanan apapun lagi ke kamar sebelah. Titik.



Rumah Kedua, Jum’at 30 okt, 02.30 pm


2 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄

Coretan Kala Galau II (Edisi Kelaparan Tengah Malam)

2:55 pm Pertiwi Soraya 0 Comments


Pas lagi ngumpul-ngumpul, malam, di kamar kos-kosan tercinta, bareng tetangga ekstrim sebelah kamar yang tak lain dan tak bukan adalah Si Bunga (masih ingatkan pemirsa tokoh saya yang satu ini. Si Bunga di edisi ini  ), Ngegosip gak lengkap kalau gak ada kunyahannya.

Liat jam eee... udah hampir jam 12 malam aja. Dan mata masih terang. Tapi perut lapaaaarrr. Mana bulan tua lagi. Lirik-lirik rak tempat nyetok makanan adanya

0 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄

Coretan Kala Galau (Edisi Tentang Tetangga)

10:18 pm Pertiwi Soraya 0 Comments

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Hmm...malam ini lagi cari-cari bahan buat nulis opini. Eee....bahan yang dicari tak dapat-dapat. Perasaan pernah baca tu hadis entah di mana. Tetiba di cari di Google, tak satupun muncul hadis yang dimaksud. Ada sih yang agak mendukung. Tapi tetap aja bukan itu yang dimaksud.
Yaasudahla. Jadinya ngalor ngidul nggak jelas. Apalagi tetangga yang ekstrim ini datang berkunjung dan menetap di sini pake bawa-bawa laptopnya yang hmm...susah mengetikkan ekspresinya ^_^.

Maksud dan tujuannya sih baik. Dia mau bantu mencarikan hadis yang dimaksud di applikasi yang ada di laptopnya. Tapi ya tetap saja tidak ketemu. Ujung-ujungnya dia malah main game. Wedeeehhh.

Wokelah. Kali ini saya mau mengulas tentang hati.
Walaaa...kok nggak nyambung ya. Panjang lebar dari atas bahas hadis, ee..kandasnya ke hati bro. Tapi boleh la ya.

Ehem...jadi begini. Sebenarnya ada hubungannya dengan tetangga yang saya jelaskan di atas tadi. Jadi ceritanya ia sedang galau. Masalah hati yang kompleks.

Masalah cintakah? Bukan. Bukan tentang cinta atau asmara. Lebih tepatnya tentang uang dan hubungan keluarga. Kali ini saya bahas tentang hubungan keluarga lebih dulu ya. Masalah keuangan akan disambung di lain cerita. Insyaallah.

Jadi ceritanya si tetangga ekstrim ini punya anak ayam, eeee...maksud saya anak asuh. Dari curhat-curhatannya si tetangga (kita sebut saja namanya Bunga). Nah dari curhatannya si Bunga, anak asuhnya ini (kita sebut saja namanya Bika), si Bika orangnya pendiam dan cenderung peduli dengan dirinya sendiri. Dikatakan egois sih tidak juga, mungkin lebih tepatnya kurang perhatian dengan lingkungan sekitar, hmm...terlalu cuek sih iya juga.

Si Bunga ini tipe manusia bergolongan darah O yang rameeeee banget, cerewet iyaaaa banget, humoris, ceria  (pas lagi bahagia ceria, pas lagi sedih pun iya bisa ketawa ketiwi), unik, pintar? Kadang pintar, kadang malah genius sangat, namun kalau udah lemot, nggak ketulungan. Ampun dah. Tapi secara keseluruhan si Bunga ini muslimah yang baik lah ahklahnya. Cieee

Nah, sedangkan si Bika, ia adalah tipe golongan darah B, yang cuek, (cuek banget malah pun), tipe anak mami, baik budi, pelupa tingkat hampir tinggi, penakut, tipe yang segan ini segan itu. dan pendiam tingkat dewa. Ceritanya ini tahun pertamanya bersalaman sama bangku kuliah.

Si Bunga adalah kakak sepupunya Si Bika. Jadi Emaknya si Bika menitipkan buah hati kesayangannya ke Si Bunga yang sudah berpengalaman menjaga anak-anak labil yang masih dalam masa pencarian jati diri. Hehe. Si bunga ini sudah beberapa kali dititipi amanah menjaga adik-adik kandung dan sepupunyadi kota medan ini. Ada yang baru masuk SMA, sampai kuliah. Emak-emak banget dah si Bunga ini.

Nah, menurut si Bunga, Si Bika ini kurang banget perhatiannya sama kondisi kos-kosan yang mereka tempati bersama. Dia juga akhirnya merasa tidak enak sendiri jika harus tiap hari menyuruh si Bika untuk melakukan ini dan itu. Ya, misalya saja buang sampah, masak sarapan, beres ini beres itu. “Kan udah dewasa. Masak tiap hari mesti dibilangi. Ya sadar sendiri aja la. Toh ini kan rumah bersama, ya angga aja la rumah sendiri, kalau ada yang kotor di bersihkan, kalau lapar masak, toh fasilitas lengkap kok. Kan sayang kiriman paket bahan makanan dari maminya kalau gak diolah.” cerocosnya.

Nah, di lain pihak, Si Bika ini ngakunya (ketika kami wawancarai,...ceritanya tetangga sebelahnya ini mau mendamaikan masalah tak enak hati si Bunga dan Si Bika ini ), segan menggunakan peralatan yang ada di kamar mereka. Alasannya karena ini kan kamar nya si Bunga, bla bla bla. Trus dia juga ngakunya takut sama si Bunga. Ketika kami Tanya takut kenapa, dia jawabnya “Yaa  takut aja” hedeeehhh...

Sudah lelah deh, tetangga sebelah yang berbaik hati ini menjelaskan ke kedua belah pihak akan keinginan dan perasaan masng-masing. Ya, paling tidak ada lah perbaikan dari keduanya setelah ini. (Pikir para tetangga yang baik hati nya ini).

Eee....gak taunya si Bunga ini curhat lagi, ada sih perubahannya, udah mau si Bika masak. Namun dari segi sosialisasi dan empati masih sama aja. Dan akhirnya iya baper lagi deh hati nya yang kemaren-kemaren tu. Cape deh para tetangga ni. (tepok jidat)
Nah, Kini dari persfektinya tetangga dulu ya.

Hari-berganti minggu, minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. (belum la...belum sampai 1 semester kok si Bika di sini). Ehem...para tetangga yang baik hati nya ini pun juga punya pandangan yang tak jauh beda rupanya terhadap si Bika. Imbang-imbang la sama si Bunga.

Berdasarkan pengamatan lensa tetangga, si Bika ini memang kurang perhatianya terhadap keberlangsungan dan kebersamaan hidup di area lingkungan kos (berat  bahasanya bro). Nah, pernah suatu hari, token listrik sudah hampir habis, waktu itu hanya ada 3 orang saja di kos. Beberapa anggota kos sedang di luar kota. Ciee..

Nah, jadi si Bika SMS minta nomor token karena mau diisi. (Jadi sistem pembayaran listrik kami dengan sistem pulsa. Biasanya kalau mengisi token bareng-bareng biar lebih ekonomis). Ada seorang lagi yang menghubungi via BBM. Berhubung intenet lola saat itu, jadilah hanya si Bika yg di respon. Nah, SMS pun dibalas. Nomor token diberikan, dengan pesan tambahan minta diduluankan saja skalian untuk seluruh penghuni kos. Entah si Bika ini lupa atau tidak ada uangnya, akhirnya ia hanya mengisi untuk 2 orang saja.

Nah, tetangga bingung. Tak tau mau bilang apa. Padahal ada 3 orang yang saat itu menghuni kos. Kenapa hanya diisi untuk 2 orang saja. Berarti yang 1 lagi tidak ditanyai. Kalaupun uangnya tidak cukup untuk menduluankan, paling tidak Si Bika bisa balas SMS. (Susah bilang la tetangga ni kalau sudah begini.)

Nah, semingu kemudian tokennya hampir habis lagi. Jadi, sisa yang belum jadi mengisi ini pun beraksi. Salah seorang mengajak si Bika keluar untuk menemaninya. Tapi nasib si kawan lagi tak beruntung. Ia ditolak si Bika, dengan alasan tidak ada baju. Ya sudah la...

Sebelumnya si kawaan sudah agak-agak main hati juga dengan si Bika. Pasalnya dia sudah berulang kali mengajak si Bika untuk berbaur bersama ke kamar sebelah. Tak enak juga rasanya, jika di kamar sebelah lagi tertawa-tawa ria bersama, Si Bika yang menyendiri dan tak melakukan apapun di sana tak diajak ikut bersama. Padahal induknya, Si Bunga juga ikut nimbrung di kamar sebelah. Dan jawaban si Bunga ketika itu cuma “IYA Kak”, tapi sampai keesokan harinya tak muncul-muncul juga batang hidungnya. Hhh....kebiasaaaaan memang.

Oke. Balik lagi ke soal token tadi. Malamnya listrik mati. Karena tokennya sudah habis. Kami para tetangga dan Si Bunga sengaja memang untuk tidak langsung mengisi tokennya, hanya membeli vouchernya saja. Maksudnya mau melihat respon si Bika. Peduli atau tidak. And we got nothing. Gak ada bro. Gak ada tanya2 malah. Hmmm...yaa..akhirnya semuanya pada bawa-bawa hati la..mau tak mau. Hhhh.

So, ketika listrinya sudah mati pun dia Si Bika pun masih tak komen apa-apa. Normalnya seseorang pasti bertanya bagaimana nasib listrik malam itu. tapi....tetap tidak ada respon apapun. Si Bunga yang juga takut gelap pun akhirnya palak dan hijrah dari kamarnya ke kamar tetangga sebelah. Kesal setengah mati. Dan dia pun merepet-repet dalam bahasa Inggris. Ya... sudah naluri.. Tak sanggup lagi dia berdiam diri. Tetangga juga  deh yang kena semprot. Kami tunguuuu juga responnya, tetap nihil.

Dan paling parahnya lagi, ketika kami beramai-ramai keluar, bermaksud memasukkan nomor vouchernya, Si Bika tetap tidak bergeming dari tempat tidurnya. Luar biasa P A R A H deh. Barulah Si Bika akhirnya ikut keluar setelah si Bunga memanggilnya untuk PEDULI.

Sudah bisa ditebak jika diwawancarai kembali tentang waktu itu, Si Bika akan bilang Kalau ia segan dan takut. TYPICAL.

Sifat cuek memang bawaan lahir, dan itu merupakan hak seseorang, dan itu bukan lah sesuatu hal yang buruk. Bahkan sikap cuek merupakan hal yang sangat keren. Namun jika terlalu cuek...?

Kita bisa saja berprinsip hidup sebagai seseorang yang mandiri dan tak mau menyusahkan orang lain. Sangat bagus malah. Tapi bukan berarti kita bisa hidup sendiri dan tak bersosialisasi. Mentang-mentang bawaan lahir, bukan berarti sikap cuek tersebut tak bisa diubah. Tak perlu bilang SUSAH. Hanya MAU atau TIDAK mengubahnya.




Rumah kedua, 10.00 pm

0 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄

Waspada Penipuan Alfamart

5:36 pm Pertiwi Soraya 19 Comments


Anda mungkin pernah mendengar atau membaca artikel tentang penipuan yang terjadi di sejumlah mini market. Di medan, usaha mini market ini bagai jamur di musim hujan. Hampir setiap 100  meter, kita bisa menemukan minimarket seperti Alfamart, Indomaret, dan teman-temannya di sepanjang jalan lintas.

Beberapa hari lalu saya dan teman saya mengunjungi Alfamart yang berada di

19 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄

Ke barus (Lagi) Yuk!

10:20 pm Pertiwi Soraya 10 Comments


Pernah dengar kata “barus”? Kalau “kapur barus”? Ya, kedua kata itu berbeda. Namun punya kaitan.

Kalau saya tidak salah, di Sumatera Utara ada “marga barus”, salah satu marga di suku batak (iya nya?). Namun yang saya maksud “barus” di atas bukan itu, melainkan
sebuah tempat. Kota tepatnya.

Masih di Sumut, Barus merupakan sebuah kota kecil di pinggiran laut Sumatera. Kota ini merupakan saksi sejarah masuknya Islam pertama kali di Sumatera. (Eits ,tolong dikoreksi jika keliru). Letaknya sekitar 2 jam dari kota Sibolga. (Oooo). Jika masih belum dapat gambaran juga silahkan buka Google Map 8-).

Dan kapur barus itu ternyata ya asalnya dari Barus ini. Makanya namanya kapur Barus.

Foto 8 tahun lalu (masih unyu-unyu) ^_^

Kota ini kaya akan wisata. Mau wisata sejarah, alam, budaya sampai kuliner ada. Kalau wisata malam...nanti kita pastikan lagi ya. (Yang Anda pikirkan sepertinya tidak sama dengan yang saya pikirkan ^_^). 

Alamnya berupa laut, pantai, sawah dan gunung. Jadi, biarpun kota ini terletak di bibir pantai, hawa pengunungannya tetap kental. Dan air tanahnya jernih dan tidak berbau lho. Jadi bisa digunakan buat MCK.



Nah, Jadi ceritanya, rencana menjelajah Barus ini sebenarnya bukan rencana utama buat saya. Tujuan sebenarnya ke sana adalah menghadiri walimahan sahabat seperjuangan. (Yaelah)

Akhirnya ungkapan yang dicamkan dulu-dulu itu pun akan kesampaian minggu depan. Waktu itu ketika diundang untuk liburan tahun baru ke kampung halaman si kawan ini, saya ingat mengatakan “Nanti ya, pokoknya kali ketiga aku ke Barus lagi, pas nikahanmu”. Dan tadaaa... Insya Allah minggu depan terlaksana. Jadi eksplorasi lekuk-lekuk Barus dan berburu “Shots” adalah agenda utama keduanya. Hehehe.

So, telah di tetapkan akan berangkat Jum’at malam 16 Oktober ’15. Mulanya akan menggunakan jasa Travel atau taksi. Tapi karena beberapa hal, jasa angkutan yang akan digunakan adalah pesawat. Namun berhubung belum ada bandara di Barus sana, jadilah SAMPRI angkutan yang paling efektif. (Ahaha).

Salah beberapa alasan menggunakan SAMPRI diantaranya karena bakal bawa banyak titipan kado (apa iya), lalu jumlah yang mau ikut ke sana bejibun (secara markas besar fans nya si kawan di Medan), trus rute perjalanannya yang tidak melalui Tebing Tinggi (soalnya bakal macet di perbaungan bro, ini juga alasannya mau pakai jasa pesawat) melainkan lewat rute Brastagi).

Lama perjalanan berkisar 11-12 Jam. Berangkat pukul 8 malam lalu pagi kira-kira pukul 7 sudah sampai di tujuan. Namun Magrib harus sudah stand by di loket. Harga tiket Rp. 90.000. Info terbaru yang saya dapat sih seperti itu dari si kawan ini. Karena dulu-dulunya tetap setia dengan jasa travel karena lebih cepat sampai. Namun info dari nya bahwa lama perjalanan sama saja dengan menggunakan taksi mengalihkan kesetiaannku. Yah, semoga info ini bukan PHP ya. Soalnya saya sering kurang beruntung jika berkendara dengan bus besar. Semoga niat yang baik membawa keberuntungan yang baik pula.

Nah, singkat cerita, jika anda merupakan fans, undangan, kerabat, sahabat, sanak keluarga (yang hilang, hehe) atau calon wisatawan/wati yang ingin bepergian ke tujuan yang sama dengan waktu yang sama, Yuk, mari ramaikan isi SAMPRI. Hehe.

I’ll See You Soon


Rumah kedua, 10 oct ’15 09.15 pm

10 comments:

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄